Curahan

Ketika Jomblo Pasang Cincin di Jantung Bukan di Jari Tangan

” Pak mustinya cincin dipasang dijari bukan dijantung”, canda seorang perawat , saat saya masuk ke ruang ICU dan mengumumkan diri kalau masih jomblo. Ya usaha itu selalu ada, apalagi beretemu perawat yang muda dan kinyis-kinyis.

Umur boleh matang (baca : tua) tapi semangat tetap muda, nah kadang ini yang bikin tidak sadar diri kalau alarm tubuh sudah berbunyi. Berteriak karena beberapa spare part minta di-maintenance ekstra, di-tune up, dibersihkan , bahkan di-service. Salah satunya jantung yang mulai ajrot-ajrotan detaknya.

Akhirnya 5 September 2024 ini , salah organ tubuh harus overhaule aka maintenance besar. Bukan dari segi biaya yang besar tapi tindakannya berisiko besar. Pembuluh darah jantung diobok-obok dan dikorek , biar tahu kinerjanya yang mulai engap-engapan karena tersumbat kolesterol atau jadi kaku karena kebanyakan gula.

Serem amat sih Bang?

Enggak Dek, nggak seserem itu. Buktinya aku masih bisa bernyanyi saat dikaterisasi jantung dan mengobrol dengan dokter.

Latar Belakang Kisah (udah kaya skripsi)

Biar nggak pada bingung, aku ceritain dulu kisahnya dari awal. Sebetulnya indikasi kelainan jantung ini sudah terdeteksi dari 3 tahun lalu. Nah pernah tuh kan saya kena pembengkakan jantung karena organ yang satu itu digeber terlalu kencang. Waktu itu saya ada kegiatan fisik yang agak ekstrim, seminggu ada pekerjaan sekaligus nanjak ke Taman Nasional di Sumatra, lanjut backpacker ke Malaysia. Seminggu kemudian sesak napas hebat dan baru terindikasi pembengkakan jantung dua minggu kemudian. Indikasinya batuk dan sesak napas tak kunjung sembuh.

Tahun yang sama hasil Medical Check Up (MCU) menyatakan jantung mengalami stres saat di EKG. Jujurly, aku nggak paham , sempat berpikir aku stres hati dan pikiran tapi ternyata bukan itu. Mas yang stres itu pembuluh jantung.

Begini urainnya, saat berlari atau diberikan aktivitas berlebih pembuluh darah jantung akan mengecil penampangnya untuk memberikan asupan oksigen lebih ke seluruh pembuluh darah di tubuh. Normalnya saat aktivitas berkurang maka penampangnya akan kembali membesar. Tapi ternyata pembuluh darah jantungku tidak bisa kembali membesar karena terjadi kekakuan di dinding pembuluh darah. Penyebabnya banyak, salah satunya asupan gula terlalu banyak. Tapi yakinlah saya bukan pengkonsumsi alkohol atau perokok, cuma pemakan nasi padang 3 bungkus. 😀

Aku sempat mencari opini ke dua setelah dua tahun lalu disarankan untuk katerisasi jantung. Sempat berkonsultasi dengan dokter di negeri jiran dan Batam tapi sepertinya pengobatan tidak berpengaruh. Pilihan terakhir tindakan medis karena ada penyempitan pembuluh darah jantung hingga 90%. Setelah dilakukan CT Scan jantung, dua pembuluh darah penyempitannta 90% dan satu pembuluh 60%.

Tindakan Hari “H”

Setelah borkonsultasi ke dokter melakukan pemeriksaan laboratorium, CT Scan jantung dan radiology, dijadwalkan 5 September 2024 dilakukan katerisasi jantung di salah satu rumah sakit swasta di Batam. Proses persiapan tidak terlalu ribet karena ternyata hanya bius lokal. Mungkin yang agak ribet karena saya tidak ada keluarga di Batam dan tidak mau merepotkan keluarga untuk datang ke Batam. Meminta teman-teman untuk mengurus dokumen administrasi sebelum dilakukan tindakan medis. Sejujurnya aku pernah operasi tanpa didampingi siapapun, lagian ada perawat yang siap membantu aku. Cie… Cie…

Salah satu yang membuat aku ngikik ra uwis-uwis, dua hari sebelum tindakan , perawatan meminta untuk mencukur bulu kemaluan . Ada kemungkinan selang katerisasi dimasukan dari pembuluh darah di selangkangan. Jujurly yang bikin aku galau bukan dicukur, karena aku anaknya rajin waxing . Tapi apa kabar dengan selangkangan ku yang warnanya abu-abu ungu dan tidak semulus paha Cherryebele. Tahu gini kan bisa rajin-rajin luluran.

Thanks God. Selang katerisasi dimasukan di pergelangan tangan kanan. Prosesnya tidak semenyeramkan yang kalian bayangkan. Hanya dibius lokal dan proses pemeriksaan berlangsung sekitar 30 menit. Setelah itu dokter menjelaskan ada dua penyumbatan di pembuluh jantung kanan dan kiri. Pilihannya pasang ring atau operasi bypass jantung. Dengan alasan efisiensi waktu penyembuhan, saya memilih dipasang ring. Total waktu pemasangan ring dan katerisasi jantung sekitar satu jam 10 menit.

Paska pemasangan ring saya harus dipantau di-ICU 2 x 24 jam. Jujur, aku agak risih juga ditempatkan di ruangan ICU secara fisik tidak terlihat sakit. Kedua tangan dipasung dengan infus dan mesin pemantau jantung. Ini pengalaman pertama buang air kecil menggunakan pispot dan mengenakan pempers. Aku takut, bagaimana jika harus buang besar. Karena saat berganti pempers, masih aku usahakan sendiri walau dengan gaya kayang di atas ranjang :D. Malu lah kalau aurat ini terlihat perawat.

Apa yang kamu rasakan?

Banyak pertanyaan teman-teman dan saudara apa yang dirasakan setelah dan sebelum katerisasi. Jujur aku nggak merasakan jika ada kelainan fungsi jantung. Tapi setelah membaca beberapa artikel , jadi paham jika pembengkakan di tumit belakang yang dirasakan beberapa bulan belakangan merupakan gejala jantung. Memang sih beberapa bulan badan terasa lebih mudah lelah, tapi karena aku terbiasa dengan senam pernapasan, tidak terlalu terasa.

Beberapa tahun belakangan keseimbangan tubuh agak berkurang, terasa saat naik kendaraan atau kapal. Pada intinya aku mentolerir gejala yang seharusnya diwaspadai. Seperti beberapa tahun lalu pernah merasakan nyeri luar biasa di jantung hingga ke tulang belikat, hingga sesak napas. Ya aku berpikir positif saja, mungkin masuk angin. Tapi dengan beberapa pengetahuan P3K , dada aku pukul kuat-kuat dengan tangan di bagian jantung lalu istirahat. Setelah 15 menit semua kembali normal.

Jika dirunut dari garis keturunan ibu penyakit jantung bukanlah sesuatu yang baru. Beberapa saudara dari pihak ibu meninggal karena serangan jantung termasuk sepupuku. Ibu pernah berkata jika usianya sampai 70 tahun, itu bonus besar dari Allah karena kebanyakan saudaranya berusia hingga 60 tahun saja. Bonus ini dadapatkan ibu dengan hidup displin , rajin berolahraga dari muda hingga lansia dan menjaga pola makan.

Sepertinya memang ada yang salah dengan pola makan saya selama di Batam. Meski 6 tahun di Batam tidak memiliki kendaraan dan memilih jalan kaki kemana saja tapi pola makan saya luar biasa kacaunya. Bayangkan dalam 10 tahun di Batam berat badan naik 40 kg , salah satu penyebabnya kebanyakan mereview makanan dan menghadiri jamuan. Saya itu pecinta makanan, rasanya tak mungkin jika tak mencicipi semua makanan :D.

Sebuah pelajaran dari kejadian ini . Anak-anak yang lahir prematur selalu ada peluang kelainan jantung karena pembentukan jantung yang belum sempurna. Begitu juga dengan saya yang lahir di bulan ke 8 kehamilan ibu dengan berat badan 1,7 kg saja. Jadi kalau kamu terlahir prematur, waspadai dan sayangi jantungmu dengan tidak minum alkolhol, merokok apalagi makan nasi padang 5 bungkus seperti senior PPDS UN**IP. Bahaya Dek, bahaya…

Hidup Lebih Sehat

Nggak usah tanya berapa biaya pasang sepasang cincin di jantung, pastinya sehat itu mahal. Setelah membaca beberapa artikel ternyata tidur kurang 4 jam sehari memicu gagal jantung. Ya di era sebelum pandemi bisa dipastikan saya kurang tidur karena ada target pekerjaan kantor dan ngonten (tulisan dan video) setiap harinya. Belum lagi kehidupan bermedia sosial yang menyita waktu. Jadi pelan-pelan lebih santai menghadapi kehidupan sebagai konten kreator. Nggak ada target setiap hari seperti dulu.

Soal makanan, aslinya aku nggak picky karena beberapa bulan ini sudah mengurangi konsumsi nasi dan makan beras porang, plus makanan manis tapi kalau mbak-mbak manis, aku masih doyan :).

Satu yang paling terasa setelah tindakan medis, tidur lebih nyenyak. Dulu setiap jam 2 dinihari selalu terjaga dan jika diperhatikan tekanan darah naik signifikan. Baru bisa tidur kembali, setelah pukul 3 atau 4 pagi.

Intinya sekarang jaga kesehatan lebih intense, mengubah gaya hidup dan pola makan yang ajrot-ajrotan. Maunya sih setelah pasang ring bisa tetap olahraga, jalan-jalan ekstrim seperti naik gunung atau diving. Karena mulai tahun ini, aku mulai traveling bersama keponakan yang mulai beranjak remaja. Ya maunya memberikan pengalaman baru bagi mereka biar nggak telat memulai traveling seperti omnya :D.

Janji ya jantung, ini yang pertama dan terakhir. Tahun-tahun berikutnya nggak ada lagi mejeng-mejeng di rumah sakit.

Forever young, I wanna be forever young… (nyanyi)

2 tanggapan untuk “Ketika Jomblo Pasang Cincin di Jantung Bukan di Jari Tangan”

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar