Jepang, TIps, Travelling

Kebodohan Saat Trip Jepang

Saya punya moto. ” Ketidaksempurnaan perjalanan yang akan mendewasakan perjalanan hidupmu.” Jadi kalau pas jalan ada kejadian yang tidak mengenakan sebenarnya itu memperkaya pengalaman, seperti trip ke Jepang tahun ini. Entah mengapa banyak banget kejadian bodoh. Mungkin karena aku kurang piknik jauh, jadi agak tergagap ketika harus piknik.

Drama Tiket Pesawat
Bulan November 2002 saya dan beberapa rekan traveler teman membeli tiket promo pesawat Jakarta. Harga tiketnta lumayan murah, teman saya mendapat harga 3,3 juta rupiah sedangkan saya 3,8 juta rupiah. Untuk ukuran masakapi full service sekali transit lumayan menggoda. Apalagi ini Philipina Airline, pesawat plat merah Filipina yang konon pelayanan bagus dan makanannya enak :D.

Berfoto dulu di toilet sikansen.

Ternyata selama kurung waktu tujuh bulan terjadi delapan kali pergantian jadwal penerbangan. Awalnya masih normal, hanya bergeser jam keberangkatan tapi lama-lama bergeser hari, mundur dua hari. Paling epik pergantian bandara ketibaan dari Narita ke Haneda. Lebih membagongkan dari 4 tiket yang pindah bandara Haneda cuma 1 orang . Sedangkan itinerary, hotel dan JR Pass sudah dipesan lho, kalau satu orang mendarat terpisah bagaimana ceritanya?

Drama rescheduled terjadi sampai minus satu hari keberangkatan. Setalah berkali-kali menghubungi coostumer servicenya akhirnya mendapat jadwal yang lebih manusiwai. Walau tantangannya transit 1 jam di Filipina, terbayang kami harus lari sprint pindah pesawat di bandara luas dengan gate jauh. Tuhan kuatkan hambaMu.

Selamat datang di Jepang!

Beruntung maskapainya memberikan solusi dengan membuka pintu Doraemon. Ada jalur khusus pindah pesawat tanpa melewati imigrasi dan gate panjang. Tapi tetap kami harus berjalan cepat, nggak boleh lelet apalagi drama kelaperan. Mau pipis? iket pake karet.

Drama Visa
Kalau saya punya paspor elektronik sebetulnya pengurusan visa Jepang itu nggak sulit, bisa menggunakan waiver dan diurus secara online. Paspor saya masih paspor rakyat jelata berwarna hijau. Pengurusan paling dekat dari Batam di konjen Medan. Sebetulnya seorang rekan di Medan sudah menawarkan membantu menguruskan tapi berhubung berkas udah masuk agen di Batam. Ya sudahlah via travel agen, dengan dalih menggairahkan industri pariwisata.

Saat musim panas banyak Festival di Jepang.

Berkas sudah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, sempat terganjal rekening koran bank digital yang ternyata bank fisiknya di Batam sudah berpindah kantor. Alamat kantornya tidak di-update di google, sempat membuat saya tawaf 7 kali keliling Nagoya. Eh ternyata bank-nya ada di pelupuk mata, Batam Center , dekat kantor.

Setelah berkas sampai di konjen Jepang di Medan, drama baru dimulai. Karena KTP saya domisili Lampung maka visa tidak dapat diurus di Medan, harus diurus di kantor kedutaan atau konjen terdekat dari Lampung. Pilihannya ada kedutaaan Jepang di Jakarta.

Tak ada pilihan lain karena waktu traveling yang semakin mepet. Saya pun mengiyakan biaya tambahan yang tidak murah ketika agen menawarkan mengurus visa Jepang di Jakarta dengan mensub-kan ke pihak lain. Ya kalau visa nggak keluar dan nggak jadi jalan, biaya tiket pesawat, JR Pass dan hotel akan hilang.

Drama cuti
Sebetulnya liburan buat delapan hari di Jepang hanya butuh cuti enam hari tapi yang jadi masalah tahun ini banyak cuti bersama . Jatah cuti tahunan hanya tersisa 3 hari saja yang artinya harus berhutang cuti tahun ke depan.

Biasanya hutang cuti itu mudah, hanya butuh persetujuan bos , tapi tidak tahun ini. Tahun ini berhutang cuti harus mendapat persetujuan bos besar plus manajer HRD, dengan alasan yang harus tepat. Lalu aku bilang apa , jika semua tiket dan hotel sudah dipesan tapi tak mendapat ijin?

Sempat berasa di-ping pong ketika harus berkali-kali minta ijin melalui e-mail ke bos, bos besar dan HRD. Haruskah aku minta ijin ke Tuhan, untuk bisa piknik jauh. Akhirnya aproval cuti datang 1 minggu sebelum keberangkatan, bersamaan dengan drama visa yang tak kunjung usai.

Sempat pasrah, kalau belum rejeki belajar iklas. Piknik itu seperti jodoh, kalau belum rejeki nggak bisa dipaksakan, walau sudah usaha mati-matian.

Galau Rendang
Seperti biasanya gua sama teman teman , traveling jinjingannya rice cooker dan lauk instan . Di forum Travelling kita banyak mendapat informasi kalau Jepang ketat dengan olahan daging. Rendang selalu nggak lolos di bandara Jepang karena akan terendus oleh anjing pelacak.

Mampir dulu ke rumah Nobita 😀

Ini nyata terjadi sama teman kantor yang pergi ke Jepang satu bulan sebelum aku . Padahal yang ia bawa makan bekas rendang dan rendangnya sudah habis saat transit di Filipina. Tapi sesampai di Narita terendus anjing pelacok dan akibatnya semua barang harus dibongkar untuk pemeriksaan. Duh repotnya

Berdasarkan pengalaman di atas kita jadi jiper, rendang yang sudah kita beli akhirnya batal dibawa. Kita hanya membawa kering kentang, keripik, sambal , mie instan dan bukan olahan daging , baik sapi maupun ayam.

Ya alhamdulillah sampai bandara Narita semuanya aman nggak ada yang diendus anjing pelacak .

Drama Hotel
Liburan ke Jepang kali ini jelang musim panas yang mana harga semua hotel lumayan mahal, karena bersamaan dengan waktu liburan warga Jepang. Beruntung Febri, sudah gerak cepat memesan hotel jauh-jauh hari. Walau nggak murah-murah tapi harganya nggak bikin kantong bolong .

Tapi jelang hari keberangkatan, ada drama lagi. Pagi-pagi Febri mendapat notifikasi bahwa kartu kreditnya tak bisa didebit Agoda karena sudah limit dan kurang beberapa puluh ribu rupiah saja. Meski Febri sudah menghubungi pihak bank, dapatkan limit dinaikan sedikit dengan menyetor sejumlah uang. Ternyata tidak bisa Bestie.

Sempat panik kamar yang kami pesan akan lepas karena hotel memberi peringatan akan membatalkan pesanan. Beruntung Agoda menerima kartu kredit lain untuk pembayaran. Akhirnya drama kamar hotel ini bisa selesai.

Drama Singa Terbang
Penerbangan dari Jakarta ke Jepang pukul 12 malam, Jadi saya berangkat dari Batam pukul 4 sore. Ya cukuplah transit 6 jam di Jakarta. Tapi drama dimulai saat sudah di dalam pesawat Singa merah yang akan terbang ke Jakarta. Pramugari mengumumkan ada gangguan teknis dan diharapkan penumpang kembali ke ruang tunggu bandara.

Merasakan salju abadi Jepang di musim panas

Aku panik banget karena kakak disamping ku bercerita, tiga hari mengalami kejadian serupa dan delay 6 jam. Kalau menunggu enam jam artinya peswat terbang pukul 22:00 WIB dan nggak akan sempat transit pindah terminal. Duh rasanya dah nggak karuan apalagi nggak ada tanda-tanda keberangkatan. Sebetulnya ketika memutuskan naik singa merah aku sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk dengan delay 2 jam tapi nggak 6 jam juga kalee.

Di tengah kegalauan, akhirnya petugas mengumumkan penumpang dipersilakan naik ke pesawat. Ya walau rasanya pendingin di dalam udara tidak maksimal alias panas. Sudahlah yang penting sampai Jakarta.

Drama Imigrasi
Sebetulnya ini nggak terlalu drama sih apalagi ketika di imigrasi Indonesia . Waktu itu banyak banget orang liburan ke Jepang. Aku yang mengenakan baju warna oranye gonjreng malah disangka ikut rombongan mama-mama piknik.

Ketika mendarat di bandara Narita Tokyo, salah satu teman jalan gua yang usianya 20 tahunan banyak mendapat pertanyaan dari pihak imigrasi. Dan sayangnya dia ini nggak jago bahasa Inggris, begitu juga dengan petugas imigrasi Jepang. Ditambah lagi belakangan Jepang dengan usia pencari kerja, karena banyaknya kasus WNI menjadi pekerja ilegal menggunakan visa turis.

Pertanyaan sangat detail dan kalau salah salah jawab bisa kemana-mana pertanyaannya. Sempat ditanya, mau ngapain ke Jepang , mana itinerary dan yang paling epic tuh dibilang ditanya apa hubungan kita. Iya gua balas aja kita adalah yang jalan jalan yang kerjaannya jalan jalan.

Jadi tipsnya untuk kamu yang baru pertama kali keluar negeri persiapkan jawaban untuk pertanyaan pertanyaan standar misalnya mau ngapain ke negara tersebut staynya di mana terus siapa teman jalan kamu apa hubungan kamu dengan teman jalan kamu sampai alamat kalau kamu ada teman di negara tersebut.

Drama Rice Cooker
Nah kalo drama yang berikut ini adalah murni kegoblokan saya sebagai anak teknik elektro . Aku biasa membawa ricecooker kecil ketika melakukan traveling ke luar negeri. Tujuannya bukan selalu untuk berhemat tapi biar gampang saja daripada ribet cari tempat makan nggak ketemu. Ya sudah masak aja di hotel saja

Tapi anehnya rice cooker tidak bisa digunakan setelah sampai di Jepang. Awalnya berpikir kebanyakan beras dan air jadi nasinya tidak masa. Setelah volume digunakan, tetap saja tidak matang nasinya.

Belakangan aku tahu ternyata tegangan listrik di Jepang 110 volt bukan 220 volt. Karena kekurangan tegangan makanya rice cooker tidak mampu menanak nasi. Demi kesejahteraan semua anggota travelling akhirnya gua beli rice cooker yang jika dikurskan ke rupiah 400 ribu rupiah.

Pertanyaan, lalu rice cookernya kalau sampai di Indonesia untuk apa? Tenang, banyak teman aku yang mau jalan-jalan ke Jepang, nanti direntalkan. Lagian aku juga bakal balik jalan-jalan ke Jepang kok.

Hempaskan Dari Sikansen
Ternyata untuk naik kereta cepat tak hanya butuh tiket atau JR Pass tapi manner. Penumpang bisa naik gerbong umum atau gerbong pemesanan. Maksudnya gimana kak? Kan kita sudah bayar.

Karena di jalur favorit dan di jam sibuk, kereta cepat bisa saja ramai. Maka demi kenyamanan bersama, ada gerbong yang diperuntukan bagi penumpang yang sudah memesan dan penumpang go show alias dadakan. Kalau gerbong penumpang penuh artinya penumpang go show ini siap berdiri di dalam gerbong.

Karena merasa beberapa gerbong terlihat sepi, dengan percaya diri kami berempat duduk di gerbong yang harusnya dipesan. Apesnya petugas menanyakan mana kartu pemensanan kami. Nah lho! Langsung nganga… ngong…. Mau pura-pura tidur, apalagi kesurupan, tentu saja nggak mungkin. Ini Jepang man.

Beruntung ada teman yang bisa bahasa Jepang (walau standar JAV) lalu minta maaf kepada petugas. Dan lebih beruntung, maaf diterima oleh petugas. Kalau apes bisa didena 5 juta rupiah per orang. Makanya mas manner dijaga!

Nah itulah kebodohan gua ketika melakukan perjalanan ke Jepang semoga catatan kebodohan ini bisa menjadi bekal biar kamu nggak ikutan bodoh kayak aku.

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar