Pertama kali sampai di Palambak Besar pandangan kita akan tertuju pada 6 buah bangunan kayu yang menghadap ke pantai. Empat bangunan merupakan cottage yang disewakan bagi tamu sedangkan dua bangunan di timur merupakan kantin dan tempat tinggal pengelola cottage.
Pulau Palambak Besar adalah pulau terbesar keempat di Kepulauan Banyak. Bagian barat pulau ini langsung berhadapan dengan Pulau Tuangku, pulau terbesari di perairan ini. Sedangkan di sebelah baratnya terdapat sebuah pulau kecil yaitu Palambak Kecil. Letaknya yang tidak berhadapan langsung dengan samdura Hindia membuat ombak di sini relatif kecil dan aman untuk berenang. Pantai pasir putih dengan pohon kelapa merupakan ciri khas hampir semua pantai di Kepulauan Banyak. Yang unik dari Palambak Besar adalah garis pantai berpasir cukup jauh. Kita baru bisa menemukan terumbu karang, kira-kira dua ratus meter dari garis pantai.
Tepat pukul 12:00 siang kami berenam menjejakan diri di Pulau Balai. Sebuah pulau kecil berpenduduk di kawasan Kepulauan Banyak. Melalui sebuah dermaga kecil yang berada di sisi timur kami berjalan menuju permukiman penduduk. Wilayah pemerintahan pulau ini dibagi menjadi dua yaitu Desa Pulau Balai dan Desa Pulau Baguk. Beragam fasilitas umum di pulau ini cukup bisa dikatakan memadai untuk ukuran pulau kecil di luar sumatra. Terdapat beberapa warung makan dan penginapan murah (homestay). Lanjutkan membaca “Banyak Island Trip (part 2): Transit di Pulau Balai”
Aceh lagi?. Itulah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Ibu ketika berpamitan ingin ke melakukan perjalanan menuju Kepulauan Banyak, Aceh Singkil. Karena bulan Desember tahun lalu saya baru saja melakukan menjelajah Bumi Serambi Mekah. Kalau dilihat dari geografisnya Kabupaten Singkil terletak di barat daya propinsi Nangro Aceh Darusalam dan berbatasan langsung dengan Propinsi Sumatra Utara.
Empat hari berada di kota ujung barat Indonesia memberikan kisah-kisah unik yang terkadang tidak masuk akal. Seperti ketika pertama kali berada di pusat kota pada siang hari. Sudah menjadi kebiasaan , segala aktivitas di kota ini berhenti dari pukul 13:00 sampai 16:00. Toko-toko akan tutup setengah hari lalu akan buka kembali menjelang sore hingga malam.
Hujan deras mengguyur Sabang membuat orang-orang tertidur makin lelap setelah melewati malam panjang. Semua pelancong pun berpikir sama. Ah.. ini kan hari minggu, ketinggalan kapal pagi masih ada yang siang.
Ceremonial pergantian tahun Masehi selalu ditunggu-tunggu , momen yang dipercaya sebagian orang sebagai ajang intropeksi diri. Menjadi malam panjang penuh kemeriahan. Begitu juga dengan Sabang, kota kecil di ujung barat Indonesia begitu bergairah menyambut pergantian tahun.