“Apakah semua perjalanan ini sepadan dengan keindahan yang akan kita lihat”, Elyudien berkata lirih. Hampir empat jam menyusuri jalan becek, menyebrangi sungai, merangkak di bawah dahan bahkan mengesot menuruni bebatuan labil. Lelehan darah bekas hisapan pacet tak kunjung berhenti menyisakan rasa perih. Hanya satu hal yang membuat saya bertahan, aroma hutan tropis. Bau tanah basah, lumut, kulit kayu dan daun meluruhkan rasa rindu akan alam.