Singapura, Travelling

Dari Siang Sampai Malam di National Gallery Singapura

Masih dari rangkaian Singapore Art Week 2025. Usai melewatkan makan siang di Singapore Art Musuem, saya bergerak dengan shuttle bus gratis menuju galeri museum terbesar di Singapura di l distrik paling premium Singapura.

Didedikasikan untuk mengumpulkan koleksi yang akan memberikan wawasan tentang seni yang unik, warisan, dan sejarah di kawasan tersebut, Galeri ini menjadi tempat yang wajib dikunjungi di Singapura. Di lahan seluas 64.000 meter persegi inilah ajang seni visual terakbar di Singapura dan salah satu yang terbesar di kawasan Asia Tenggara berada.

Berbaur bersama warga lokal saya memasuki lobi museum yang memuat 8000 koleksi karya dari seniman di Asia Tenggara. Saya sempat kehilangan arah , tak tahu harus ke arah mana atau menyambangi galeri mana yant terlebih dahulu. Sempat men-scroll layar raksasa interaktig untuk mengetahui sekilar informasi.

Tapi nyatanya informasi di layar display tak memenuhi rasa ingin tahu melihat interior museum yang megah. Saya berjalan menyusuri beberapa koridor besar, menelisik tiap ruangan, ada galeri, ada ruang interaksi, ruang pamer, kafe , toko souvenir dan lainnya.

Tiba-tiba seorang aunty menyarankan saya menitipkan gemblokan ransel yang terlihat rempong. Maklumlah selain bentuknya yang besar tergantung thumbler dan payung. Maklumah Januari masih musim hujan, Singapura mirip Batam , sudah hampir tiga minggu mendung tak kunjung terang.

Tak sulit mencari ruang locker yang berada di belakang pusat informasi. Tak perlu membayar tapi hanya jaminan 1 SGD saja, yang artinya nanti uang akan bisa diambil saat kamu mengambil tas. Ukuran loker beragam sada yang muat tas ransel, ada juga yang mampu menampung koper ukuran 28 inchi.

Galeri Nasional Singapura menyimpan koleksi seni modern Asia Tenggara di dua monumen nasional: bekas Mahkamah Agung dan Balai Kota.

Bangunan neoklasik terakhir yang dibangun di Singapura, bekas gedung Mahkamah Agung berlantai lima ini terdiri dari empat blok yang mengelilingi rotunda pusat dengan kubah, awalnya digunakan untuk menampung perpustakaan hukum melingkar.

Sebelumnya dikenal sebagai Gedung Kota dan selesai dibangun pada tahun 1929, Balai Kota telah menjadi saksi banyak peristiwa penting seperti penyerahan Jepang dan pelantikan kabinet pertama Singapura. Bangunan empat lantai ini memiliki tata ruang yang simetris, dengan dua halaman terbuka dan fasad depan diapit oleh 18 tiang Korintus setinggi tiga lantai yang menghadap ke Padang.

Aktivitas dan Fasilitas

Selain menyaksikan karya seni banyak aktivitas yang bisa dilakukan di sini terutama bagi anak-anak usia sekolah dan pra sekolah. Kelas singkat akhir pekan mengajarkan anak membuat kerajinan ataupun karya seni. Untuk informasi bisa lebih lengkap dapat dilihat di web.

Bagi pengunjung grup dapat mengikuti program khusus seperti touring bersama yang disediakan oleh museum. Banyak petugas yang akan membantu program dan apa fasiliats apa saja yang bisa dinikmati oleh pengunjung . Sejatinya kebutuhan setiap pengunjung berbeda beda yang terbagi dalam : keluarga, pengunjung dewasa dan lansia. Bagi mereka yang berkebutuhan khusus tak perlu khawatir , banyak fasilitas yang memudahkan kaum difabel untuk menikmati museum.

Sepertinya untuk menjelajah detail seluruh bagian museum ini butuh waktu 2 hari , jadi saya menjelajah random saja. Salah stau tempat di luar ekpetasi adalah roof top yang berada di lantai 6 , ternyata memiliki pemandangan yang memukau.

Bonus Singapore Artweek 2025

Karena hari ini dalam pekan seni Singapura, selain tiket masuknya gratis. ada beberapa performa seni. Mulai dari pertunjukan seni yang menghibur seperti pantomim di aula hingga tari kontemporer di aula besar. Hari ini penggemar seni seperti saya benar-benar dimanjakan.

Seorang aunty berkata bahwa saya harus stay hingga malam karena jelang sore akan ada performa musik techno di dalam museum. Dan salah satu yang paling ditunggu warga Singapore jelang malam Light to Night .

Light to Night Singapore kembali hadir untuk edisi ke-9, menerangi Civic District dengan lebih dari 70 program, proyeksi cahaya, dan instalasi seni. Tahun 2025 adalah tahun yang akan ditandai dengan banyak tonggak sejarah, termasuk 60 tahun kemerdekaan Singapura dan ulang tahun ke-10 Galeri ini. Di tengah kondisi ini, kami menawarkan momen bagi penonton, seniman, dan perusahaan untuk berhenti sejenak, merenung, merayakan, dan mendapatkan inspirasi untuk masa depan.

Tahun 2025 adalah tahun yang akan ditandai dengan banyak tonggak sejarah, termasuk 60 tahun kemerdekaan Singapura dan ulang tahun ke-10 Galeri ini. Di tengah kondisi ini, kami menawarkan momen bagi penonton, seniman, dan perusahaan untuk berhenti sejenak, merenung, merayakan, dan mendapatkan inspirasi untuk masa depan.

Tema tahun ini, “Do You See Me?”, menawarkan interpretasi yang bernuansa dan berlapis mengenai beragam identitas orang, ruang, dan tempat, yang sejalan dengan identitas Singapura yang beragam dan kompleks. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan retrospeksi dan introspeksi, mendorong kontemplasi kolektif tentang apa arti persepsi konvensional saat ini, dan bagaimana persepsi tersebut dapat terus membantu kita membayangkan masa depan. Saat kami mengkaji titik temu yang ditimbulkan oleh tema tersebut, kami akan mengungkap cara tak terduga dalam memandang diri sendiri dan orang lain melalui perspektif unik seniman, intervensi, dan program kami.

“Apakah Kamu Melihat Saya?” adalah ajakan untuk melihat dan dilihat. Ini adalah perayaan keberagaman dan aspirasi kita untuk masa depan yang manusiawi.

Dipelopori oleh Galeri Nasional Singapura dengan kolaborator program Asian Civilizations Museum, Esplanade – Theatres on the Bay, Funan, The Arts House, Singapore Symphony Orchestra, Victoria Theatre & Victoria Concert Hall, festival seni visual tingkat distrik ini berupaya menginspirasi penonton untuk menjalin hubungan yang lebih dalam dengan seni dengan cara yang baru dan menarik.

Tidak terasa saya hingga pukul 9 malam di kawasan National Gallery Singapura , menikmati malam minggu di negara tetangga.

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar