Singapura, Travelling

Mengintip Komunitas Seni Konteporer di Tanjung Pagar Singapura – SAW 2025

Hati saya gelisah ingin ke Singapura untuk Pekan Seni yang berlangsung 17- 26 Januari 2025. Bayangkan dalam 10 hari ada 100 iven seni yang dimotori oleh seniman lokal dan internasional yang dimotori oleh the National Arts Council (NAC). Sebagai penikmat seni hati saya langsung kembat kembut, apalagi banyak gelaran yang free admision alias gretong.

Tapi kan sudah lebih dari seminggu ini cuaca Batam dan Singapura random, bayangkan dalam kurun waktu seminggu sama sekali tak ada sinar matahari. Paling parah hujan seharian, dua harian eh jadi seminggu.

Tapi sudahlah saya gas saja :D.

Sebelum pandemi saya selalu rutin datang ke iven tahunan SAW, karena biasanya beberapa museum akan dibuka gratis dan mengeluarkan koleksi terbaiknya. Tahun 2019 saya menyambangi SAM yang ada di kawasan Bras Basah. Tak hanya ada intalasi seni tapi ada juga pertunjukan teater yang bikin saya jatuh cinta dengan Singapura. Mungkin budaya negara ini tak sekaya Indonesia, tapi mereka sangat menghargai seni dan apa yang mereka punya.

Tanjong Pagar Distripark

Lokasi SAM ( Singapore Art Museum) teranyar di Distrik Park Tanjung Paga memang tak sepremium yang ada di Bras Basah. Tapi lokasinya lebih membumi berada galeri seni lainnya, konservator, dan penyedia logistik seni di distrik pelabuhan yang bersejarah, tempat acara Singapore Biennale tahun 2006 yang pertama diadakan. Paling penting tak terlalu jauh dari Harbourfront , hanya sekitar tiga pemberhentian bus saja tak perlu naik MRT.

Jujur saya sempat ragu ketika sampai di kawasan pelabuhan dan logistik , dari kejauhan yang tampak forklift di pelabuhan untuk aktivitas muat barang ke kapal dan beberapa gedung bertingkat mirip apartemen atau kantor.


Singapore Art Museum dibuka pada tahun 1996 sebagai museum seni pertama di Singapura. Juga dikenal sebagai SAM yang menyajikan seni kontemporer dari perspektif Asia Tenggara untuk para seniman, pecinta seni, dan orang-orang yang penasaran dengan seni di berbagai tempat di seluruh pulau, termasuk tempat baru di kawasan pelabuhan bersejarah Tanjong Pagar.

SAM sedang membangun salah satu koleksi seni kontemporer Asia Tenggara yang paling penting di dunia, dengan tujuan menghubungkan seni dan senimannya dengan publik dan generasi mendatang melalui pameran dan program. SAM berupaya menuju masa depan yang manusiawi dan berkelanjutan dengan berkomitmen pada praktik yang bertanggung jawab dalam prosesnya.

Gratis Untuk Semua

Art week Singapore 2025 berlangsung selama 10 hari tapi di saat weekend 17-18 January 2025 dan 25-26 Januari 2025 selalu ada iven spesial yang melibatkan interaksi pecinta seni dan seniman , seperti diskusi, performa seni, workshop dan interaksi instalasi seni. Untuk mengetahui jadwalnya kamu bisa mendownload pdf nya di sini.

Hampir semua atraksi seni gratis, ada sih yang berbayar untuk turis seperti saya . Tapi hampir 90% nya gratis termasuk beberapa museuem seperti National Gallery yang menggratiskan semua tiket masuk bagi pengunjung warga negara atau non warga negara. Semua atraksi seni tidak hanya berada di SAM tapi menyebar di beberapa lokasi , untuk lengkapnya dapat melihat lokasi dan peta di sini

Paling mengejutkan adalah panitia menyediakan fasilitas shuttle bus gratis ke beberapa titik lokasi pameran seni seperti : Tanjung Pagar Distrik, National Gallery, Waterloo Street, Sand Expo Convention Centre. Oh iya untuk yang masuk dari Singapura ada Harbourfront juga free shutle bus ke iven ini ,dapat melihat di sini

Selain pameran seni di Distrik Tanjung Paga ada pertunjukan musik oleh artis lokal mulai pukul 5 sore hingga dini hari. Selain itu ada juga beberapa bazar makanan dan kerajinan oleh UMKM lokal.

Diskusi Bersama Seniman

Salah satu agenda yang paling ditunggu SAW adalah momen berinteraksi dengan para seniman. Pengunjung tak hanya menikmati karya intalasi tapi juga mendengar langsung pemaparan langsung di ruang seni bersama empunya.

Pukul sebelas siang hari datang perempuan paruh baya bernama Yee I-Lann, seniman kontemporer Malaysia yang dikenal karena karya-karyanya menggunakan fotografi, kolase , film, tenun kolaboratif, dan benda-benda sehari-hari.

Yee telah memamerkan karyanya di sejumlah museum di Asia, Eropa, Amerika Serikat, dan Australia, termasuk pameran tunggal seperti Yee I-Lann: Until We Hug Again (2021) di Centre for Heritage Arts & Textile di Hong Kong, Fluid World (2011) di Contemporary Art Centre of South Australia , Adelaide , dan Yee I-Lann: 2005–2016 (2016) di Ayala Museum , Manila , Filipina .

Ia berbagi KerbauWorks, sebuah label dan ruang proyek lintas disiplin, dengan mitranya, musisi dan desainer Joe Kidd. Yee merupakan anggota dewan Forever Sabah yang berkantor pusat di Sabah, dan salah satu mitra pendiri Kota-K Studio, sebuah ruang pameran dan platform lintas disiplin untuk seni dan arsitektur di Kota Tua Tanjung Aru, Kota Kinabalu.

Salah satu karya instalasinya yang menarik saya adalah saat berkolaborasi dengan penenun pribumi di seluruh Sabah untuk membuat tikar (tikar tenun). Kolaborasi ini dilakukan dengan komunitas pedalaman, penenun Sabahan Dusun dan Murut di pedalaman Keningau , dan komunitas laut, penenun Bajau Sama Dilaut dari Pulau Omadal , Semporna.

Karyanya mengulik makna filosofis meja, bagaimana kita manusia yang sedari masuk dunia pendidikan hingga bekerja mengenal meja, semua hal dipetakan dan dikotak-kotakan di atas meja. Hingga manusia mengenal apa itu hirarki, peraturan, dikelompokan, digolongkan didata untuk sebuah kepentingan kolonialisme.

Jelang weekend seperti ini banyak artis yang membuka momen dialog bersama pengunjung tapi sayangnya kebanyakan sore, padahal masih ada beberapa destinasi SAW yang akan saya sambangi.

Komunitas Seni

Tak sengaja saya sempat masuk ke salah satu office di SAM, ternyata beberapa penggiat seni sedang mengadakan pertemuan. Saya baru paham bahwa SAM tidak hanya digerakan oleh pemerintah tapi juga komunitas penggiat seni di Singapura. Salah satu program yang menarik adalah residences kepada seniman luar Singapura yang ingin berkolaborasi dan mengembangkan seni kontenporer di negeri singa.

SAM Residencies adalah program yang dikelola museum yang berkomitmen untuk mendukung pengembangan praktik artistik dan kuratorial inovatif yang merespons wacana global saat ini. Dikembangkan sejalan dengan visi SAM untuk melibatkan komunitas seni lokal dan internasional dari berbagai disiplin ilmu, program ini akan menampilkan empat jenis residensi untuk mendukung praktik baru dan inovatif, memfasilitasi kolaborasi, dan memperluas pemahaman masyarakat tentang seni. Residensi berbasis studio akan terbuka untuk seniman, kurator, organisasi seni dan ruang yang dikelola seniman, serta praktisi seni yang berfokus pada komunitas dan pendidikan.

Dirancang untuk melibatkan komunitas seni dan masyarakat luas, SAM Residency akan secara aktif melibatkan komunitas lokal dan masyarakat melalui beragam kegiatan. Bagi komunitas seni, ini berfungsi sebagai inkubator bagi pendekatan baru terhadap praktik artistik dan kuratorial melalui dukungan dialog di dalam dan di luar bidang seni kontemporer. Ini menawarkan platform untuk eksperimen artistik dan mendorong pertukaran ide dan peluang untuk kolaborasi masa depan, serta pembangunan jaringan. Para Penghuni juga akan didorong untuk berinteraksi atau melibatkan komunitas lokal dan masyarakat dengan cara yang berbeda, melalui presentasi dan program seperti kunjungan studio terbuka, diskusi, dan lokakarya.

Residensi ini akan terbuka bagi mereka yang berbasis di Singapura atau internasional, dan akan berlangsung di ruang fisik di Singapura. Setiap residensi akan berlangsung antara jangka waktu satu hingga enam bulan.

Sebuah program yang didanai penuh, SAM Residencies akan mendukung Warga dengan:
– 1 x tiket pulang pergi kelas ekonomi
– Gaji bulanan sebesar SGD$1,500
– Tunjangan perumahan bagi penduduk asing
– Ruang studio ATAU ruang kerja bersama
– Dukungan dari museum dan tim Residensi dalam bentuk (namun tidak terbatas pada) sumber daya dan keahlian institusi, pembangunan jaringan, peluang untuk keterlibatan publik, dan landasan untuk interaksi dan pertukaran.

Melihat dukungan pemerintah bagi seni dan seniman, saya makan bahwa ini bentuk nyata mencintai budaya dan kesenian , tidak hanya mengakui si paling memiliki tapi tak pernah melakukan apa apa untuk mengembangkannya. Jadi paham kan mengapa saya, selalu menyambangi pekan seni Singapura setiap tahunnya.

Setelah ini, kemana lagi ya. Sepertinya saya akan melanjutkan “menonton” seni ke Nasional Gallery. Tak perlu naik bus atau MRT karena panitia sudah menyediakan shuttle bus gratis.

Satu tanggapan untuk “Mengintip Komunitas Seni Konteporer di Tanjung Pagar Singapura – SAW 2025”

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar