Papua, Travelling

JBP# Kurima, Jalur Trekking Terbaik

Lembah Baliem - Jalur Trekking Terbaik
Lembah Baliem

Tidak ada kata lelah bagi petualang, kaki-kaki enggan berhenti menjelajah bumi Papua. Tongkat trekking terhunus bagai pahlawan medan perang, terus maju mendaki bukit dan menyebrangi sungai.

Dari Wamena, mobil bergerak ke tenggara melalui kampung Megapura, Hepuba, Longsor dan Wesapor. Lagi-lagi pemandangan menggoda takala dua bukit besar mengapit dengan punggung bergelombang. Para penjelajah bumi Papua tak sabar, berkali-kali melongok ke luar jendela. Kami diturunkan di tanah lapang dekat sungai Yetnin desa Sogokmo. Pak Edison – guide – menjelaskan bahwa dahulu sebelum jembatan rusak mobil bisa sampai Polimo. Ujian pertama merasakan dingginya air pegunungan sekaligus melatih keseimbangan di sungai berarus deras. Salah menapaki pijakan batu bisa terbenam dalam lumpur.

Tujuan kami desa Kilise distrik Kurima , Kabupaten Yahukimo yang merupakan pemekaran Kabupaten Jayawijaya. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 menetapkan  tiga kabupaten baru yaitu Kabupaten Tolikara , Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Yahukimo dengan ibukota Dekai. Yahukimo berasal dari nama empat suku yang bermukim di kawasan pegunungan Jayawijaya, yaitu Suku Yali, Hubla, Kimyal dan Momuna. Yahukimo terdiri atas 3 distrik yakni Kurima, Ninia dan Anggruk. Bagi wisatawan mancanegara Kurima dan Anggruk dikenal dengan wisata trekking seperti Pokhara di Nepal.

Kaki kami dimanjakan jalan beraspal mulus, meskipun sedikit menanjak. Rumah penduduk berpagar kayu dan batu dengan gerbang beratap rumbia menjadi pemandangan khas. Pohon cemara meliuk tertiup angin menaburkan aroma  pegunungan. Sapa ramah warga lokal menyempurnakan perjalanan kali ini. “Nayak”, Pak Edison memberi contoh salam diucapkan oleh lelaki. Sedangkan wanita mengucapkan salam dengan sapaan “La’uk”.

Selepas Obolma melewati pos penjagaan Kodim. Beberapa anggota TNI menyapa dan menanyai rombongan besar kami.  Mereka sempat menyangka kami kru televisi. Karena  porter yang kami bawa sama dengan jumlah tim Jelajah Bumi Papua.
Sekitar 100 meter melewati SD YPK Polimo berjajar kedai sederhana, para mama duduk di depannya merajut noken. Langkah kami terhenti, mengatur napas yang mulai terengah dan mengeringkan peluh di kening. “Kita naik ke bukit di sebelah kanan”, komando Pak Edison seraya menunjuk jalan setapak di lereng bukit.

Satu per satu kami mendaki. Tantangan terberat bukan mendaki tapi meloncati pagar batu. Agar babi tidak masuk area perkebunan dan perumahan dipagari batu bersusun tinggi tanpa semen. Lagi-lagi dibutuhkan keseimbangan , jangan sampai batu-batu ini bercerai berai dari tumpukan dan  jatuh mengenai pendaki di bawah.
Para porter sudah sampai di atas terlebih dahalu. Meraka berteriak sahut menyahut  ritmis , mengelurkan suara mirip tarzan namun indah. Inilah bentuk komunikasi jarak jauh masyarakat setempat, menginformasikan bahwa mereka berada di atas bukit. Pendaki di bawah mengikuti asal suara sebagai penunjuk jalan.

Gadis kecil berambut keriting tersenyum malu, ketika kami mengabadikan melalui kamera. Kepalanya disembunyikan di balik batu besar ketika lensa panjang @ajuuunk membidiknya. “Hayo adik jangan malu ini kakak punya gula-gula”, rayu @RaiyaniM sambil menunjukan sepotong coklat. Matanya berbinar, meskipun malu tetap keluar dari persembunyian. Tingkah laku anak-anak selalu menggemaskan
Bonus besar perjalanan kali ini , melihat pemandangan lembah Baliem . Sungai mengular seolah membelah bukit. Sebentuk awan putih menaungi puncak bukit sejajar mata, seolah kami berdiri di atas awan. Dengan jelas melihat desa Seima distrik Mugi seberang bukit. Hampir tak ada penghalang karena kami berdiri  di sabana tinggi. Jika Pak Edison tidak mengingatkan hujan akan segera turun , enggan rasanya beranjak.

Ujian kecil kembali datang , menuruni sungai kecil di lereng tebing. Bukan sungai atau tebing yang menjadi masalah tapi ranjau darat alias kotoran babi. Indra penglihatan dan penciuman dipertajam, jangan sampai mendapat bonus sebelum sampai di Kilise.

Aneh rasanya melihat sekelompok pohon meranggas di lereng bukit, sekitarnya tetap hijau royo-royo. Pak Edison menjelaskan pohon ini sengaja ditebang oleh warga untuk membangun rumah atau kayu bakar. Uniknya pohon-pohon ini tidak ditebang dari pangkal tapi dari ujung bagian atas terus ke bawah. Pasti membutuhkan waktu lama menumbangkan satu pohon. Peralatan yang digunakan sederhana seperti kampak batu atau tulang burung kaswari. Terkesan tidak efisien namun inilah bentuk kearifan lokal. Manusia seharusnya memanfaatkan kekayaan alam seperlunya saja, jika hanya membutuhkan ranting untuk kayu bakar mengapa harus menumbangkan satu pohon.

Jembatan kayu diujung jalan dan air terjun kecil penanda memasuki desa Kilise. Tidak terasa 3 jam menyusuri lembah Baliem. Gerbang kecil rumbia menyambut, memasuki komplek honai. Perasaan takjub dan senang berbaur jadi satu setelah melalu jalur trekking terbaik di negeri ini.

Tips Trekking di Kurima
– Kenakan sepatu  dan gunakan tongkat trekking memudahkan perjalanan
– Jika ingin memfoto warga minta ijin terlebih dahulu
– Cuaca di lembah Baliem mudah berubah, bawa jas hujan , dry bag dan topi
– Balas sapa warga setempat dengan jabat erat
– Bawa buah tangan seperi gula-gula atau rokok untuk bersosialisasi
– Berjalan dengan pemandu yang mengerti kondisi jalan dan penduduk setempat

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

RELATED STORIES
Selamat Pagi Wamena
Kurima, Jalur Trekking Terbaik
Kehangatan Kilise
Teatrikal Lembah Baliem
Dari Gunung Tujuh ke Habema
Candid Distrik Kurulu
Euphoria Danau Sentani 2013
Napak Tilas Gereja Tua Assei
Ifar Gunung – Napak Tilas Sang Jendral Amerika
Kuliner Papua, Ekstrim Sampai Lezat

Baliem Pilamo Hotel, Wamena
Travellers Hotel Sentani

22 tanggapan untuk “JBP# Kurima, Jalur Trekking Terbaik”

  1. Jalur offroad nya mirip seperti jalur erupsi merapi dan lembah ny mirip kaya Dieng cuma ga ada aliran sungai nya. Keren abis pmandangan nya berasa di swiss =D

    Suka

  2. Jadi ingat kurima
    papa saya punya tempat kerja dulu tahun 70 an

    #pengen kembali ke kurima tempat aku di besarkan bersama rumput bersama angin itulah kurima papua
    😍😍🤗🤗

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar