Curahan, Jalan2Cuap2

Jakarta Ada Mbak-Mbak SCBD, Batam Punya Mbak-Mbak Muka Kuning

Aku tuh suka insecure kalau jalan di Jakarta saat jam kerja, terutama kawasan Sudirman. Lihat Mbak-Mbak kece mantap melangkap dengan sepatu Tori Burch dan menyandang tas Coach. Gayanya berkelas dan aromanya wangi, mahal bukan parfum racikan apalagi isi ulang. Bukan hanya galon yang isi ulang lho Bestie.

Ini baru penampilan belum tempat nongkrong yang sekali duduk paling tidak merogoh kocek minimal 50 ribu buat ngopi. Jujurly, jiwa miskinku meronta menghitung bujet ngopi saja jutaan rupiah perbulan. Belum makan, transport, dan belanja belenji untuk mempertahankan penampilan agar tetap on point di antara gedung tinggi menjulang.

Aku tuh jadi kepo, berapa sih gaji Mbak-Mbak kece ini? Pasti dua digit… Kata teman aku yang juga anak SCBD, nggak semua yang berkantor di kawasan ini gajinya melimpah, ada juga lho yang di bawah UMK Jakarta.

Heh, Beneran?

Dunia kerja memang tidak berkasta tapi pada akhirnya apa yang diterima di dompet menempatkan kita pada status sosial tertentu. Walau judulnya tajir, ada yang kelihatan tajir, ada yang nggak tajir nah banyak yang berusaha terlihat tajir demi status sosial.

Gaji di bawah UMK kok bisa terlihat tajir? Banyak jalan Bestie. Cari tambahan uang lewat usaha lain, lagian kan barang KW banyak tersebar di muka bumi. Mulai dari Mangga Dua sampai market place. Gampang kalau hanya terlihat tajir. Walau tiap bulan ngos-ngosan berpacu dengan berbagai tagihan seperti kartu kredit sakti dan paylater. Hanya Tuhan dan Mbak-Mbak ini yang tahu bagaimana berjuang di lingkungan kerja premium, yang menuntut gaya hidup lebih.

Mbak-Mbak Muka Kuning dan Thrifting

Sebagai anak Batam saya hanya paham Mbak-Mbak Muka Kuning. Ini bukan cewek-cewek yang mukanya kuning tapi pekerja pabrik yang berada di kawasan industri Muka Kuning, Batam. Gayanya memang biasa saja, lebih banyak yang pergi kerja pakai seragam. Eh tapi coba ulik merk sepatu dan tasnya nggak kalah dengan Mbak-Mbak SCBD Bestie. Alas kaki Nike, Vans, Rebook dan sejenisnya sudah jamak terlihat wara-wiri, eh tapi kalau diulik bukan edisi biasa tapi edisi terbatas. πŸ˜€

Gaya kasual jadi ciri khas dengan hoodie, tas ransel dan sepatu kets. Maklum Bestie kerja shift kadang malam dan ruang kerja full AC, jadi perlu lapisan. Belum lagi kalau pulang pergi naik motor. Hoodie dan jaket bermerek jadi gaya andalan Mbak-Mbak ( dan Mas-Mas yang populasinya terbatas). Dan kalau diulik lagi model terbatas outfit ini nggak beredar di Indonesia Bestie. Kok bisa sih?

Mau tahu rahasianya? πŸ˜€

Batam itu surganya barang bekas (bahasa kerennya pre loved), mulai dari fashion, elektronik, furniture, mainan anak-anak, peralatan rumah tangga dan lainnya. Sebagai area FTZ, barang-barang ini jadi lebih murah masuk ke Indonesia dalam bentuk bal-bal, an. Batam dikenal sebagai salah satu tempat kulakan thrifting di Indonesia. Tak mengherankan pasar-pasar Monjah seperti Batu Aji, Taras, Jodoh, Bengkong menjadi destinasi wisata belanja pecinta pakaian branded murah. Meski bukan baru, kondisi barang bermerk yang mayoritas fashion masih layak pakai.

Tak hanya dijajakan di pasar, pakaian seken ini banyak dijajakan online dan menjadi hiburan tersendiri bagi penikmat dunia maya. Biasanya penjual akan buka bal di depan kamera lalu menjual dengan sistem lelang, siapa yang cepat menawar dengan harga terbaik dialah pemenangnya. Karena sekarang barang-barang ini tak mudah dibawa ke luar Batam maka pembelinya mayoritas dari Batam. Murahnya harga memang daya tarik utama tapi kemudahan pembayaran kadang membuat kalap belanja. Bayangkan COD dengan tarif 10 ribu untuk sekali hantaran untuk semua belanjaan.

Dimana lagi mendapat sepatu converse limited edition yang harga tokonya 2 juta rupiah, hanya cukup membayar 80 ribu atau jaket Kenzo tak sampai 50 ribu. Kalau mau bersusah payah berburu di pasar Jodoh, kaos Uniqlo cukup membayar 5 ribu saja Bestie. Murahnya barang-barang seken branded, kadang membuat kalap belanja. Walau lemari di kos-kosan sudah penuh tetap saja setiap hari ada paket yang datang :D.

Setelah seharian bekerja ditambah lembur wajib, menonton dagang live barang pre love menjadi hiburan tersendiri bagi Mbak-Mbak muka kuning. Walau kadang efeknya gaji UMK terasa cepat habis padahal jarang ngebakso dan nonton di Panbil. Tapi tak apa, barang-barang branded ini bisa jadi oleh-oleh saat pulang kampung.

Meski tidak dituntut tampil sempurna saat bekerja, belanja menjadi sebuah ritual yang tak bisa dihindari bagi Mbak-Mbak Muka Kuning. Tak mudah untuk tidak menjadi konsumtif di Batam. Kota ini memang diperuntukan bagi anak muda dan pekerja, setelah bekerja bagai kuda, mencari hiburan adalah pelampaisan paling sempurna. Tempat nongkrong berbagai kelas dan mall tempat cuci nyata terpapar manja. Niatnya hanya lihat-lihat tapi sudah bisa dipastikan beli sesuatu minimal makan. Jika tak mampu menahan diri, siklus hidup hanya dari gajian ke gajian hingga kontrak kerja habis.

Pekerja Wanita & Konsumerisme

Tak ada salahnya menggunakan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup tapi segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Bagi mereka yang baru masuk dunia kerja pasti merasa senang bisa memenuhi kebutuhan hidup sendiri, membeli barang-barang impian yang dulu tak mampu dibeli. Saya pernah diposisi itu Bestie. Tahun 2003 membeli ponsel seharga 6 juta rupiah yang dua tahun kemudian saya sesali karena harganya anjlok menjadi 500 ribu rupiah.

Derasnya arus informasi dan jahatnya AI (artifisial intelegent) yang selalu mengintip kehidupan kita melalui gawai, membuat manusia tak bisa lepas dari keinginan yang tak terbatas. Baru ngebatin tas LV, tak lama ponsel menampilkan iklan tas mahal itu tanpa henti. Akibatnya ketika lewat toko atau ada penawaran harga khusus, jiwa BPJS meronta…, “Self reward Bestie!”

Bagi pekerja perempuan ini tak mudah apalagi ketika circle kita berkata, lucu banget… Ya sudahlah walau harus dicicil dua lebaran, iklas meminang tas mahal yang sebetulnya kita juga tidak terlalu dibutuhkan.

Belum lagi tuntutuan kehidupan dunia maya, ketika barometer sukses adalah terlihat sering makan-makan, jalan-jalan di tempat hits. Jadi tidak mengherankan fresh graduate yang kebanyakan generasi z lebih memprioritaskan menabung untuk liburan ketimbang membeli rumah.

Kalau sama konsumerisme seperti ini, lalu apa beda Mbak-Mbak SCBD dan Muka Kuning, apa bedanya? Jelas gaya mereka berbeda tapi tak mudah bagi manusia untuk hidup-hidup biasa-biasa saja, terutama yang baru merasakan “pegang uang” Bestie.

Best Version of Paboge

“Dia yang darahnya kamu warisi dan mungkin sifatnya. Kode DNA bisa jadi sama, jadi apa yang kamu inginkan sama dengan yang dia inginkan. Hanya beda versi saja.”

Beri peringkat:

4 tanggapan untuk “Jakarta Ada Mbak-Mbak SCBD, Batam Punya Mbak-Mbak Muka Kuning”

  1. baru ngerti apa itu maksudnya SCBD xixii…. batam emaang surganya barang seken branded, salam kenal dari batu aji mas danan, dari kami yang hampir tiap minggu nyari barang brandedd di pasar seken batu aji untuk dijual lagiii

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s