
Kami adalah pengelana senja
Memburu sang kala merah menyala
Di ujung tapal batas magenta
Tak gentar akan sejuta bahaya
Meski harus melewati seribu samudra
Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 12) : Pengelana Senja”

Kami adalah pengelana senja
Memburu sang kala merah menyala
Di ujung tapal batas magenta
Tak gentar akan sejuta bahaya
Meski harus melewati seribu samudra
Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 12) : Pengelana Senja”

Seharusnya sebelum jam 12 siang kami harus check out dari penginapan. Tapi atas kebaikan Pak Amy pemilik hotel, kami diperkenankan tinggal sampai selesai sholat jum’at. Rencananya dua malam terakhir akan menyatu dengan alam. Mencoba menikmati pulau weh dengan cara lain, membangun tenda di pinggir pantai.

Tak ada suara
Sesekali riak air laut menembus keheningan
Embun berlinang bening di daun cemara
Tak ada nadi kehidupan, semua begitu kontras
Ada apakah dengan Iboih Pagi ini?
Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 10) : Keheningan Iboih”

Pagi ini berasa banget jadi anak pantai. Keluar dari kamar langsung bisa liat laut dari balkon. Ngesot dikit dah bisa nyemplung ke laut. Dan kerennya pantainya Iboih :). Awalnya sempet ngerasa kalo sewanya kemahalan karena high season. Tapi pas sampe dan liat posisinya yang super strategis, sesuailah. Semalem Rp 150.000 dan bisa diisi empat orang.
Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 9) : Santai di Pantai, Slow di Pulauuuu”

Sayang sekali keliling kota Banda Aceh harus usai, ternyata bang Yusup harus kerja. Duh makasih ya bang dah bela-belain bolos kerja setengah hari demi kita. Dan kita kaum cowok terdampar tak tahu harus kemana? Para cewek sih aman, mereka malem ini pada ngemper di kosan Vira.
Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 7) : Tidur Dimana?”

Malam ini tanggal 26 Desember 2011, kami berangkat menuju kota Banda Aceh dengan menggunakan travel. Menuju kota yang pernah diporakporandakan tsunami tujuh tahun yang lalu. Ada perasaan haru mengingat kenangan memilukan bangsa ini. Di sepanjang jalan terdengar acara doa bersama yang dikumandangkan dari masjid masjid di Aceh. Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 6): Kenangan 7 Tahun Bencana Tsunami”

Tidur kami di Takengon agak kurang nyenyak setelahh kejadian dengan WH semalam. Tapi sudahlah jadikan ini pelajaran tapi “show must go on”. Tujuan berikutanya adalah Burgayo merupakan kawasan tertinggi di Takengon. Setelah packing kamipun bergegas meninggalkan kawasan Jung Nunang untuk mendaki Burgayo.
Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 4) : Ayo Bergaya ke Burgayo”

Waktu menunjukan pukul dua dini hari. Panggilan alam membangunkan saya untuk bergegas mencari “tempat pembuangan terakhir” hasil metabolisme tubuh. Semenjak kerja shift jam tubuh jadi berubah total. Walhasil setelah “beraktivitas” sayapun tidak bisa langsung tidur. Sayapun berjalan menyusuri tepi danau , mencari sudut terindah di malam kelam. Kalo dipikir-pikir malem-malem jalan ga jelas tanpa membawa penerangan mirip peserta uji nyali. Akhirnya sayapun beringsut tidur di tepi danau dengan sleeping bag sambil memandang langit. Kira-kira kapan ya terakhir saya tidur di alam terbuka seperti ini? Mungkin ketika SMP waktu aktif di pramuka. Tak terasa rayuan angin dan kiluan bintang di langit membawa saya bermimpi kembali.
Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 3) : Uji Nyali dan Dingin.. Brrrr”