Tantangan Jurnalis Televisi di Perbatasan Nusantara Bersama IndiHome
Curahan, Kepulauan Riau, Lomba

Alfie Setia Mengabarkan Dari Utara Nusantara

Perkenalkan ini teman saya, namanya Alfie. Dia seorang jurnalis dan baru ditempatkan di Natuna sekitar setahun. Akhir pekan lalu kami berjumpa di Batam, ia baru saja menempuh ujian sertifikasi jurnalis televisi tingkat madya. Sebagai seorang yang tak paham dunia jurnalis televisi, saya jadi kepo bagaimana Alfie mengabarkan berita dari utara nusantara. Dalam satu sesi obrolan, kami  membahas pakem jurnalis lama yang harus berdamai dengan selera pasar.

Kemajuan teknologi mempengaruhi profesi manusia, salah satunya jurnalis televisi.

Saya blogger paruh waktu  dan tidak menyangka jika jurnalis warga kini menjadi profesi menjanjikan. Banyak perusahaan media yang memberikan kanal khusus blogger seperti Kompasiana dan Kumparan.

Sudah lumrah jika brand mengundang jurnalis dan blogger saat memperkenalkan produk terbaru. Keduanya duduk dan meliput bersama dalam sebuah acara. Meski pada akhirnya, kita  akan tahu mereka jurnalis atau blogger dari gaya tulisan dan media yang diwakili. Jurnalis warga dirasa lebih lugas mengulas produk. Tak heran jika jurnalis warga lebih banyak mendapat perhatian, apalagi juga seorang influencer.

Jurnalis Warga Televisi

Orang awam sering mengenal karya video jurnalis warga sebagai video viral. Walau tak lengkap unsur 5W dan 1H, video-video ini menghibur dan bisa jadi sarat informasi. Masih lekat diingatan kita, video amatir Tsunami Aceh 2004 karya Cut Putri yang laris diputar oleh televisi dalam dan luar negeri. Salah satu bentuk jurnalis warga yang muncul seiring murahnya teknologi perekam video yang disematkan di ponsel. Hadirnya channel youtube melahirkan banyak konten kreator video dan juga profesi baru, youtuber.

Banyak yang mengira jurnalis televisi dan konten kreator video profesi yang sama.

Sekarang siapapun bisa merekam kejadian dan membuat berita lalu memposting di media sosial. Beberapa stasiun televisi memberikan ruang kepada jurnalis warga melalui program khusus, seperti: Metro TV, NET TV dan TVRI. Konten kreator video  turut menyemarakan jurnalistik televisi. Jika ingin tayang di televisi, mau tidak mau mereka harus mengikuti pakem jurnalistik

Tak mengherankan jika kini dalam sebuah iven, jurnalis warga televisi (vlogger) dan jurnalis televisi meliput bersama. Meski tak tertulis, ada kode etik yang wajib dipahami oleh vlogger. Jika mengambil gambar bersama menggunakan lensa zoom dan berdiri di area khusus, agar tidak saling mengganggu. Tapi tetap untuk acara formal dibutuhkan kartu identitas wartawan yang menginformasikan media asal. Oleh karena itu konten feature yang menjadi andalan jurnalis warga televisi.

Podcast bersama Alfie : Jurnalis Televisi VS Konten Kreator Video

“Konten kreator jago-jago. Ada lho yang dapat job dari stasiun televisi Singapura”, Alfie berkisah sambil menunjukan video feature kehidupan nelayan.

“Berapa tuh bayarannya?”

“Katanya 2000 dollar Sing. Besar untuk ukuran kita”, jelas Alfie.

Selera Pasar

Dulu dalam jurnalistik televisi, kamera bergerak tanpa alasan tertentu adalah sesuatu yang tabu. Tapi sejak hadirnya jurnalis warga, kamera bergerak ke kanan dan kiri tanpa alasan tidak masalah, bahkan pemirsa memaafkan video agak bergetar jika videografernya amatir.

Pergerakan kamera mengikuti selera pasar dan mendobrak pakem yang ada.

Lucunya teknik pengambilan gambar video mengikuti objek seperti vlog diminati pemirsa. Demi mengikuti selera pasar, beberapa stasiun televisi tak mempermasalahkan jika jurnalisnya mengambil gambar bergerak mengikuti objek. Teknologi kamera dengan anti-shake dan gimbal membuat gambar tetap stabil walau kamera bergerak aktif.

Aplikasi tik tok dan instagram mendorong tren video potrait yang lebih enak dilihat melalui ponsel. Saya yang awalnya mengharamkan format potrait untuk video dan foto traveling. Pada akhirnya harus berdamai ketika klien memberikan pekerjaan membuat video kamar hotel untuk akun tik toknya.

“Awalnya aku bingung pas redaktur mewajibkan video potrait dalam setiap liputan”, curhat Alfie tersenyum satir.

“Kenapa nggak crop dari video landscape?”

“Komposisi nggak pas takut pecah juga “, jelas Alfie.

“Bener juga sih tapi untuk apa sih video berdiri?”

Jurnalis televisi wajib mengambil video mode landscape dan potrait.

Alfie menjelaskan bahwa sebelum video landscape ditayangkan di televisi maka teaser video potrait tayang di media sosial untuk promosi. Meski ada editor, jurnalis wajib bisa mengedit video terutama untuk kebutuhan media sosial. Selera editing juga berubah, di beberapa televisi gaya edit cepat dan transisi menjadi variasi sesuai selera pasar.

“Makin banyak dong kerjaan jurnalis.”

“Ya harus gercep, kirim teaser dulu, video panjangan nanti.”

Jurnalis televisi wajib memiliki kemampuan editing cepat dengan ponsel untuk media sosial.

Dukungan Teknologi

Selera dan polas pasar semakin mengingikan berita aktual membuat jurnalis televisi bekerja ekstra: ekstra cekatan dan ekstra cepat. Tapi nyatanya cepat dan cekatan tak cukup, gear harus diperbaharui karena teknologi televisi juga berkembang.

Dulu resolusi minimal video 540, sekarang wajib 1080 HD, 60 fps.

“Jaman analog kirim 540 masih aman. Sekarang wajib HD 1080”, Alfie mengkisahkan syarat resolusi video.

“Handycam jadul nggak bisa dong.”

“Ya sekarang kamera ponsel juga ada yang 4K.”

“Iya juga sih. Tapi kan upload-nya ngos-ngosan.”

“Video 1 menitan HD 60 fps, kira 100-an MB.

“Emang mampu kirim cepat dari Natuna”, kekeh saya bercanda.

“Mampu dong pakai IndiHome”.

“Oh iya. Kabel FO dah sampai sana.”

“Makanya maen ke Natuna Mas, biar merasakan dasyatnya internet Indonesia yang terkoneksi Palapa Ring Barat.”

Internet sudah menjadi kebutuhan primer bagi profesi tertentu. Dan untuk profesi seperti Alfie, internet harus cepat dan stabil. Karena idealnya kapanpun dan dimanapun harus meng-upload file video demi berita terbaru.

Jurnalis televisi live interview menggunakan aplikasi messenger.

Kondisi geografis kepulauan di Kepulauan Riau menjadi tantangan tersendiri bagi jurnalis televisi. Dengan wilayah kerja sampai ke Anambas, terkadang Alfie harus melakukan wawancara jarak jauh yang tidak hanya audio tapi visual.

Beruntung kita hidup di jaman yang semakin global karena terhubung oleh internet Broadband IndiHome dari Telkom Indonesia dengan harga semakin terjangkau. Tiga ratus ribu rupiah sudah bisa berlangganan internet 20 mbps. Bandingkan dengan awal tahun 2000, sewa internet di warnet per jamnya 5000 ribu rupiah.

Tetap Aktual Mengabarkan

Pekerjaan jurnalis televisi tidak hanya mencari berita lalu mengirimkan video ke kantor pusat. Sebelum mencari berita, jurnalis wajib melakukan riset dan meng-update informasi. Alfie selalu mengikuti perkembangan berita internasional karena lokasi Natuna berada di perbatasan yang rentan dengan isu politik batas wilayah.  Wawancara online  menjadi pilihan  ketika cuaca dan lautan tak bersahabat untuk menemui narasumber.

Jurnalis wajib mengupdate berita dengan cepat.

Meski terdengar jadul, telepon menjadi alat komunikasi andalan antar pulau dan paling cepat. Pekerjaan multitasking jurnalis, kadang mengharuskan Alfie meng-upload file video sambil menerima arahan dari redaktur melalui telepon. Seperti prajurit yang selalu siaga di medan perang, jurnalis harus siapa ketika ada kejadian di lapangan.

“Sibuk ya kerjaan jurnalis”.

“Nggak juga. Alfie masih sempat nonton Netflix kok.”

“Nyampe sana juga Netflix?”

“Ya kan ada IndiHome.”

“Oh iya kan ada paketan rumahan internet IndiHome menghadirkan Window of Entertainment.”

IndiHome menyediakan berbagai pilihan konten menarik mulai dari layanan TV Interaktif, Minipack Channel TV, add-on, 10 OTT partner diantaranya Disney+Hotstar, Vision+, VIU, CATCHPLAY+, MOLA, Vidio, WeTV, Lionsgate Play, HBO Go, dan Gameqoo. Selain itu, IndiHome juga memiliki jumlah channel terbanyak hingga mencapai 238 channel.

Beruntung IndiHome sudah ada di Natuna, internetnya Indonesia dari PT Telkom Indonesia.

Aktivitas Tanpa Batas di Batas Nusantara

Sebelum mengobrol dengan Alfie saya tidak pernah menyangka orang tetap bisa bekerja tanpa batas di pelosok nusantara. Kita harus bangga  dengan infrastruktur telekomunikasi dan manfaat internet di negeri ini.

Jurnalis seperti Alfie bisa terhubung dengan rekan kerja dan narasumber dari kota bahkan negara yang berbeda. Tak sia-sia keputusan Alfie setahun lalu untuk menepi di tapal batas pertiwi.

Kita yang tak paham mengira ia kehilangan kesempatan berkarya. Tapi sesungguhnya banyak karya yang dapat ia kerjakan di Natuna, termasuk mimpi mulia menjadi relawan, mengajar bahasa Inggris anak-anak.

Kerja itu ibadah. Jika dilakukan dengan sepenuh hati, tidak hanya membawa rejeki tapi juga membawa keberkahan bagi diri sendiri dan orang lain.

Selamat bertugas Alfie!

Jurnalis Jaman Now banyak tantangannya Bestie.

8 tanggapan untuk “Alfie Setia Mengabarkan Dari Utara Nusantara”

  1. Thanks for sharing this, mas. It’s quite inspiring. Bekerja sesuai passion seperti “sedikit bekerja & banyak explore-nya” karena ada rasa bahagia ketika mengerjakannya.. Selalu suka sama cerita-cerita mas Danan.. Inspiratif 😚

    Suka

    1. Terima kasih, Mas Danan udah menceritakan kisahnya Kak Alfi.. Semoga betah dan bahagia bertugas di Natuna. Btw aku juga pake Indihome sejak awal, nggak pernah mengecewakan. Udah lancar jaya juga sampai di sana yaa… Keren!

      Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s