Rinduku bukan untukmu tapi hanya untuk kasur empuk berseprai wangi dan bersih . Rasa lelah merentang usai melewati perjalanan panjang dengan dua kali menumpang taksi , sekali kapal feri, dua kali kereta api dan pesawat terbang.
Batam – Kuala Lumpur hanya dua ruas jari saja di atas peta. Tapi sesungguhnya perjalanan itu terasa panjang jika harus naik pesawat dari Singapura. Dan setengah malam di Malaysia akan saya lewatkan dengan tidur syantik ala Syahrini.
Usai drama salah antri taksi bandara di KLIA , kami – saya , Olive dan Anazkia – meluncur ke kawasan Jelatek Business Park. Maunya sih selonjoran selama perjalanan tapi nyatanya supir taksi tak terlalu paham tujuan kami.
Akhirnya selama perjalanan kami berempat sibuk memelototi GPS sambil sesekali menjadi navigator supir taksi. Beruntung letak Dreamville Hostel tak sulit untuk dicari. Taksi yang kami tumpangi sampai di depan lewat tengah malam.
Senyum Sham sumringah menyambut kedatangan kami , ia mengantar masuk ke Dreamville. Hostel backpacker yang berada di lantai dua ruko, belakang parkiran Jelatek Business Park. Meski tak terlalu luas, interior penginapan ini ditata apik dengan penerangan cukup.
Dindingnya memadukan warna biru muda dan kuning dengan perkakas minimal yang memaksimalkan ruang. Sebuah lorong panjang menghubungkan area resepsionis dengan ruang multifungsi. Seperti dugaan saya pintu-pintu kuning di sisi lorong adalah kamar dormitory.
Kehangatan khas dormitory datang dari sebuah ruang besar . Ia memliki banyak fungsi mulai dari tempat meracik kopi di pojok pantry, browsing internet di meja makan hingga tempat bercengkrama di sofa besar.
Di pojok ruang dengan penerangan temaram Emily duduk santai menghadap laptop. Melihat kedatangan kami ia tersenyum gembira sambil mengulurkan jabat tangan. Rupanya blogger dan travel writer asal Ipoh sejak kemarin tinggal di sini.
Uan, pria muda pemilik Dreamville Hostel menjabat tangan . Ia berkisah tentang usaha yang baru dirintisnya. Meski tak terlalu woro-woro di dunia maya , jumlah tamunya lumayan. Kebanyakan wisatawan mancanegara yang mencari susana homey dengan harga relatif murah untuk long stay.
Kami bertiga ditempatkan di mixdorm dengan ranjang besi tingkat. Aroma wangi seprai menggoda jiwa dan raga untuk lelap sejenak . Tapi rencana tinggal rencana tak kala rasa lapar menggoda, kami luluh.
Berjingkat-jingkat menuruni tangga hostel lalu menyusuri lorong ruko hingga menemukan kedai luas. Kursi dan meja tertata hingga keluar kedai, bersama layar proyektor menampilkan film Melayu.
Rasa kantuk menjelma jadi semangat begadang malam. Sambil mengudapi sepiring Kwetiau beraroma seafood, kami berkisah dan ber-ghibah. *Eeh*. Sruput teh tarik hangat menyempurnakan malam dingin.
Ah, tak terasa waktu menunjukan waktu pukul tiga pagi. Andai ini pesta pasti saya sudah kembali ke wujudu semual. Atau saya mangkal di lampu merah paling tidak sudah mendapat dua pelanggan.
“Man-teman . Kita harus kembali ke peraduan karena besok pukul 5:30 kita harus pergi ke Syah Alam.”
“Besok?”
“Dua jam setengah lagi kali!”
“….???…”
Bergegas kami kembali ke hostel , masuk ke dalam kamar dan menempati ranjang masing-masing. Tidak lupa sebelumnya mencuci kaki , tangan dan menggosok gigi.
“Nan…”, bisik Olive
“Iya… keluar bentar yuk foto-foto di meja makan.”
“Heh?”
“Iya , itu meja makan instagramable banget.”
“Apa iya?”
“Lihat aja kalau nggak percaya.”
Kami berjingkat keluar kamar pelan-pelan , khawatir suara gaduh kami mengganggu. Uan terlihat tidur nyaman di sofa depan meja.
“Crek!!” Olive menyalakan lampu meja, membuka laptop. “Foto-in aku kaya gini ya. Seolah-olah lagi ngeblog.”
“Oke… Nanti aku ambil video juga. Jadi acting-nya serius.”
Tak lama Anazkia pun turut keluar kamar turut berpose ria di meja makan yang konon instagramable.
Hostel memang untuk beristirahat bagi para pelancong . Namun bagi media social influencer dan banci kamera , hostel itu bagian dari eksistensi diri. Tempat kece yang kehadirannya harus diabadikan di media sosial.
Jadi maafkan kalau tulisan ini pada akhirnya menyajikan foto narsis pose ala-ala travel blogger. Eh aslinya nggak cuma foto saja tapi juga video pendek. Dan semua ini demi memuaskan pembaca untuk membuktikan sejatinya Dreamville Hostel benar-benar kece untuk didiami.
Jadi jangan lupa dimainkan video “Ada Apa Dengan Tukang Kuburan“ di bawah ini :
Dreamville Hostel
Jelatek Business Park
Jalan Jelatek 2, 54200 Kuala Lumpur, Selangor, Malaysia
Telp: +60 17-657 0699
Email: dreamvillehostel@gmail.com
Heheheh, dari dulu pengin banget nginap di sini… tapi suka tergiur sama hostel lain yang harganya yang lebih murah dari Dreamville *eh
SukaSuka
tapi asik di sini lho kak, yang punya ganteng dan konon masih jomblo siapa tahu jodoh :p
SukaSuka
Asyikkk… om danan bisaaa ajaa. Heheheehhe Next time insya Allah di cobaaa 😀
SukaSuka
Coba KAK ganteng lho wkakkaka
SukaSuka
hostelnya keren, kecil tapi keliatan rapi banget mas danan..
sebelum bobo makan seafood dan kwetiau memang asik kan ya
sedapp hehehe
SukaSuka
dan tempat makan dekdet banget di sini
SukaSuka
Endingnya yang paling menarik Mas Danan, bahagia itu ketika membuka lembaran-lembaran itu… hehe! Selamat menikmati Hostel ala Backpacker!
SukaDisukai oleh 1 orang
mari membaca buku 😀
SukaSuka
asiiik, buka kartu 🙂
aku mau donk fotoku kak D
*terbayang2 char kway teow yg enak itu*
SukaSuka
Foto yg mana? Yang pose ngetik
SukaSuka
mau yang ada akunyaaa 🙂
SukaSuka
Lho, jadinya di hostel ga tidur sama sekali? Luar biasa ya stamina para blogger vlogger kece ini… 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
ya gitulah kak , kalau namanya piknik walau kurang tidur dan makan ttap aja asik
SukaSuka