Julukan travel blogger tidak menjamin seseorang pandai membuat itinerary perjalanan, contohnya saya. Meski memiliki hobi travelling , saya paling malas membuat itinerary perjalanan detail seperti daftar tempat wisata yang akan dikunjungi atau estimasi biaya yang akan dikeluarkan.
Bagi saya travelling seru adalah perjalanan tanpa rencana berlebihan. Karena dengan begini saya akan lebih banyak mendapat kejutan. Parahnya tiga tahun belakangan ini kebiasaan ini semakin menjadi-jadi. Terkadang saya baru mencari informasi lokasi wisata kota yang akan dikunjungi menjelang hari keberangkatan dan itu di bandara melalui internet.

Gaya travelling seperti ini bukannya tanpa beresiko dan dapat menimbulkan masalah. Tapi saya yakin semua masalah selalu ada jalan ke luarnya.
Seperti pengalaman saya ke Penang, pesawat saya baru saja mendarat di Bandar Udara Internasional Pulau Pinang pukul 8 malam waktu setempat. Menurut informasi di internet, seharusnya setiap setengah jam ada bus yang akan mengantar penumpang ke terminal Komtar. Tapi nyatanya setelah menanti sejam lebih, bis yang ditunggu tak juga datang.
Karena sudah kemalaman sayapun menyerahkan nasib kepada supir taksi untuk mengantar ke hotel terdekat dari kota. Setelah check in di hotel dan membuka internet, ternyata lokasi hotel saya jauh ke destinasi wisata yang saya inginkan. Ah sudahlah, besok kita pindah hotel saja, tapi kemana ya. Beruntung ada wifi kenceng jadi browsing dulu mencari informasi kamar-kamar di Penang.
Situs pemesanan kamar online menjadi andalan tapi saya tidak membawa kartu kredit. Ada nggak yang hotel di luar negeri yang transaksinya bisa menggunakan transfer bank lokal Indonesia dan rupiah. Meski tak tak yakin saya mencoba Traveloka. Siapa sangka setelah memasukan kota Penang keluar beberapa pilihan kamar hotel lengkap dengan peta lokasi. Setelah mencocokan dengan destinasi wisata yang ingin saya kunjungi dalam tiga hari ke depan, saya memilih satu kamar hostel.
Jika pilihan saya pada Kimberley House bukanlah tanpa alasan. Saya lebih memilih hostel dibandingkan hotel karena saya akan lebih sering jalan-jalan dibandingkan tidur di kamar.

Selain harganya cukup terjangkau bagi seorang backpacker, jaraknya hanya 400 meter menuju terminal Komtar dan Mall. Sudah dapat dipastikan mudah mencari makanan dan belanja.
Pembayarannya tidak perlu kartu kredit, cukup menggunakan internet banking saja. Seperti transaksi pemesanan hotel atau tiket penerbangan domestik. Setelah saya bandingkan, harga kamar di situs online lebih murah dibandingkan dengan walk in ke hostel.

Akhirnya keesokan harinya saya mendadak ngostel alias pindah ke hostel. Pagi hari saat check in ke hotel saya sempat berkomunikasi dengan receptionist, apakah saya dapat menitipkan tas dan akan masuk kamar pukul 7 malam.
Dengan senang hati receptionist menerima titipan ransel besar saya. Dan yang membuat saya lebih tenang adalah, ternyata bookingan kamar saya sudah ada padahal baru semalam saya memesan kamar di sini.

Tips Memilih Penginapan
Saya pribadi tak memiliki standar tinggi dalam memilih kamar hotel, namun sebelum memilih biasanya saya membaca ulasan dan nilai rata-rata ulasan. Karena gaya travelling saya dengan buget minim, harga tetap menjadi pertimbangan utama.
- Ulasan situs online tidak bisa menjadi satu-satunya ukuran. Jika jumlah ketersediaan kamar tidak terlalu banyak berarti hotel ini banyak memiliki tamu dan artinya pelayanannya cukup bagus.
- Beberapa hotel buget menetapkan sarapan sebagai fasilitas pilihan. Jika hotel berada di kawasan pusat kuliner/jajanan saya memilih tidak mengambil fasilitas ini. Biasanya sarapan di luar hotel lebih murah dan seru.
- Bagi saya fasilitas wifi adalah hal yang paling penting selama perjalanan. Istilahnya, lebih baik saya tidak mandi dibandingkan tidak terhubung dengan internet :D.
- Sesuaikan penginapan dengan aktivitas liburan. Jika niatnya mau goleran santai, tak ada salahnya memilih resor cantik. Tapi kalau waktu liburanmu 70% didihabiskan di luar kamar. Mengapa tak memilih kamar yang hanya untuk tidur, hostel misalnya.
- Pilih situs pemesanan online yang memiliki customer service organik 24 jam bukan mesin. Biar kalau terjadi apa-apa mudah berkomunikasinya.
- Saya lebih memilih metode pembayaran yang mudah. Karena alasan pribadi sebisa mungkin saya menghindari transaksi dengan menggunakan kartu kredit. Mengetahui hotel-hotel di negara Asia Tenggara bisa dipesan melalui Traveloka dengan harga rupiah, travelling jadi makin mudah.
Pengalaman di Kimberley House

Bangunan Kimberley House memanfaatkan ruko lama khas Penang dengan muka bangunan sempit namun memiliki lorong panjang ke belakang. Konon bentuk bangunan seperti ini untuk menghindari pajak di jaman dulu, sebab tagihan pajak dihitung berdasarkan lebar bangunan bukan panjangnya.
Setelah melewati lobi sekaligus meja receptionist kita akan melewati ruang tamu luas dengan dua tangga menjulang ke atas. Menjelang malam ruangan ini menjadi tempat berkumpul para tamu yang kebanyakan backpacker.
Beberapa buah komputer dapat digunakan gratis oleh para tamu. Saya sempat menggunakannya untuk mencari informasi destinasi wisata dan hostel baru untuk menginap lusa sampai beberapa hari ke depan.

Malam itu saya menempati ruangan mixed dorm dengan 6 tempat tidur. Kebetulan di malam pertama hanya ada satu tamu asal Hongkong. Kami tak banyak berkomunikasi karena begitu sampai di kamar saya langsung mandi dan tidur.
Setiap kamar disediakan loker yang dapat dikunci. Saran saya, jika meninap di hostel bawalah gembok cadangan untuk mengunci loker atau retsleting tas. Barang-barang penting seperti paspor dan uang ditempatkan di tas kecil yang dapat diselipkan ke dalam baju.

Meski setiap pagi tersedia sarapan, saya lebih suka mencari makan di luar. Karena di sepanjang jalan Kimberley berjajar restoran dan kedai yang buka secara bergantian 24 jam.
Sejak sore hingga malam hari, di ujung jalan terdapat pusat jajanan rakyat yang menyediakan beragam makanan dan minuman dengan harga yang sangat terjangkau. Penang itu surganya pecinta wisata kuliner, jadi saran saya sebelum ke Penang sebaiknya kamu diet menurunkan berat badan.
Tidak terasa dua malam sudah saya berada di Kimberley House, sedangkan liburan saya di Penang masih ada 4 hari. Rencananya dua hari ke depan saya akan tinggal di daerah Batu Feringghi. Lokasi wisata Penang yang terkenal dengan resor-resor cantik dan kawasan wisata premium. Setelah mendadak ngostel, akhirnya esok lusa mendadak resor. Selanjutnya. Itu tergantung suasana hati dan kantong saja.
Aku pernah go show juga pas booking hotel, ya karena minim survei terima aja kalau misal dapat yang kurang enak. Atau balik lagi kalau bujet pas2 an sadar diri aja haha
SukaSuka
Hotel minimlis itu pilihan utamaku wkkakakka
SukaSuka
murah dan ciamik hostelnya.
SukaSuka
murah juga kak
SukaSuka
Aku jugaaa lebih seneng yang model dormitory gitu, emang lebih sering jalan2 di luar sih. Trus suka ada aja cerita lucu atau aneh antar penghuni dorm lainnya hehe, dan dapet temen baru 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha iaya apalagi kalau Traveling sendiri
SukaSuka
terlalu old style bang.. aku takut… hiiii
SukaDisukai oleh 1 orang
Takut diapain?
SukaSuka
tapi asik buat beramai ramai wkakakakka
SukaDisukai oleh 1 orang
Suasananya koq agak horor2 gimana gitu ya. Tapi ya mungkin sesuai dengan tempatnya juga ya, Penang sepertinya memang cenderung “klasik”. Tapi saya sangat sependapat dengan pemikiran untuk tidak terlalu buang duit dengan hotel mahal, toh kita juga akan lebih banyak menghabiskan waktu di luar.
SukaDisukai oleh 1 orang
sama saya juga kak.. semakin kesini semakin males bikin itinerary… hajar aja lah.. hehehe,
SukaDisukai oleh 1 orang
ahhahah hajar yang penting piknik
SukaSuka