
Siang ini kita – gw ama Lilie – niat banget buat makan siang di warung dekat kebun teh. Biar suasananya lebih seru, kira-kira sama ga ya suasanannya kaya makan di pematang sawah? Dengan perut meronta-ronta kelaparan berirama keroncongan kita cari rumah makan idaman di sepanjang jalan Kerinci-Padang. Tapi setelah sekian menit belum dapet yang pas di hati. Ada warung yang viewenya bagus tapi ternyata ga jual makanan berat.

Akhirnya setelah lewat dari simpang macan, di sebelah kanan ada deretan warung dan rumah makan. Terpampang tulisan “Rumah Makan M Nur”. Kalo liat gaya etalase dengan baskom besar warna merah, gaya masakannya Minang banget. Walapun tidak berada di tengah kebun, lokasinya bersebrangan langsung dengan kebun teh. Begitu keluar rumah makan langsung keliatan Gunung Kerinci.

Interior rumah makannya homey banget, ga berasa di dalam tempat makan. Memang kursi-kursi di susun berkelompok tapi ornamen dan hiasan dinding membuat kita berada di dalam rumah. Hanya ada seorang wanita paruh baya yang melayani pembeli. Dengan cekatan wanita berjilbab itu menyiapakan meja sampai menyajikan lauk pauk seorang diri.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya meja kami dilayani dan sempat berbincang . Ternyata M. Nur adalah nama suami pemilik rumah makan ini. Kamipun sempat bertanya apakah si berasal dari Minang. Beliau bertutur bahwa ayahnya orang jawa sedangkan ibunya dari minang. Kemampuan memasak hidangan ini diwariskan dari Ibunya.

Lamat-lamat aroma kelezatan masakan Padang menyeruak memenuhi indra penciuman saya. Tak sabar ingin menikmati masakan Padang ala Kayu Aru bercita rasa Padang-Jawa, bentuk alkuturasi budaya kuliner. Sepotong rendang pedas menemani makan siang kali ini. Sedangkan Lilie langsung menyantap ikan balado berwarna merah terang.

Hawa dingin memuncakan nafsu makan, dua porsi nasi langsung masuk ke dalam lambung. Teh manis hangat menutup ritual makan siang kali ini. Hari belum terlalu siang, satu spot lagi sepertinya masih sempat. Berdasarkan informasi Ibu pemilik warung, air terjun Teluh berasap tidaklah terlalu jauh. Kamipun bergegas kesana setelah menyelesaikan pembayaran.

Sempet bengong ketika liat tagihan makan siang kali ini. Untuk dua porsi besar rendang, ikan beserta sayurnya cukup membayar 30 ribu rupiah. Harga di atas termasuk dua gelas teh manis. Terimakasih Ibu… semoga besok-besok kalau ke Kayu Aru mampir lagi
RELATED STORIES
Ikan Bakar Danau Kerinci
Si Manis Kayu Kerinci
Keramba Danau Kerinci
Makan Gulai Ikan Danau Kerinci?
Mampir di Sate Amir
Melayang di Bukit Khayangan
Hang Out Ala Sungai Penuh
Singgasana Sang Walikota
Ranah Kayu Embun
Sawah, Danau dan Awan
Dendang Dendeng Batokok
Sensasi Soto Semurup
Masjid Kuno Kota Tua
Masjid Agung Pondok Tinggi
Batu Rajo
Masjid Keramat Tuo Lempur Mudik
Persawahan Lolo, Kerinci
Janji Leluhur, Danau Lingkat
Kayu Aru Runaway
Lunch Time Kayu Aru
Rainbow and Waterfall

Itu namanya KALIO … proses sebelum jd rendang … kalo dimasak lama2 juga bakal jd rendang ayam + daun ubi dech …
jd inget rendang nasi kapau yg pakai ubi beneran …. ehmm ^^
SukaSuka
Rumah makannya berkesan banget krn hati lg senang en puas hunting moment di kayuaro … sampe2 laper nya pun bisa ditunda … wkwkwk, perjalanan sableng bersama seorang danan 😛
SukaSuka
gile gan…laper to the max banget ini hahahaha
btw itu nggak ada makanan khas kerinci? penasaran juga sama makanannya, apa memang persis makanan minang apa nggak tuh
SukaSuka
kerinci kebanyakan makanannya mirip2 padang krn banyak pendatang dari sumbar. secara geografis juga tidak terlalu jauh dari padang hanya 6 jam. yg agak khas mungkin dodol kentang dan sirup kayu manis, krn bahan bakunya kekayaan alam lokal. tapi kmrn ga sempet cari infonya pas jalan ke Kerinci
SukaSuka
gara2 terpukau kebun tehhh ixiixiixi… jujur pas nunggu si ibu ngelayanin meja sebelah gw dah ga sabar :p
SukaSuka