
“Apakah semua perjalanan ini sepadan dengan keindahan yang akan kita lihat”, Elyudien berkata lirih. Hampir empat jam menyusuri jalan becek, menyebrangi sungai, merangkak di bawah dahan bahkan mengesot menuruni bebatuan labil. Lelehan darah bekas hisapan pacet tak kunjung berhenti menyisakan rasa perih. Hanya satu hal yang membuat saya bertahan, aroma hutan tropis. Bau tanah basah, lumut, kulit kayu dan daun meluruhkan rasa rindu akan alam.
***
Danau Kaco sepotong impian tersisa dari Kerinci. Tahun lalu kedua kaki ini telah sampai di persawahan Lolo tapi keraguan menyurutkan langkah. Tak ada persiapan akhirnya memutuskan ke danau Lingkat. Ada banyak kisah mistis mewarnai tempat indah di Kincai ( biasa orang lokal menyebut Kerinci) termasuk Danau Kaco .
Tawaran trip akhir tahun Elyudien sangat menggoda , dari Gunung Kerinci bergerak ke Danau Kaco lalu ke Dhamaseraya mengunjungi suku anak dalam. Setelah rafting di sungai Merangin dan menyaksikan taman geopark terbesar di Indonesia ditutup dengan menyambangi Candi Muaro Jambi. Maaf teman trip kali ini hanya bergabung di Danau Kaco dan Dharmaseraya, jatah cuti tersisa 5 hari saja.
Rasanya baru kemarin Saya dan El ke Kerinci, mendaki Danau Gunung Tujuh. Kini kembali berjumpa dengan destinasi danau dan citarasa baru, danau Kaco. Tak ada danau di kelilingi gunung, hanya danau kecil di dalam hutan yang konon indah memukau. Tapi apakah seindah yang diceritakan orang-orang.

Mobil bergerak ke arah danau Kerinci, dalam bak terbuka kami duduk terantuk-antuk jalan berlubang. El duduk selonjor meregangkan otot usai pendakian atap Sumatra . Saya terkantuk kurang tidur setelah perjalanan panjang Jambi-Sungai Penuh. Tapi siapa yang sanggup melewatkan keindahan danau Kerinci , sekali lagi kami terjaga dalam obrolan dan keindahan alam. Lalu berhenti di simpang Jujun untuk membeli logistik sebelum melanjutkan perjalanan ke desa Lempur.

Kenangan Masa Lalu
Salah satu alasan kembali ke Kerinci adalah desa Lempur di Kecamatan Gunung Raya, saya benar-benar jatuh cinta dengan desa ini. Menyaksikan rumah tua di sepanjang jalan seolah waktu berputar mundur. Dalam balutan warna hitam putih teringat tahun lalu berteduh di bangunan berkubah empat persis di sisi kanal air besar Lempur Tengah, Masjid Lamo Lempur Tengah. Kemudian menyambangi saksi sejarah masuknya agama Islam di Kerinci, masjid Keramat dengan ornamen warna-warni di Lempur Mudik. Terakhir melalui persawahan Lolo dengan pemandangan mirip imajinasi semasa kecil, sawah di kedua sisi jalan dengan gunung sebagai latarbelakangnya.

Trekking 4 Jam
Diawali dengan doa, perjalanan yang sesungguhnya dimulai. Kami menyusuri kebun warga yang berbatasan dengan Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Jalan berbatu keras lambat laun berubah menjadi lunak bagai tanah gambut, salah melangkah bisa terperosok ke dalamnya. Berjalan dengan berpegangan ranting dan dahan pohon. Berharap jika terperosok bisa berpegangan erat tapi malang tak terelakan, ada saja yang salah memegang rotan berduri. Kaki aman tak masuk lubang tapi tangan mendapat luka. Hidup itu penuh pilihan kawan, pilih luka di tangan atau di hati? *Ehem*



Batang bambu dan dahan besar di tengah jalan menjadi panduan berpijak . Melompat kesana kemari bagai anak kijang lalu berjingkat tertahan menganalisa pijakan selanjutnya. Lucu, teringat permainan taplak . Apalagi melihat om dan tante menjaga keseimbangan di atas bilah-bilah kayu.
“Ssst…. jangan berisik”. Bang Dani porter kami berkata. Ada adab yang harus dipatuhi selama perjalanan, tidak boleh berteriak atau membuat suara gaduh. Jika ingin buang air kecil harus berjongkok ini berlaku bagi lelaki juga. Sesampai di danau jangan membuang sampah dan hajat di dalamnya.

Pohon meranti menjulang dengan dahan dan ranting mirip akar terbalik dijuluki pos satu, masih ada dua pos lagi. Saya tidak mau tahu berapa lama lagi akan sampai, hanya berusaha menikmati perjalanan meski tidak sesuai harapan. Butir-butir hujan menjadi ujian pertama perjalanan ini. Bukan air yang membuat langkah surut tapi genangan air membuyarkan petunjuk jalan berikutnya. Kubangan lumpur terlihat mirip jalan dan sayapun terjebak, terperosok ke dalamnya hingga sebatas betis. Ingin rasanya tertawa terbahak-bahak melihat sepatu yang nyaris hilang terisap lumpur tapi teringat pesan Bang Dani saya memilih diam.
Alhamdulilah… Pos dua dan tiga terelewati tanpa kendala.
“Lima belas menit setelah sungai di depan kita akan sampai.” Sebuah harapan dari Bang Ariel, membuat langkah makin cepat dan bersemangat. Tawaran istirhat di hutan bambu saya tepis. Dengan langkah gegap gempita berjalan mendahului rombongan. Suara gemericik air terdengar makin keras, hati makin berbunga melintasi sungai kecil di depan sana.

“Hmmm… eh bukan sungai ini tapi sungai besar di depan sana.”
“Sungai yang mana?”
“Nanti setelah beberapa sungai kecil baru ada yang besar.”
Jleb… sumpah rasanya kaya di PHP-in mantan. Apalagi ketika melewati sungai kecil dan harus bergelantungan di ranting ala tarzan karena jembatan amblas diserap lumpur. Akhirnya harapan itu datang sungai besar membentang dengan arus deras.

“Beruntung semalam tidak hujan. Kalau sungai banjir kita tidak bisa melintas.” Bang Dani menjelaskan.
“Semoga malam ini tidak hujan. Kalau besok banjir kami tidak bisa pulang Tuhan.”Sebait doa dan pengharapan saya panjatkan sembari menyebrangi sungai.
Waktu belum menunjukan pukul enam sore tapi sinar matahari tak mampu menerabas pohon rindang. Dalam temaram jingga berusaha menuruni tebing berundak dengan bebatuan labil lalu merangkak di bawah kayu besar. Dari betis mengucur darah segar. Ah lupakan, sesekali pacet juga ingin menikmati minuman segar.
“Bagaimana jika tidak yang seindah kita bayangkan.” Langkah Elydien tertahan, dirinya memilih mundur ke belakang. Napasnya tertahan seolah menanti kejutan yang mungkin membuatnya tidak terkejut.

Tak lama suara decak kagum beberapa rekan membuat matanya berbinar dan senyumnya merekah lega. Dalam temaram hutan lebat, kilau birunya masih terlihat. Rintik hujan tiba-tiba kembali menyambangi seolah merayakan keriangan hati menyaksikan keajaiban alam Danau Kaco.
Elyudien tersenyum lega. Alampun meredup.
***
- Tersebutlah putri cantik rupawan bernama Napal Melintang. Banyak pangeran yang ingin meminangnya. Tanpa ragu mereka menitipkan emas dan intan kepada ayah sang putri Raja Gagak sebagai tanda pinangan.
- Karena nafsu dan keserakahan Raja Gagak menodai putrinya sendiri dan menyembunyikan harta pinangan ke dalam Danau Kaco.
- Sang putri yang dibuang ke dalam danau menjelma menjadi ular besar. Jejaknya sering ditemukan oleh penduduk sekitar dan pendaki.
- Kilau cahaya berpendar dari dasar danau diyakini intan dan emas yang disembunyikan oleh Raja Gagak.
***
Legenda Danau Kaco mengundang rasa penasaran banyak orang. Konon banyak yang ingin mengambil harta Raja Gagak di dasar danau, namun berakhir dengan malapetaka.





Ada juga wisatawan mancanegara mencoba mengukur dalamnya danau. Dengan menggunakan selang dan tabung oksigen menyelami dasar danau. Hingga persedian oksigen habis misteri dasar Danau Kaco tetap tidak terjawab.
Biarlah orang menikmatinya sebagai misteri alam yang terjaga.
keren Danan, tks sudahberbagi cerita n foto keindahan ygtak mungkin kujalani saat ini , GBU
SukaSuka
sama2 ibu… pulangnya kmrn yg susah krn pas ujan, jalannya berubah jadi sungai kecil
SukaSuka
jiaaahhh…. iki baru mantap jaya….
SukaSuka
pacetnya mantep mas… ayo ke sini , kita jelajah kerinci
SukaSuka
wah bisa gering aku…
SukaSuka
hahahhaha kalo aku gpp, itung2 diet
SukaSuka
kereeeeeeen danaunya… gak bisa dipake renang kah itu? jernih banget airnya..jadi pengen nyebur 😀
SukaSuka
bisa banget mbak tapi dingin selain itu feeling aku ga enak, maklum beberapa tempat di KErinci kerasa aura mistisnya
SukaSuka
seru perjalanannya, itu lumpur hitam ya wkwkw
SukaSuka
iya dan rasanya keluar dari lumpur itu banyak yg nempel dan merayap2 di kaki…. mr pacet
SukaSuka
hahahaha, pasti geli2 gimanaaa gitu ya
SukaSuka
kalo aku sih ga takut nah tapi ada temen yg gilo, sampe loncat2 gt pas liat pacet uget2 palanya berdiri2 cari kulit untuk digigit
SukaSuka
kerinci memang luar biasa, sudah beberapa kali kami berniat ke danau kaco tapi…. ngebayangin trekkingnya jadi lemes sendiri…
eh, danau itu memang bersinar ya kalau malam??
SukaSuka
treknya ga berat kok , susahan naik ke gunung tujuh , katanya berpendar kalau ada cahaya bulan purnama… coba perhatikan tiga titik di tengah (warnanya lebih muda dari sekitarnya) katanya itu yg berpendar… kmrn ga perhatiin juga abis malem ujan lgsg nenda
SukaSuka
3 titik itu harta karunnya kali ya haha…
brarti kalau kesana harus bulan purnama dong biar bisa liat danaunya bersinar..
SukaSuka
betul banget pas purnama… makanya pengen balik ke sana lagi pas bulan pernama #penasaran
SukaSuka
selamat papa danan 🙂
SukaSuka
iya papah t-bob :p
SukaSuka
icikiwirrr….
SukaSuka
Om El bener2 niat banget utk surut sesaat sebelum nyampe… “Khawatir mengecawakan”, katanya *geleng2kepala*
Untung dia bareng mahluk2 ekspresif yg nekat teriak senang (ditahan banyak, pantang!! 😛 )
Danan, mana cerita ttg seribu episode “Tahaaaannnn…..” 3:)
SukaSuka
iya dia ga yakin apa bener kece , takutnya kalian udah ngesot2 bareng lintah ga tahunya tempatnya biasa aja dan ternyata aaaaa keren banget
SukaSuka
Hidup itu penuh pilihan kawan, pilih luka di tangan atau di hati? <– curcol detected
Btw aurs mistisnya kerasa ya, even walau cuma di foto. Dan aku gak kepikiran untuk coba renang di situ, entahlah,,
SukaSuka
aku juga ga kepikiran apalagi setelah sebelumnya ke danau lingkat dan mas pendayung rakit bilang sekitar seminggu lalu ada org meninggal gara2 takabur. Ada org Medan naik rakit terus celoteh gn, ah Danau Toba aja mampu aku sebrangin masa danau sekecil ini ga mampu. Tiba2 rakitnya kaya ada yg narik terus dia jatuh ke danau dan ilang, jasadnya timbul beberapa waktu dan sudah meninggal.
https://dananwahyu.com/2012/07/17/janji-leluhur-danau-lingkat/
SukaSuka
aduh biyung jangan sampailah kita ni takabur.. :’/
SukaSuka
kece enggaknya kalau udah jalan sesusah itu. Pasti seru. Kalau enggak kece ya jadi bahan ketawaan. apalagi kecee semriwingg membiru kayak gitu hadoooohhh. Ngilerrrrrr, , , Krinci tetep jadi yang utama di wish list ane setelah indonesia timur
SukaSuka
bener2 kerinci itu sesuatu banget , kmrn anak2 PA sana katanya lg ekpedisi liat danau baru di Kerinci, namanya danau dua atau apa gt… will see kita liat aja nanti
https://dananwahyu.com/2013/07/28/14-alasan-ke-kerinci/
SukaSuka
dari fotonya aja aura mistisnya udah kerasa om…gimana tempat aslinya?????????
SukaSuka
jreng jreng banget dehhhhh… kaya film horor
SukaSuka
Lebih keren misteri dibalik danau kaconya,,,,
Kakak mau tanya ni, kalau travelling kaya gitu masi bisa tetap sholat ga sih?
SukaSuka
Alhamdulilah masih bisa…
SukaSuka
Aku mo ke Jambi dan lihat2 kira2 destinasi apa yang mau tak datangi. Sudah senang aja menemukan ada Danau Kaco yang airnya cemerlang seperti ini. Tapi setelah membaca cerita Mas Danan, coret danau kaco. Gak cocok buat ibu-ibu paruh baya hahahaha…
SukaSuka
Jambinya kemana mbak… Kalau kerinci banyak yg bisa dijelajahi tapi kalo kerinci lbih dekatbdari padang. Kalau budaya dan kulner bisa ke kota jambi ke sanggar batik
SukaSuka
Thank you Mas. Jadi kalo mau ke kerinci mending dari Padang ya. Sebenarnya sih acara keluarga di Jambi. Tapi pengen disambi jalan-jalan juga 🙂
SukaSuka
Kalau dari jqmbi kota ke kerinci bisa 8 jam… Ya udah acara keluarga di jambi terus jalan ke kerinci terus lanjut padang… Lagian tiket padang jkt lebih murah dari jambi jakarta
SukaDisukai oleh 1 orang
salam kenal mas danan wahyu, berkaintan dengan artikel mas yang ini, saya mohon izin kepada mas memakai beberapa gambar dari artikel mas ini, untuk melengkapi artikel saya yang berjudul Pesona aquarium alam danau kaco kerinci, jika berkenan mas bisa melihat nya disini : http://www.ruangreview.com/2016/08/pesona-danau-kaco-kerinci.html
mohon kebijaksanaan nya mas.
terima kasih, salam
SukaSuka
monggo mas silakan
SukaSuka
Assalamu’alaikum mas Danan. Maasyaallah perjalanan ke danau kaco nya ya.
Sy dari pekanbaru rencana mau jalan2 ke jambi. Kira2 kalo ke danau kacanya rute yg tercepat lewat mana ya kalo dr pku.?
Terima kasih sblmnya mas Danan. Mohon petunjuk dan deskripsi perjalanannya.
SukaSuka
Kalau dari Pekanbaru mungkin enaknya ke Sumbar dulu ya terus naik travel ke sungai penuh
SukaSuka