Dahi saya berkerut ketika pertama kali membaca sinopsis film Buffalo Boys yang berkisah dua anak Sultan Jawa yang diasingkan ke Amerika lalu kembali ke tanah air untuk membalas dendam. Menonton trailernya, otak saya berusaha mencari kelogisan plot cerita. Mungkin nggak sih ada koboi berdarah Jawa mudik untuk berjuang bersama rakyat melawan penjajahan Belanda. Dan sekarang kamu menemukan gambar pahlawan nasional dengan topi koboi.

Come on guys, this is just movie! Banyak hal yang tidak logis menjadi layak untuk ditonton atas nama hiburan.
Baiklah saya berusaha melihat dengan kacamata netral sebagai penonton film fiksi tanpa berharap lebih apalagi mengaitkan dengan sejarah Indonesia.
Sang Sutradara
Sebelum mengulas filmnya saya membahas “the man behind the scene” Buffalo Boys. Sosok Mike Wiluan sebagai sutradara mungkin tidak terlalu familar di kalangan pecinta film Indonesia tapi sebagai produser namanya cukup berkibar di kancah internasional. Setidaknya sudah 14 lebih film yang ia bidani sebagai produser dan 2018 adalah tahunnya sebagai sutradara. Tahun ini ada dua film yang ia keluarkan, satu film layar lebar dan satu serial televisi yang konon berkisah tentang nama kota di pulau Jawa.

Jika kebanyakan sutradara Indonesia mengawali karir dari sutradara lalu menjadi produser tapi tidak dengan Mike Wiluan. Sebagai pemilik studio film terbesar di Indonesia, awalnya Mike lebih banyak di belakang layar memproduksi film internasional dan berkolaborasi dengan sineas mancanegara. Jadi jangan heran jika filmnya lebih bercitra rasa “asing” ketimbang Indonesia. Ini bukannya tidak mengambil inspirasi kearifan lokal Indonesia tapi dari sinematografi, ide cerita, talent, kru dan bahasa terasa lebih internasional.

Di tangan dingin Mike Infinite Studios lebih banyak menggarap proyek mancanegara . Jadi tidak mengherankan jika tak banyak orang Indonesia tahu banyak film internasional di produksi di Batam. Semoga dengan debutnya sebagai sutradara, orang semakin tahu bahwa di Indonesia ada studio film sekelas Hollywood.
Ide cerita koboi Jawa ini lahir dari Mike sendiri namun untuk mengembangkan ide cerita menjadi skenario dua bahasa, Mike berkolaborasi dengan Rayya Makarim penulis skenario film Rumah Ke Tujuh dan Raymond Lee sutradara asal Hong Kong. Jadi tidak mengherankan jika kamu menemukan dialok dalam bahasa Inggris dan Indonesia bercampur menjadi satu.
“Kak, kok film jaman penajajahan Belanda nggak dominan bahasa Belanda?”
“Sudah ah, jangan nyinyir. Ini bukan film penjajahan tahun 80-an yang didominasi kata Fer Domeh!”
Tokoh Utama
Saya rasa Mike Wiluan mendapuk Yoshi Sudarso dan Ario Bayu sebagai pemain utama adalah pilihan yang cerdas. Secara benang merah keduanya memiliki kisah hidup yang hampir sama dengan karakter utama.
Yoshi Sudarso, pria berdarah Indonesia sejak usia 9 tahun hijrah ke Amerika lalu Ario Bayu yang lahir di Jakarta kemudian besar di New Zealand. Kini keduanya kembali ke tanah kelahiran untuk “mengobrak-abrik” dunia perfilman Indonesia dengan membawa kultur baru dari tanah sebrang.
Tak banyak yang tahu bahwa Yoshi Sudarso mengawali karirnya sebagai fashion blogger cosplay dengan nama panggung “the half naked prince”. Kecintaan akan dunia seni peran membuatnya menjadi stunt man hingga mendapatkan peran di film Power Ranger Dino Charges sebagai ranger biru. Buffalo Cowboys adalah film pertama Yoshi Sudarso di tanah kelahirannya, Indonesia. Berbeda dengan Ario Bayu yang sudah dahulu malang melintang di dunia perfilman Indonesia.
Keduanya kembali ke Indonesia memang tidak untuk menuntut balas dendam, namun sadar atau tidak sadar pendekatan seperti ini membuat Yoshi dan Ario secara psikologis makin dekat dengan karakter film. Apakah penonton dapat merasakan kedekatan ini?
Menjawab Kerinduan
Sudah lama Indonesia tak memiliki film ala ala Wild West Amerika, mungkin yang terakhir Benyamin Koboi Cengeng. Kita perlu sesuatu yang baru untuk mengisi kekosongan pasar yang ada. Di era 80-an setiap akhir pekan kita dapat menonton film yang menggambarkan kehidupan Amerika di Little House on the Prairie. Meski tak banyak menyajikan adegan dor-dor-an ternyata banyak yang merindukan kehidupan koboi melalui layar lebar.

Kini Mike menjawab kerinduan itu melalui Buffalo Boys melalui pendekatan budaya dan sejarah Indonesia. Agak berat sih sebetulnya mencari ide yang bisa menyambungkan dunia barat dan timur. Tapi menurut saya, Mike mampu memberikan kelogisan atas semua keabsurdan di film ini. Membuat film koboi yang tidak hanya dipenuhi aksi tembak-tembakan namun lebih berwarna dengan drama dan aksi bela diri menggunakan senjata tradisional indonesia seperti keris dan panah.

Alur ceritanya tidak terlalu istimewa, ini cerita tentang balas dendam dan perlawanan orang-orang yang ditindas adalah hal yang biasa di film Indonesia bahkan Hollywood. Tapi dengan bertaburnya bintang-bintang papan Indonesia membuat film ini asik untuk ditonton apalagi dengan aktor-aktor pria berwajah indo, membuat penonton wanita dimanjakan. Walau dandanan dan kostum aktor acak-acakan tetap bikin meleleh hati tante… *eeh*.
Lalu apa kabar dengan pemeran wanita di film ini? Hmmm kita cowok-cowok bakal dibikin meleleh dengan artis wanita berwajah eksotis seperti Happy Salma, Pevita Pearce dan Mikha Tambayong.

Melihat antusias penonton di beberapa festival film mancanageara (Festival Film Fantasia di Montreal Kanada dan Festival Film New York), ternyata Bufallo Boys berhasil membawa penonton ke dunia fiksi yang kini lebih di dominasi komik superhero. Good Job Mike!
Meet & Greet
Meski sudah tayang sejak 19 Juli 2018, saya baru sempat menyaksikan Buffalo Boys tiga hari kemudian. Lucky Me! Saya berkesempatan Meet dan Great dengan sang sutradara Mike Wiluan dan Conan Stevens pemeran Brute. Sebetulnya tokoh Brute hanya muncul beberapa menit saja tapi memberikan pembuka yang manis untuk alur cerita yang logis.

Melihat sosok Conan Stevens lansung di Mega Mall Batam para tamu Meet & Greet harus mendongakan kepala tinggi-tinggi melihat sosok setinggi 210 cm. Mengawali karir sebagai pegulat profesional dan beberapa kali menyabet kejuaraan gulat internasional, akhirnya pria 35 tahun kelahiran Australia menggeluti dunia hiburan. Tidak hanya sebagai aktor, Conan juga piawai menulis cerita berlakon di aksi-aksi seru sebagai stunt man.
Setelah 30 menit, akhirnya sutradara sekaligus penulis Buffalo Boys naik ke atas panggung. Jujur sedari awal menonton trailer film ini saya akan bertanya kepada Mike, apakah jika Buffalo Boys laris manis dipasaran akan dibuat film sejenis atau sekuelnya.
Dan akhirnya jawaban itu diucapkan langsung oleh sang sutradara. “Jika pasar memberikan respon positif ada kemungkinan dibuat sekuelnya. Tapi yang jelas sekarang sedang ada produksi film seri untuk HBO Asia bergenre sama di Infinite Studios Batam.”
More And Less
Kesan pertama film ini menawarkan kisah Djanggo Indonesia tapi tunggu dulu banyak yang lebih menarik daripada sekedar aksi laga dan parade bintang. Gambar indah memukau khas film Hollywood berpadu dengan tata suara serta musik ciamik membangun emosi lebih dalam.
Seperti kebanyakan film, keindahan alam Indonesia tak selalu digambarkan dalam nuansa ijo royo-royo dan pantai berpasir putih dengan sudut pandang dron. Dalam tone warna khas West Wild America, alam Indonesia tetap terlihat cantik.

Apakah mirip dengan film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak? Jelas beda dong. Kalau Marlina mengambil lokasi syuting di Sumba yang alamnya didominasi sabana kuning keemasan, Buffalo Boys mengambil dua lokasi di Jawa Tengah dan Batam yang lebih hijau.
Pengambilan gambar di Infinite Studios Batam memang memberi keleluasaan lebih bagi Mike untuk bereksperimen dengan scene-scene cantik tak biasa. Ya iyalah ini kan studio punya doi, jadi suka-suka doi mau dibikin seperti apa.
Duh jadi penasaran dengan set film ini di Infinite Studios Batam, kira-kira Blogger Kepri bakal diajak lagi nggak untuk mengintip lokasi pengambilan gambar seperti Half Words Season 2. KODE KERAS!
Meramu film laga dengan drama menjadi tontonan “berimbang” memang tidak mudah. Ketika mood penonton sedang dibawa alur cerita drama tiba-tiba harus bubar karena adegan pukul-pukulan atau tembak-tembakan.
Secara rasa film ini tidak terlalu dalam di hati walau cerita yang disampaikan membawa pesan moral seperti : kesetiaan, cinta, pengorbanan dan keiklasan memaafkan. Aksi dan laga tetap menjadi daya tarik utama film ini walau porsi laganya tidak terlalu besar tapi cukup memuaskan dan mencapai klimaks.

Dua karakter yang mengundang perhatian saya adalah Fakar dan Adrie. Sangking kuatnya karakter ini saya merasa porsi mereka di film ini kurang. Andai nih Mike mau membuat sekuel seperti kebanyakan film superhero, tidak ada salahnya mengekplore lebih banyak karakter Adrie dan Fakar.
Selain Fakar dan Adrie, akting Happy Salma di film ini membuat saya bisa merasakan pesan apa yang ingin disampaikan tanpa banyak dialog. Ya begitu seharusnya film tanpa banyak bicara melalui gambar semua tersampaikan.
Jika disuruh menilai film ini dari skala 1-10, maka saya akan memberikan nilai 8. Tapi ingat film ini untuk 17 tahun ke atas jadi tidak mengherankan adegan laganya penuh darah.
Saya bahagia, akhirnya Indonesia memiliki lebih banyak pilihan genre film. Namun yang paling membanggakan proses produksi film ini 70% dilakukan di Batam yang artinya pulau ini memiliki potensi industri kreatif yang besar. Berharap lebih banyak lahir sineas asal Batam dengan karya yang mendunia.
Keren banget ya, sutradara lokal Indonesia bisa maju sampai di pusat film saat ini, Hollywood. Mudah-mudahan semakin baik, sehingga kualitas film Indonesia pun makin baik ke depannya!
SukaSuka
nggak didominasi film horor2 seksi ya kak
SukaSuka
Nah… film yg beginian ini bikin beda… 🙂
SukaSuka
Kangen pilem dor dor an ya mas
SukaSuka
Dari awal baca sampai akhir, mata ini terfokusnya pada kata a Mike Wiluan Pictures. Masih asing sekali dengan istilah itu.
Hebat ya si abang satu itu. kreativitasnya nggak pernah mati. Gayanya sih songong jadi agak jiper mau mulai ngobrol tapi ternyata ramah…
Semoga jaya selalu dunia perfilman Indonesia
SukaSuka
Hahaha debut pertama biasnya gitu , aslinya ramah dan mau diajak foto sana sini . Berharap doi semakin mengeluarkan sisi idealisme sebagai sutradara dibanding bisnis man
SukaSuka
Masih terbayang-bayang Ario Bayu sama Yoshi mandi #ehmaap wkwk
Tapi film ini keren banget sih emang. Walau konflik kurang tajam, sinematografinya memanjakan mata syekalihhhh. Maju terus perfilman Indonesia!
SukaSuka
Bener konflik kurang tajam kmrn sempat baca review katanya tokoh antagonis nya kurang dalam jadi konflik terasa kentang , tapi dimaafkan lah namanya juga film pertama
SukaSuka
Wa, udah pas itu, saaat membaca skenario. Tinggal dilanjutkan, camera…..action!! Hahaha
SukaSuka
Semakin banyak ya film Indonesia yang mengambil setting di Batam. Dengan hadirnya buffalo semoga film Indonesia nambah sukses. Aamiin. Padahal film Indonesia lagi rame horor .. hahaha
SukaSuka
Horor cerdas nggak apa apa asal jangan horor porno
SukaSuka
Dan Buffalo berani ngeluarin koboi meskipun yang lain pada horor. Horor yang sekarang gak seperti dulu isinya cewek2 berbikini. Sekarang horornya bener2 nyari yang serem 🤣
SukaSuka
Film bagus ini. Penasaran nonton film yg dibuat di Batam. Duh, ada rasa bangga gimana gitu..
SukaSuka
berdoa aja kak travel blogger batam diajak ngintip lokasi syutingnya
SukaSuka
wahhh seru banget ya.. jadi pengen nonton juga..
SukaSuka
nonton kak , udah maen belum disana
SukaSuka
Lengkap kap ceritanya. Keren banget ya Batam punya sineas film dunia dan pasti seru biru tuh film. Ada Canon Stevens ya yang aktor Game of Thrones itu kan???
SukaSuka
Itulah fantasi, sesuatu yang nggak real jadi seolah-olah nyata. Yang absurd jadi logis. Suka filmnya meski banyak scene2 yang sudah ada di film lain sebelumnya.
SukaSuka
Aduh serunya meet and great dengan para pemain buffalo boys… Jadi pengen nonton
SukaSuka
aku terkaget, melihat ada pevita kw ala ala batam
produser yang kreatif … semoga akan terus menaikkan nama Indonesia di kancah internasional
SukaSuka
Kadang kalau udah liat film action yang keren-keren gitu suka penasaran gimana sih cara mereka membuatnya. Walau liat cuplikan behind the scene aja kadang bisa kelihatan apa aja efek kamera nya. Jadi penasaran pengen liat langsung ke lokasi syuting kayak apa perjuangan mereka dalam menghasilkan karya.
SukaSuka
Aku td nonton trailernya, dan keren sih sepertinya :). Efeknya juga baguuus. Kayaknya memang hrs ditonton :).
Ebusettt itu bule tingginya 210cm??? Kalo aku foto ama dia kliatan liliput kali yaaaa :p
SukaSuka
4
SukaSuka