Curahan

Ketika Tuhan Mengingatkan Jantungmu

Saya tidak tahu kapan tulisan ini akan publish tapi saya hanya ingin mencatatnya sebagai sebuah perjalanan hidup. Bagaimana Tuhan mengingatkan saya agar semakin peduli dengan kesehatan jantung. Semua kejadian di hari ini adalah suara Tuhan.

Hampir sebulan ini saya mengalami sesak napas dan ternyata penyebabnya bukan asma atau alergi saluran pernapasan. Seminggu lalu saya mendapatkan jawaban pasti dari dokter penyakit dalam langganan bahwa jantung saya mengalami pembengkakan sehingga mendesak paru-paru.

Sejujurnya saya juga tidak terlalu terkejut karena sesak napas yang dirasakan berbeda dengan sebelumnya. Ini terasa lebih dalam dan ketika berbicara saya harus berusaha menarik napas lebih dalam. Kebetulan dari garis keturunan ibu penyakit jantung merupakan takdir yang tak bisa ditolak. Jika sampai hari ini ibu dapat bertahan hingga usia di atas 70 tahun lebih , itu bonus luar biasa atas usahanya menjalankan pola hidup sehat. Tapi tetap pada kenyataan kita tak dapat mengubah takdir.

Jika merunut riwayat kesehatan saya yang terlahir prematur maka potensi penyakit jantung selalu ada. Karena konon anak-anak yang terlahir prematur, pertumbuhan jantung di dalam kandung belum semuprna. Sehingga di beberapa kasus sekat antara bilik dan serambi belum sempurna. Ya sadar akan kondisi ini saya pun menghindari aktvitas merokok, minum alkohol tapi salah nya saya tidak melatih fungsi jantung dengan rutin berolahraga.

Sadar dengan kondisi ini, sayap tidak panik menjalani pengobatan. Termasuk pemasangan ring di jantung , jika itu menjadi solusi terakhir. Karena jujur saja, akhir akhir ini saya merasa aktivitas agak terbatas. Merasa konsentrasi berkurang jika mengalami sesak, seolah jumlah oksigen di otak berkurang. Dan beruntung saya memiliki ibu yang selalu siap diajak berdiskusi tentang penyakit tanpa panik.

Keluar masuk rumah sakit bukan sesuatu yang baru bagi saya. Saya dan ibu telah melewati banyak kisah termasuk vonis penyakit liver berpuluh tahun lalu yang akhirnya saya bisa bertahan sampai sekarang Termasuk omelan ibu 5 tahun terakhir yang selalu mengingatkan saya untuk diet. Jika saya tinggal dengan ibu, pastilah saya tak akan menderita obesitas. Beliau orang yang paling bawel tentang menjaga kesehatan. Tapi semua sudah terjadi dan yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki :D.

Panti Jompo

Hari ini saya mendapat tugas mensurvei panti asuhan untuk kegiatan memperingati hari jadi kantor. Akhirnya di pertemukan dengan pemiliknya seorang wanita berusia 60-an . Singkat cerita saya berkomentar tentang pantinya yang banyak tumbuhan tapi tak terawat.

Pemilik panti berkisah sudah setengah tahun menderita penyakit jantung. Beliau berkisah, sekarang menjadi lebih mudah lelah. Jangankan untuk mengurus tanaman, untuk membereskan tempat tidur tak mampu.

“Mungkin sudah takdir, disuruh Allah istirahat”, curhat ibu pemilik panti.

“Iya Bu, yang sabar.”

Curhat pun berlanjut dengan kesedihan tak bisa merawat tanaman di teras rumahnya. Padahal dulu setiap helai daun saja dibersihkan satu per satu, sekarang banyak daun kering tak terurus. Sayapun jadi teringat kondisi ibu rumah yang juga pecinta tanaman. Setahun lalu di di usianya yang sudah kepala 7 masih aktif mengurus taman kecil di halaman : mulai dari mengganti tanah, menanam bunga hingga menyiram dilakukan sendiri. Tapi sekarang beliau harus legowo mempercayakan orang lain untuk mengurus koleksi tanamannya.

Seperti diingatkan bahwa fungsi jantung bisa menurun kapan saja dan sudah dipastikan meganggu aktivitas sehari-hari. Saya yang hobi traveling bisa saja harus gantung ransel dan koper karena kesehatan jantung yang tak sepadan dengan semangat traveling.

Pengencer Darah

Di hari yang sama kedatangan tamu istimewa, rekan traveling lama yang kebetulan bersama suami singgah di Batam setelah liburan di Singapura.Sekitar 11 tahun lalu saya mendapat teman traveling ibu-ibu yang akhirnya menjadi sahabat dan sudah saya anggap seperti orang tua sendiri.

Sebelum teman saya ibu H menyebrang dari Batam ke Singapura terjadi insiden. Tangan Om M, suami ibu H terjepit troli di Harbour Front Singapura. Yang bikin panik adalah setelah 6 jam berlalu darah tidak membeku dan terjadi bleeding.

Ternyata Om M mengkonsumsi pengencer darah untuk mengobati penyakit jantungnya. Jelang malam kami pun pergi ke rumah sakit karena sepertinya terjadi patah tulang di ujung jari. Dan benar saja, ujung jari Om M hancur dan harus dilakukan penanganan , minimal pembersihan luka di ujung jari agar tidak terjadi pendarahan. Dilemanya Om M ingin dilakukan operasi di Jakarta tapi jika pendarahan tidak berhenti maka tidak dapat terbang ke Jakarta.

Salah satu pilihan menghentikan pendarahan dengan tidak meminum obat pengencer darah atau meminum obat penghenti perdarahan tapi kontradiktif dengan dengan obat penyakit jantung. Jadi sebelum tindakan harus melakukan konsultasi dengan dokter jantung.

“Ini hanya terjepit troli tapi jadi seribet ini”, celoteh Om M.

Ya tapi inilah musibah kita tidak akan bisa menebak dan mengira. Akhirnya kami pindah rumah sakit untuk meminta saran dokter jantung. Tapi sebelum ke rumah sakit kita makan dulu ya biar lebih santai dan rileks.

Setiba di rumah sakit AB akhirnya kita mendapat kepastian bahwa untuk kasus seperti ini tidak masalah menghentikan minum obat penyakit jantung selama tiga hari. Agar saat penerbangan tidak terjadi pendarahan. Tapi tetap obat penghilang rasa sakit dan antibiotik harus dikonsumsi untuk menghindari infeksi dan rasa sakit di malam hari yang bisa menyebabkan kurang tidur dan memicu hipertensi.

Pertemuan saya dengan Bu H dan Om M selalu saja melahirkan penghalaman hidup luar biasa. Saya jadi teringat beberapa tahun lalu ketika menjenguk Bu H yang harus melakukan operasi lutut di Singapura dan ditemani Om M yang baru saja melakukan pemasangan ring di jantung.

Kita tak bisa menebak kapan sakit akan datang, tapi ketika sakit datang kita hanya bisa ikhtiar dan tawakal.

Serangan Jantung

Ketika subuh, sebuah e-mail duka masuk. Mata saya langsung tertuju pada tulisan “rekan kita”. Ya Allah seorang rekan meninggal karena serangan jantung. Kita pernah satu kantor dan cukup sering berinteraksi. Tak menyangka orang yang aktif berolahraga dan terlihat sehat bisa mendapat serangan jantung yang menyebabkan kematian.

Seperti disentil oleh Tuhan, saya merasa harus lebih mencintai diri dengan berolahraga, menjaga makan, cukup istirahat dan mengatur pola hidup sehat.

Mirip Bunda

Sebetulnya penyakit jantung bukan hal baru di keluarga kami, secara genetis dari keturunan ibu, kami sangat rentan dengan penyakit kardiovaskuler ini. Ibu juga pernah mengalami pembengkakan sekitar 5 tahun lalu dan alhamdulilah beliau kembali sehat hingga bisa menjalani umroh beserta haji.

Jadi ketika mengetahui saya terkena penyakit yang sama beliau tidak panik, kami saling dukung, saling bertular literasi hingga saling mendoakan. Beruntung saya punya ibu yang mampu membesarkan hati anak-anaknya ketika kami di titik terendah. Saya teringat pengalaman 25 tahun silam bagaimana ia telaten mengurus saya yang hampir menderita sirosis. Mencarikan dokter terbaik hingga melewati proses pengobatan 5 tahun.

Dulu ketika gigi saya belum rapih (tonggos), saya sempat bertanya, saya anak siapa. Mengapa wajah ini tidak mirip bapak atau ibu, hanya mewarisi gigi bapak yang tak rapih. Tapi setelah gigi saya dipasang behel, raut wajah saya semakin mirip dengan beliau. Sampai teman saya berkata, kalau pakai hijab, kamu mirip ibu.

Sesungguhnya di keluarga kami tidak ada anak kesayangan tapi saya anak yang paling dekat dengan ibu. Mungkin karena terlahir spesial dan sering sakit-sakitan, ibu selalu mendampingi. Walau saya adalah anak yang paling seling menimpali omelan ibu dan menyebabkan keonaran termasuk drama.

Berlahan saya selalu bisa merasakan apa yang ibu rasakan. Meski terkadang masih suka berdebat, banyak kecocokan kami termasuk soal makanan dan selera fashion. Saya pun makin sadar bahwa golongan darah kami yang sama, akan mewarisi penyakit genetik. Tapi saya mau seperti ibu, tetap menjaga kesehatan hingga lansia. Tak mudah memang tapi apa yang tak bisa untuk kemauan dan keinginan terbaik.

Batam, 25 Januari 2023.

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar