Jujurly, aku kangen banget menulis. Ya setelah merasakan mudahnya membuat konten video. Ngeblog tidak menjadi prioritas lagi untuk membuat catatan perjalanan, eh perjalanan hidup. Tapi kalau dirasakan aktivitas yang dikontenin video tidak pernah ada habisnya. Mungkin kepekaan jurnalistik, membuat apapun yang saya lihat selalu ada sisi menarik untuk menjadi konten.
Maaf, sekali lagi maaf, bulan Desember tidak produktif menulis seperti bulan November. Sedari awal bulan saya sudah memproduksi bahwa Desember 2022 akan menjadi bulan super sibuk. Di awali iven kantor yang tak kunjung selesai, target pekerjaan di lapangan yang harus digas sebelum tengah bulan karena beberapa tim cuti (termasuk saya). Acara kantor yang penuh kejutan alias proyek Roro Jonggrang : hari ini diomongin, besok direncanain, lusa harus jalan.
Kesibukan Dua Minggu
Dan benar saja pertengahan bulan mendapat tugas rapat di luar kota. Lokasinya nggak jauh, naik pesawat sejam saja tapi ekstra perjalananan darat 5 jam :D. Bonusnya jalan-jalan ke Bukit Tiga Puluh Jambi , yang jelas menguras energi dan hati (detailnya akan ditulis tersendiri).
Sepulang dari dinas luar kota saya langung mengambil cuti dan berlibur beberapa hari ke negara tetangga. Perjalanannya tidak terlalu spesial tapi ini menjadi perjalanan pertama ke negeri jiran setelah pandemi melalui laut dan darat.
Pelayaran 2 jam Batam-Johor disambung dengan bus malam 4 jam ke Kuala Lumpur. Tidak lelah?
Pastinya tapi traveling itu seperti men-charging semangat hidup apalagi setelah bertahun-tahun tidak menjejakan kaki di semenanjung Malaysia, padahal dulu setidaknya sebulan sekali ke sini. Ditambah lagi semangat membuat konten.
Ambruk
Sepulang dari KL sayapun ambruk, awalnya hanya radang tengorokan, berlanjut demam dan sesak napas tidak berkesudahan. Hingga tanggal 1 Januari 2023 harus mendarat ke UGD karena sudah tidak tahan lagi. Beruntung tidak sampai staycation di rumah sakit. Setelah di-nebula sayapun bisa bernapas lebih baik, setelah berhari tidak bisa tidur karena saat malam tiba selalu ada serangan sesak napas dan batuk.
Setelah satu minggu, nyatanya kondisi fisik tak membaik. Hingga di satu malam mendapat serangan panik (tak bisa bernapas) hingga tak sadar jatuh dari tempat tidur. Yang saya ingat, saya sudah di lantai dengan posisi terlungkup dan kening benjol sebesar bola tenis.
Saya semakin yakin, kondisi fisik tidak baik-baik saja. Tapi ketika ke rumah sakit tak mendapati dokter paru dan pernapasan , kembali lagi mendapat penanganan nebula di UGD. Meski sudah berobat dua minggu dan sesak napas hilang, saya tidak merasa baik-baik saja. Suara semakin dalam dan saat mengambil napas rasanya harus mengambil napas dengan dalam. Ini bukan sesak napas di paru-paru.
Karena penasaran seminggu kemudian kembali ke rumah sakit tapi dan dokter langganan menyarankan tes darah, rontgen dan jantung. Binggo! Terjadi pembengkakan jantung yang mendesak paru-paru serta ada cairan di sekitarnya. Pantas saja sudah minum beragam obat batu, rasanya tidak lega dan suara semakin dalam. Oh iya gara-gara ini suara saya terasa jauh di dalam dan pendek pendek. But it’s ok dengan pengobatan semoga semuanya baik baik saja.
Kejadian ini seperti sebuah peringatan, ya saya memang harus lebih memperhatikan pola hidup agar bisa tetap menjalankan hobi jalan-jalan. Tapi untuk satu bulan ini saya praktis meninggalkan aktivitas hobi seperti membuat konten, ngeblog dan jalan-jalan. Jadi maaf ya bagi beberapa rekan yang memberikan job blog atau konten kalau saya tolak karena bulan ini saya benar-benar ingin istirahat. InsyaAllah bulan depan saya sudah bisa kembali berkarya.
Doakan juga semuanya kembali pulih karena ada beberapa rencana perjalanan di pertengahan tahun. Kaki ini sudah gatal tidak melakukan perjalanan jauh karena trip panjang terakhir saya, 3 tahun lalu ke Russia. Tapi tetap kalau tahun ini mau jalan-jalan jauh, kondisi tubuh harus benar-benar fit.
Nggak Bosan?
Lagi-lagi banyak yang bertanya. Nggak bosan ngeblog. Memang ada yang membaca. Selama masih ada energi dan waktu, saya tetap akan menulis demi keseimbangan hidup. Dengan banyaknya konten media yang memanjakan audio visual. Kemampuan literasi terdegradasi, salah satu cara untuk mempertahankan dengan membaca dan menulis. Karena sesungguhnya untuk menulis tetap butuh asupan buku dan kebiasaan membaca.
Bisa jadi media menulisnya berbeda atau bentuk karya tulisnya berbeda. Karena sesungguhnya saya masih memiliki keinginan menulis fiksi dan tidak hanya traveling. Karena jujurly, nulis traveling butuh usaha lebih untuk melakukan perjalanan. Lalu mencatat , belum lagi riset lalu mengintisarikan menjadi tulisan yang ciamik.
Sebagai Mas-Mas yang pernah kuliah tehnik, ingin juga menulis hal-hal yang berkaitan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan alam. Tapi lagi-lagi menulis seperti ini butuh proses dan nggak bisa mengarang bebas. Menulis fiksi saja perlu riset agar apa yang kita tulis dipercaya orang nyata walau fiksi.
Dunia tulis menulis yang awalnya menjadi tempat pelarian pada akhirnya banyak memberikan kesempatan yang tak pernah saya sangka. Namun setelah pandemi saya ingin mengembalikan menulis sebagai media untuk menjaga keseimbangan jiwa.
Saat ada hal-hal yang tidak mampu diucapkan secara lisan, menulis menjadi media yang pas untuk curhat walau kadang dengan kiasan atau diksi cantik.
Terimakasih untuk kamu yang masih setia menilik blog ini, walau sekarang isinya lebih terasa gado-gado.
Bagi kamu yang malas membaca tulisan bisa mendengar versi audio dengan mengklik tombol play di bawah
Semoga lekas membaik mas Danan 🙏
SukaSuka
thank u kakak
SukaSuka