
December 25th, 2011. Is this foreshadow. Dark clouds cover Takengon. The day before the memory of 7-year tsunami disaster in Aceh

December 25th, 2011. Is this foreshadow. Dark clouds cover Takengon. The day before the memory of 7-year tsunami disaster in Aceh

Perjalanan melintas bumi Serambi Mekah bersama backpacker Medan terbit di majalah Wisata Edisi VII 2013.

Huaa… sofa kesayangan si tante (
nama disamarkan) ada di pantai Bintang , Takengon. Niat banget ya, jauh-jauh dari Medan. Katanya sih biar merasakan suasana rumah saat liburan.

Pagi itu indah. Apalagi di Takengon , keindahan alam dan udara segar membaur jadi satu. Berjalan menyusuri halaman rumah kerabat rekan saya , Lisa . Bertemu mahluk-mahluk kecil di dahan , ranting dan daun. Selamat pagi mahluk kecil!

Kalo jodoh ga mungkin kemana, tetep aja dapet labi-labi yang sama….
Mungkin ada yang bingun apa itu labi labi. Di Takengon alat transportasi umum yang biasa digunakan adalah labi labi. Sejenis angkutan beroda empat seperti angkot pada umumnya. Tapi posisi duduknya saling berhadapan dan bagian belakang kendaraannya terbuka. Dalam bahasa Gayo labi labi artinya kura-kura.
Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 5): Labi-Labi Berjodoh”

Tidur kami di Takengon agak kurang nyenyak setelahh kejadian dengan WH semalam. Tapi sudahlah jadikan ini pelajaran tapi “show must go on”. Tujuan berikutanya adalah Burgayo merupakan kawasan tertinggi di Takengon. Setelah packing kamipun bergegas meninggalkan kawasan Jung Nunang untuk mendaki Burgayo.
Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 4) : Ayo Bergaya ke Burgayo”

Waktu menunjukan pukul dua dini hari. Panggilan alam membangunkan saya untuk bergegas mencari “tempat pembuangan terakhir” hasil metabolisme tubuh. Semenjak kerja shift jam tubuh jadi berubah total. Walhasil setelah “beraktivitas” sayapun tidak bisa langsung tidur. Sayapun berjalan menyusuri tepi danau , mencari sudut terindah di malam kelam. Kalo dipikir-pikir malem-malem jalan ga jelas tanpa membawa penerangan mirip peserta uji nyali. Akhirnya sayapun beringsut tidur di tepi danau dengan sleeping bag sambil memandang langit. Kira-kira kapan ya terakhir saya tidur di alam terbuka seperti ini? Mungkin ketika SMP waktu aktif di pramuka. Tak terasa rayuan angin dan kiluan bintang di langit membawa saya bermimpi kembali.
Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 3) : Uji Nyali dan Dingin.. Brrrr”

Usai makan siang kamipun menuju spot pertama Atu Tamun, sebuah lokasi wisata yang ada di sebelah utara danau Lut Tawar, Takengon. Untuk mencapai lokasi ini sebetulnya tidak terlalu sukar jika menggunakan kendaraan pribadi. Tapi lagi-lagi kami adalah traveller “berbuget tipis” jadi meminimalisir segala pengeluaran yang tidak perlu . Selama masih bisa dijangkau dengan kaki, maka marilah berjalan kaki. Lanjutkan membaca “Jelajah Aceh 2011 (part 2) : Lut Tawar Begitu Menggoda”