
Kemeriahan terkadang membosankan , saya beringsut menuju sudut kampung nelayan di desa Padelegen, Pamekasan Madura. Menyepi memandang panorama bilah-bilah bambu pengering ikan . Tak ada aktivitas di sini, hanya sebuah tampah besar berisi ikan pipih. Tak ada yang spesial hanya aroma payau menusuk dalam.
Tapi tunggu… rasanya ada yang aneh dengan ikan-ikan itu.
***

Manusia dihadiahkan bumi beserta isinya oleh Tuhan sebagai anugrah dan rahmat tak terkira. Sebagai bentuk rasa syukur manusia memberikan persembahan kepada alam sebagai sumber rejeki dan sebait doa bagi Tuhan selaku sang Pencipta. Sesaji siap dilarung ke lautan, upacara Petik Laut sudah dimulai musik dimainkan bertalu-talu bersama macan-macanan.
Padelegen dikenal sebagai salah satu sentra produksi ikan kering , teri nasi asal desa ini telah merambah pasar mancanegera, Jepang. Wajar jika setiap tahun warganya mengadakan larung sesaji sebagai bentuk ucapan syukur.


Saya makin penasaran dengan ikan-ikan di atas tampah besar. Sekilas tampilannya mirip hiu. Untuk menjawab rasa penasaran mencari penduduk setempat yang bisa ditanyai. Namun mereka terlarut dalam euporia kegembiraan , anak-anak terpukau menyaksikan atraksi macan-macanan sedangkan orangtua sibuk menghias kapal dan memuat sesaji ke dalam lambung kapal.


Perlahan saya balik ikan kering , melihat bentuk sirip dan ekornya makin merasa yakin bahwa ini ikan hiu. Tapi siapa pemiliknya. Rasa tanya saya belum terjawab tiba-tiba panggilan seorang rekan mengajak saya bergegas melanjutkan perjalanan. Siang ini kami harus segera menuju Surabaya mengejar penerbangan.
Dilema…
Rasa tanya tak terjawab itu menyisakan kegelisahan. Berkali-kali men-zoom foto di layar display kamera , apa benar ini hiu. Ikan yang seharusnya dilindungi. Meski dianggap berbahaya ternyata keberadaan hewan predator terakhir di rantai makanan mempengaruhi keseimbangan ekosistem laut. (Simak kisah Jalan-Jalan Cuap-Cuap Edisi #Savesharks).

Mengapa rasa syukur itu tidak diwujudkan dengan aksi menjaga keberlangsungan sumber daya alam. Menjaga agar alam tetap seimbang sehingga semua anugerah ini bisa dinikmati anak cucu menjadi warisan paling berharga.
ini ikan yang tertangkap mas kayae… bukan sengaja di tangkap deh. edisi #Savesharks hanya hiu-hiu yang langka atau memiliki nilai ekologi yang tinggi, save shark berrkaitan dengan sirip saja yang di gandurungi, tapi kalo seperti gambar siripnya ngga laku mas (3 tahun jadi kuli ikan). Hanya jenis-jenis hiu tertentu yang dalam kategori #Savesharks sisanya masih boleh di tangkap layaknya ikan-ikan konsumsi laiinya. Kalo hiu tinggal 1-2 ekor ya maklum #Savesharks lha kalo ratusan ribuan bahkan melimpah, ya bolehlah jadi ikan asin. lagian ini yang tertangkap dan bukan ditangkap. yang dimarahi adalah pelaku pasarnya jika #Savesharks karena selama hukum permintaan dan penawaran berlaku maka, bisa dimainkan. kalo tidak ada permintaan sirip hiu… maka aman sudah… hiu, selama ada permintaan… lah gimana caranya tetep diburu.. duit gede hehehe…
sekian mas…. malah nglantur…..
SukaSuka
Terimakasih om pencerahannya…. Tapi aku belum pernah makan ikan asin hiu, enak ga sih ? #makinbias
SukaSuka
Yg kecil bgitu malah dagingnya yg dimakan, siripnya gak bs dimakan…
yg dilarang itu shark finning atau ngambil siripnya doang trus dagingnya dibuang ke laut…
btw, ikannya bau amoniak gak mas???
SukaSuka
kasihan amat dah ikan hiunya
SukaSuka
Itu ikan hiu anak2 bukan? Melihat kecilnya.
SukaSuka
Iya kak anak hiu, meski ga sngaja tertangkap kasian aja liatnya…
SukaSuka
🙂 *cuma bisa senyum*
SukaSuka
Senyum simpul kak?
SukaSuka
simpel deh kak.
SukaSuka
Itu mereka ternak ikan asin ya? hehe
SukaSuka
Ngeriii….ada berapa puluh anak hiu lagi yang bakal dijadiin ikan asin. Kaya nggak ada ikan lain aja di lautan yang luas 😐
SukaSuka
namanya manusia om semua pengen dicoba
SukaSuka
wahh ini mah penyiksaaat ikan.. ckkckck .. senyum aja ahh 😀
SukaSuka