Dengan beredarnya beragam inforomasi yang tidak seragam, membuat kami komorbid merasa takut untuk divaksin, apalagi dengan vaksin yang dianggap “kuat” dan konon memakan korban, Astrazeneca. Tapi di sisi lain kita juga ingin memiliki imunitas virus COVID-19.
Saya seorang komorbid hipertensi dan dan asma tapi terkendali karena rajin rutin kontrol dan minum obat. Jadi gejala memang tidak sering timbul. Tapi yang membuat saya takut adalah beberapa hari sebelum vaksin, rekan kerja sahabat saya meninggal karena divaksin Astrazeneca. Jadi ternyata usut punya usut, almarhum sebelum melakukan vaksin ternyata sudah positif. Jadi analoginya dia sudah tenggelam dan begitu divaskin seperti dipaksa masuk ke dalam air.
Dari kejadian ini saya belajar bahwa idealnya sebelum vaksin kita memastikan kondisi tubuh benar-benar vit. Bagi komorbid seperti saya lakukan pemeriksaan atau konsultasi ke dokter. Karena screening di pusat vaksin tidak detail seperti di rumah sakit. Lalu lakukan rapid tes antigen untuk mengetahui apakah kita benar-benar negatif.
Setelah vaksin sebelum gejala timbul minum obat penurun panas dan pastikan kondisi fisik tetap fit. Walau rasa lidah agak pahit tetap makan dan jika mengantuk istirahatkan saja tubuh.
Untuk lebih lengkapnya berikut video pengalaman vaksin pertama astrazeneca bagi komorbid semoga bermanfaat.
Terimakasih sudah menyimak vlog di atas, nantikan vlog vaksin ke dua.
dananwahyu.com 
Memangnya kalau mau vaksin tidak diwajibkan test PCR dulu? Seharusnya di test dulu dan kalau punya penyakit komorbid wajib konsultasi ke dokter dulu.
SukaSuka
banyak kasus orang nggak tahu ternyata sebelum divaksin sudah positif, dan ini bikin gejala paska vaksim menimbulkan kematian karena berat banget. idealnya sebelum vaksin pastikan kita benar2 negatif apalagi yang memiliki komorbid
SukaSuka