Kuliner, Malaysia, Travelling

Min Chong Jajanan Ala Baba Nyonya

“Srek… srek… srek…” Suara es diserut terdengar begitu nyeri di telinga tapi menyejukan jiwa. Bayangkan di udara sepanas Melaka, es parut dingin  manis akan memenuhi rongga mulut. Nikmatnya mencair berputar-putar di lidah bersama kacang tanah merah , santan kelapa dan tepung kenyal kehijuan bernama cendol.

Kudapan Ala Baba Nyonya di Melaka, Malaysia
Kudapan Ala Baba Nyonya di Melaka, Malaysia

Saya yakin,  yang spesial bukan limpahan susu kental manis  di atas es serut sejernih kristal tapi sirup merah . Ia tak hanya manis tapi menghamburkan aroma unik yang akan menarik ujung lidahmu untuk menari . Bersamaan dengan itu menghadirkan rasa yang tak tak tergambarkan. Ya inilah rahasia yang tak pernah terpecahkan mengapa orang selalu setia menanti es Pak Poh .

Apek-apek  yang kini tak memutar roda kemudi pemarut es. Tugasnya sudah tergantikan oleh mesin motor listrik.  Tapi ia tetap cekatan melayani pembeli , menghimpun beragam rasa isian es ke dalam mangkuk  melamin merah oranye.

Jalan bunga Raya kini dipadati kendaaraan
Jalan bunga Raya kini dipadati kendaaraan

Butuh perjuangan lebih untuk bisa duduk di kedai Min Chong. Berkali-kali kami mengitari jalan satu arah Bunga Raya dan  Jalan Jawa mencari tempat parkir.  Tapi Windi punya jurus jitu, memarkir mobilnya di 1st Inn Hotel lalu masuk ke lobi hotel menyamar sebagai tamu. Numpang ke toilet. Lalu keluar halaman hotel  jalan kaki sambil pasang tampang super tenang. Setenang samudera biru. *cieee yang  numpang pipis dan parkir*

 

Wefie - ritual sebelum mengudap bersama :D
Wefie – ritual sebelum mengudap bersama 😀

Sejenak kami terlempar ke masa  “Baba Nyonya”. Menyusuri rabat  rumah toko  tepian  jalan Bunga Raya. Bagai ABG di era itu berjalan ceria menyambut kudapan sore hari. Bangunan di sini memang tak pernah berubah sejak seabad lalu. Tapi jalan sempit itu kini dipadati kendaraan roda empat.

Tak hanya kudapan yang bisa diburu, pandanglah lebih seksama deretan bangunan tua itu. Resto bercita rasa khusus yang menjual  panganan berat berbaur dengan  toko kelontong. Sebut saja Medan Makan Boon Leong , Medan Makan Bunga Raya, White Wantan Mee dan Kedai Makan Bunga Raya.

Jalan bunga Raya kini dipadati kendaaraan

Maria berisyarat agar kami menyebarang jalan , tangannya menunjuk kedai sederhana di depan bertuliskan Min Chong . Senyumnya mengembang, laksana tuan rumah mempersilakan kami  datang ke rumahnya lalu berpesta.

Ritual kecil dimulai. Kami duduk melingkari meja kayu  bujur sangkar. Es Pak Poh kini bersanding manis dengan  sepiring rujak. Lalu tersenyum manis ke arah kamera aksi  yang menempel di tongsis. “Cheese!”

Berikutnya empat garpu makan menari riang dalam limpahan kuah rujak. Menjejak setiap potongan buah yang tertusuk lalu menggeliat ringan di antara kentalnya bumbu pedas bertabur remah kacang tanah goreng. Sebelum sempat menyentuh gigi, potongan buah disambut lidah berliur.

“Hmmm nikmatnya , bumbu rujak ini.” Meski agak sedikit pedas,  ditawarkan dengan sesuruput es Pak Poh.

Siapkan ringgit bukan dollar apalagi rupiah
Siapkan ringgit bukan dollar apalagi rupiah

“Mereka suami istri?” Menunjuk wanita tua peracik rujak lezat.

“Bukan. Mereka itu sepupu. Generasi kedua pemilik kedai ini. Konon tak banyak kerabatnya yang mau meneruskan usaha ini. Anak-anak mereka memilih usaha lain”, jelas Maria menjawab ke-kepo-an saya.

Rak dinding berisi stok bahan baku
Rak dinding berisi stok bahan baku

Min Chong bukan sekedar kenikmatan jajanan , tapi legenda cita rasa yang tak hilang tergerus moderenisasi. Melahirkan kerinduan tempo dulu tak hanya rasa tapi nuansa . Menikmati jajanan sambil memandang dinding dan langit-pangit kedai.  Rak tua tinggi  yang kini tak banyak digunakan, tempat memajang bahan baku seolah berbisik. ” Ada banyak kisah di sini.”

Nanas di salah satu rak, seger banget kakak
Nanas di salah satu rak, seger banget kakak

Di salah satu rak tergantung foto-foto pejabat dan perdana mentri yang pernah singgah di Min Chong. Mungkinkah mereka punya kenangan di sini?

Siapapun yang pernah singgah , pasti akan terkenang rasa nikmat es dan rujak Min Chong.

Tak ada  remah atau kuah tersisa di piring dan mangkok. Kami terdiam  tergoda kenikmatan jajanan Baba Nyonya. Lihat ada pembeli lain yang sedang menanti di depan. Saatnya menyudahi pesta kecil  ini.

Kembali roda penyerut es berputar menghadirkan suara tak nyaman berirama. Ini bukan ritme musik  selamat datang, tapi nada sumbang berdendang sebelum es es Pak Poh bertandang ke mulut. 😀

Kudapan Ala Baba Nyonya di Melaka, Malaysia

Min Chong Hygienic Ice Cafe  
Alamat: 43, Jalan Bunga Raya, 75100 Melaka, Malaysia
Telepon:+60 13-910 0828
Buka Sabtu-Jumat (11:30-18:00)

30 tanggapan untuk “Min Chong Jajanan Ala Baba Nyonya”

  1. Aku ingat waktu jaman SD senang banget jajan es serut yang direkat dan diberi tangkai ditengahnya oleh sepasang alat yang terbuat dari batok kelapa. Setelah itu diguyur sirop merah dan oranye. Jadi deh lolipop es yg cepat mencair kalau tidak segera di emut..

    Melaka itu membawa kita ke banyak nostalgia 🙂

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Diah Woro Susanti Batalkan balasan