Jawa Timur, Travelling

Madura Cultural Trip #7 – Pesarean Raja di Asta Tinggi

Makam Para Raja Asta Tinggi, Sumenep Madura
Makam Para Raja Asta Tinggi, Sumenep Madura

Langit dan bumi memang jauh, tapi makam-makam itu di buat tinggi lebih mendekat ke langit. Jasad-jasad yang bersemayam di pesarean telah ditinggalkan rohnya terbang membumbung ke langit   bersemayam di alam  fana. Untuk mengenangnya   kita berdiri di puncak tinggi sambil mendongak  ke atas dan berdoa.
***

Gerbang makam timur Asta Tinggi
pintu gerbang makam keturunan Bindoro Saod di timur Asta Tinggi

Menapaki komplek pemakaman raja-raja di Asta Tinggi alam menjadi sendu, matahari terik terutup gulungan awan abu-abu . Meski tak ada upacara  suasana mengharu biru dan syahdu. Makam memang identik dengan kematian dan perpisahan. Ketika jiwa harus bercerai dari raga selalu menghadirkan kegundahan , sepertinya pernyataan tak ada cinta abadi, itu benar. Keabadiaan bukan di sini  -menunjuk tanah-  tapi di sana – menunjuk langit-.

pintu gerbang makam barat Asta Tinggi
pintu gerbang makam barat masuk ke Pendopo Bindoro Saod

DIMOHON SEPATU DAN SANDAL DILEPAS. Refleks saya mencopot sepatu dan kaos kaki melihat tulisan di kanan pintu gerbang berwarna kuning tua.

“Mas kalau tidak ke pendopo , silakan alas kakinya dipakai.” Anak muda berujar.

“Benar tidak apa-apa.”

“Silakan.” Sambil tersenyum, tangannya menunjuk pengunjung bersandal melintas lantai keramik areal pemakaman.

pendopo dan makam sebelum masuk ke tiga kubah di sebelah barat
pengajian ibu-ibu di Pendopo Bindoro Saod

Pendopo Bendoro Saod begitulah orang biasa menyebut bangunan bercungkup limas segiempat. Wanita-wanita duduk di lantai memanjatkan doa bersama , suaranya rendah berdengung dan hikmad. Saya berjalan lambat-lambat tak ingin menggangu mereka .  Lantunan ayat suci Al Quran di tengah pesarean seperti saat ini mengingatkan  kematian, kehidupan akhir tiap manusia.

pintu gerbang masuk ke area tiga kubah di sebelah barat
pintu gerbang masuk ke area tiga cungkup di sebelah barat

Pak Arifien dan rombongan terlebih dahulu masuk ke blok utara makam tempat cungkup Tumenggung Wirasekar, Pangeran Jimat dan Bindara Saod. Gapura putih ornamen kotak-kotak kuning berbingkai hijau menyambut langkah peziarah. Wangi  bunga menghambur begitu kuat menebarkan aroma mistis. Rombongan peziarah terlihat memadati area pemakaman mengantri masuk ke dalam cungkup.

kubah ketiga makam Bindoro Saod
cungkup makam Bindoro Saod

Sekilas saya mengintip cungkup Pangeran Jimat  tempat bersemayam Ratu Ani, Pangeran Jimat dan R Aria Wiranegara. Tampak pria duduk bersila di depan tiga makam yang ditutupi kain kafan dan kelambu.

“Mas ndak masuk. Monggo mas berdoa di dalam ngalap berkah.” Penjaga makam mempersilakan masuk. Jujur ini pertama kali saya berwisata ziarah mengunjungi makam orang besar. Saya tidak tahu bagaimana ritualnya. Apakah seperti mengunjungi makam kerabat di kampung.

“Kalau ada permintaan jodoh, rejeki atau pangkat bisa berdoa di dalam”. 

Masa berdoa untuk meminta sesuatu kepada  mereka yang sudah mati, bukannya kepada Tuhan. Seharusnya kita  mendoakan meraka yang sudah wafat agar arwahanya terntram di sisiNya.

pengunjung di depan makam Ratu Ari, Pangeran Jimat dan R Ario Wironegoro
pengunjung di depan makam Ratu Ari, Pangeran Jimat dan R Ario Wironegoro

Antrian semakin memanjang saya bergeser ke cungkup Bindara Saod, mencari celah  tempat lalu beristrahat bersandar pada  tembok.

“Mari”. Pak Muzeki  mempersilakan masuk.

“Nanti saja, masih ramai.”

“Iya ini rombongan dari Probolinggo banyak sekali.” Antrian kali ini benar-benar panjang, orangtua , anak-anak , pria dan wanita tumpah ruah berhamburan, berjejal. Saya memilih minggir berdiri dekat Pak Muzeki , pria berusia 84 tahun,  generasi ke duabelas  penjaga makam Asta Tinggi.

Beliau berujar ini belum seberapa, biasanya menjelang bulan puasa , suro dan sepen jauh lebih ramai. Dirinya sudah 30 tahun menjadi kuncen dan jika mangkat akan mewariskan tugas ini kepada  putranya Rasidi (40).

Sebelum berpisah Pak Muzeki menawarkan buku berjudul Asta Tinggi seharga 10 ribu rupiah. Semoga buku ini menjawab penasaran akan makam raja di Sumenep. Maklum pengetahuan sejarah saya tidak terlalu bagus, semasa SMP dan SMA agak alergi dengan pelajaran ini.  Kata ramalan di majalah remaja kalau suka sejarah orangnya susah “Move On”, selalu terkenang masa lalu. Saya kan tipe lelaki yang selalu memandang optimis ke depan walau penuh kenangan pahit masa lalu. *edisi curhat*

Kubah sebelah Timur makam : Panembahan Notokusumo, Sultan Abdur Rahman dan Panembahan Moh Saleh
Kubah sebelah Timur makam : Panembahan Notokusumo, Sultan Abdur Rahman dan Panembahan Moh Saleh

Lupakan Move On. Kita Go On ke kisah selanjutnya.

Sedari awal masuk komplek pemakaman bangunan di sebelah timur mencuri perhatian dengan cungkup kubahnya. Arsitekturnya mirip bangunan Eropa dengan detail jendela kecil sekeliling kubah. Memasuki kompleks pemakaman cungkup kubah berdiri prasasti dalam bahasa Arab dan Jawa.

Inilah cungkup kubah tempat pesarean  Asiruddin Raden Atmajangera Panembahan Sumolo Sultan Natakusumo I, Raden Abdurrahman Aryo Tirtodiningrat Pakunataningrat Sultan Natakusuma II,  Raden Mohhamad Saleh Pangeran Notokusumo III, Raden Aryo Mangkudiningrat Pangeran Pakunataningrat II, Raden Aryo Pratamingkusumo dan Raden Aryo Prabuwinoto.

prasasti dekat pintu gerbang komplek makam dinasti Bindara Saod - cungkup kubah
prasasti dekat pintu gerbang komplek makam dinasti Bindara Saod – cungkup kubah

Kemegahan bangunan makam Asta Tinggi mengingatkan banyak orang bahwa mereka yang dimakamkan di sini orang-orang besar di jamannya,  memiliki harta  , jabatan serta kemasyuran. Namun semuanya tak ada yang abadi .  Semuanya tertinggal dalam kenangan waktu dan nisan tua di pesarean Asta Tinggi.

***

 

32 tanggapan untuk “Madura Cultural Trip #7 – Pesarean Raja di Asta Tinggi”

  1. Hahaha suka sejarah susah move on dari masa lalu, itu curcol banget kak 😛
    Nggak nyangka komplek pemakaman raja-raja Madura sekeren ini…bener-bener bukti bahwa mereka pernah berjaya di masa lalu.
    Oh iya…nisan Ratu Ari dkk yang bertumpuk tiga itu ada maknanya nggak?

    Suka

  2. seneng banget baca postingan serial cultural trip nya kak danan ttg madura, udah lama banget pengen ke sumenep & kangean tapi belum kesampaian mulu. gara2 baca ini, sekarang jadi semakin pengen kesana!! tanggung jawab kak!! tanggung jawab pokoknya!!

    #setress

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar