
Tak ada paron dengan api menyala-nyala atau bunga api berpendar di udara ketika dua besi bertumbukan, namun semangat membesi itu tetap ada. Gerinda mesin dan api las kecil menari-nari bersama tangan terampil mpu Aeng Tong Tong. Luk – lekuk keris- terlihat makin berkarisma bersama larik-larik pamor bagai urat kayu.
***
Faturahman mpu muda Aeng Tong tong menyambut kami dalam jamuan makan siang penuh kehangatan dan penghormatan. Sajian khas Sumenep menghampar memenuhi tikar pandan di lantai. Tim Mahakarya Dji Sam Soe kebingungan , sajian apa yang ingin dinikmati lebih dahulu. Semuanya jelas mengundang selera, apalagi ragam seafood diolah dengan cita rasa orisinal Sumenep. Buah, sayur dan kudapan meramaikan parade panganan siang ini.

Tapi yang paling memukau menu kedua.Keris-keris dihamparkan di atas kain putih, lainnya bersandar di rak kayu. Aura mistis terasa meski tak ada ritual khusus. Faturahman membuka kisah Aeng Tong Tong dengan sepenggal cerita paguyuban yang dipimpinnya , IPKI (Ikatan Pengerajin Keris Indonesia) Megaremeng. Megaremeng adalah nama tunggangann raja Sumenep , Joko Tole berwujud kuda terbang. Secara etimologi mega berarti awan dan remang berarti mendung. Filosofi paguyuban ini ingin tetap berjalan dan lestari meski lambat, alon-alon asal kelakon.

Tercatat 554 pengerajin yang bergabung di IPKI Megaremeng yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Bluto, Saronggi dan Lenteng. Sedangkan Desa Aeng Tong Tong berada di Kecamatan Saronggi.
“Desa Lenteng Barat itu tempat khodokan, menyatukan tiga logam : baja , nikel dan besi. Tiga unsur logam ditempa jadi satu lalu dibawa ke Bluto dan Sarongging untuk tahap akhir”, urai Faturahman. Saya baru mengerti mengapa di sini tidak ada paron, tungku api besar.
Ada dua tahap pembuatan keris, yang pertama adalah menyatukan beragam jenis logam . Inti keris terbuat dari baja yang keras, sedangkan di beberapa bagian merupakan kombinasi besi dengan logam yang lebih lunak agar mudah diukir dan menyisipkan pamor. Selanjutnya tahap mengukir dan membentuk keris.
Fungsi keris sebagai alat perlindungan diri bergeser menjadi benda pusaka yang dipercaya memiliki kharisma tertentu. Bahkan beberapa pecinta senjata tajam mengkoleksi dengan alasan keindahan bentuk yang tertuang dalam definisi dhapur, tangguh, bilah dan pamor. Dhapur merupakan tipe dan bentuk keris merupakan identitas dari mana keris berasal. Sedangkan tangguh merupakan perkiraan kapan keris dibuat, seperti fashion setiap gaya keris menggambarkan era keris dibuat. Bilah berhubungan dengan material , menggambarkan kepiawaian sang mpu menggabungkan beragam jenis logam. Pamor merupakan alur motif dipermukaan keris.



Memenuhi empat unsur di atas harga sebuah keris bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta. Dan untuk memberi kesan mewah tak segan pemilik keris menyemprunakan tampilan keris dengan emas 24 karat atau gading sebagai gagang dan warangkanya.
Maestro Keris
Meski tak sempat bertatap muka dengan Murka, kami banyak mendapat kisah Sang Maestro Keris dari Faturahman. Pria kelahiran 1943 mengembalikan pamor industri keris Aeng Tong Tong. Sejarah mencatat senjata pasukan Trunojoyo ketika memberontak terhadap Mataram tahun 1600 merupakan karya Mpu Aeng Tong Tong. Namun paska kemerdekaan RI keberadaan senjata tradisional sesuai fungsinya sebagai alat perlindungan tak dibutuhkan lagi. Keris-keris terbaik telah banyak dibawa ke Belanda sebagai oleh-oleh atau penghargaan kepada panglima perang.
Murka muda belajar dari memperbaiki keris-keris rusak. Bakat alaminya menuntunnya untuk membuat keris sendiri. Keris hasil karyanya ternyata lebih indah dari keris yang telah ada. Namun bukan Murka namanya jika berpuas diri, keingintahuan akan seni senjata tajam terus bergulir . Dari tangannya tidak hanya lahir keris tradisional Jawa dan Madura tapi beragam jenis senjata nusantara lainnya . Tidak mengherankan jika hasil karya Sang Mastro Keris Aeng Tong Tong diburu kolekter dari Malaysia dan Brunai
Atas jasanya mengembalikan kejayaan Mahakarya Indonesia , Murka dianugrahi Penghargaan Maestro Seni Tradisi Tahun 2013.

Mengintip bengkel kerja di belakang rumah Faturahman jauh dari pande besi tradisional. Pria-pria duduk menghadap peralatan modern yang digerakan oleh listrik. Mereka fokus dan berkonsentrasi memangkas ujung besi yang dibutuhkan. Pekerjaan ini tidak hanya membutuhkan ketelitian tapi juga cita rasa seni.



Kini Aeng Tong Tong bukanlah tempat dimana penduduk desa membawa wadah besar untuk mengangkut air sesuai dengan namanya ; aeng berarti air dan tong berarti wadah air besar. Di sini tumbuh subur industri logam yang berakar pada budaya tradisi. Setiap hari lahir mahakarya baru hasil mpu dengan semangat membesi.
Madura Cultural Trip #1- Prolog Hati
Madura Cultural Trip #2 – Momen Monumental
Madura Cultural Trip #3 – Gentongan, Membatik Dengan Hati
Madura Cultural Trip #4 – Memangku Warisan Wayang Topeng Madura
Madura Cultural Trip #5 – Sumenep , Keraton di Timur Madura
Madura Cultural Trip #6 – Masjid Jamik, Sanepan Dalam Arsitektural
Madura Cultural Trip #7 – Pesarean Raja di Asta Tinggi
Madura Cultural Trip #8 – Semangat Membesi Aeng Tong Tong
Eh ya ampun setelah selesai baca baru sadar ini blognya mas Danan. Tadi kirain blognya mas Halim hahaha. Gaya nulisnya agak berbeda dari biasanya 😀
SukaSuka
Iya nih agak beda pengen sedikit serious (pale kacamata
SukaSuka
wah kalau di makassar kami punya badik, diletakkan di depan pinggang sembari dipegang kalau pakai baju adat..kalau keris kan sering di sematkan juga di pinggang ya…
SukaSuka
Lampung juga badik namanya, duh kalo inget Makasar dulu jelajah sulsel tapi belum keliling makasar
SukaSuka
hahha pernah jelajah sulsel? dalam rangka apa?? pers?
SukaSuka
Jalan jln, travelingku pertama keliling sulsel tapi tulisan Dan fotonya masih kacau
SukaSuka
Awas terbang kak kerisnya…
SukaSuka
Kerisnya udah jinak nggak pake mist is mistisan
SukaSuka
Gile kerisnya mantep banget…
SukaSuka
iya pelanggannya sampai mancanegara… keren ya …
SukaSuka
Saya baru tahu kalau madura juga merupakan pusat keris. Kirain di pulau jawa saja..
SukaSuka
iya banyak kejutan di Madura, aku juga ga nyangka
SukaSuka
Ternyata keris juga mengakar kuat di Madura ya mas. Bentuknya memang agak beda dengan keris di Jawa Tengah sih, tapi sama bagusnya.
SukaSuka
iya mbak .. duh aku juga baru tahu kalo keris itu keren banget… kayaknya musti sering2 cultural trip
SukaSuka
Kak danan … itu ada cumi sotong item yaaa ??? aku suka banget, nyokap ku sering masak waktu masih gw kecil. dan sekarang kalo mudik selalu aja minta dimasakin itu #salahFokus
SukaSuka
Iyah makanya Aku blg cita rasa tradisional mirip masakan emak Aku, di restored ga ada item2nya
SukaSuka
Thanks info artikel ini menambah wawasan tentang keris tentang dhapur, tangguh, bilah dan pamor, Mas …
Foto kerisnya juga keren2 (Y)
SukaSuka
terimakasih , aku juga baru tahu keris pas cultural trip kesana, mas festival krakatau ikutan nggak?
SukaSuka
Nggak ikut Mas Danang, lagi banyak kerjaan …
SukaSuka