Saya bukan orang yang gampang jatuh cinta apalagi jatuh bebas dari ketinggian, maklum fobia ketinggian. Tapi pengalaman membuktikan rasa takut harus dilalui jangan dihindari ( baca tulisan CROSS|OVER paralayang di bukit Gado-Gado, Sumatra Barat). Dan sekarang bermimpi untuk jatuh bebas di Pokhara, alias skydiving.
Kenapa Pokhara
Dua tahun lalu saya ke Nepal dan langsung jatuh cinta dengan Pokhara, kota wisata kedua Nepal setelah Kathmandu. Bayangkan empat dari sepuluh gugusan puncak tertinggi dunia (Annapurna, Manaslu, Dhaulagiri dan Machhapuchhre) terlihat jelas dari Pokhara. Di sinilah titik awal trekking Annapurna, jalur favorit pendaki setelah Everest di Nepal

“Ya udah Nan, ambil saja paket paralayang”, usul Bu Herlina. Nampanya ia tahu saya tergoda aktivitas outdoor, maklum kedatangan kita kali ini untuk wisata budaya dan alam yang tak ada aktivitas fisik. Sedari bandara Tribhuvan mata saya tak pernah berhenti melirik sepatu sport yang dikenakan pelancong. Sambil antri di imigrasi seorang warga negara Malaysia berkisah ia akan mewujudkan impiannya trekking di Annapurna. Glek, saya menelan ludah dalam-dalam.

“Duh bugetnya sudah untuk Mountain Flight.” Sekali lagi saya melirik wisatawan melintas dengan sepatu trekking tersandang. Sekaligus menimbang harga paket trekking Annapurna 10 hari seharga ratusan dollar.
Namun hati ini tetap memendam rasa, satu saat akan kembali ke Pokhara, untuk jalan di pegunungan dengan panorama tebing es atau berarung jeram di sungai Seti Khola.
Racun Skydiving
Paska tragedi gempa beberapa waktu yang lalu, Nepal membutuhkan usaha lebih untuk mengembalikan kepercayaan wisatawan sebagai salah satu pintu gerbang menuju puncak Everest yang aman. Hamid, guide saya selama di Nepal rajin mengirimkan informasi wisata Nepal melalui surel.

Bohong besar jika saya mengabaikan e-mailnya, terutama paket trekking Annapurna. Meski tak pernah membalas, saya selalu membaca e-mailnya sambil menghitung tabungan , berkahayal serunya berjalan di antara puncak tinggi dunia. Hidup di negara tropis terkadang melahirkan fantasi dan obsesi berlebih tentang es. Enaknya jalan-jalan di gunung es, tinggal bawa sirup , sudah bisa makan es serut.
Surel terakhir Hamid tentang tawaran skydiving jelas membuat iman saya terguncang hebat. Rencananya tanggal 8-15 November 2015 akan ada Pokhara Skydiving. Para penggila skydiving diterbangkan dengan helikopter AS 350 B3 , lalu meluncur dari ketinggian 13000 kaki . Bayangkan jarakmu dengan Annapurna, Manaslu, Dhaulagiri dan Machhapuchhre hanya sedepa saja. Lalu merasakan sensasi jatuh bebas terhisap gaya gravitasi. Ahhh… serunya. Nampaknya pengalaman paralayang di Bukit Gado-Gado melahirkan kecanduan adrenalin. Ada sensasi yang tak terkatakan ketika jantung berpacu cepat dan nadi berdesir hebat.
Bagi seorang backpacker seperti saya, paket skydiving (termasuk akomodasi dan transportasi Kathmandu-Pokhara) selama 8 hari tidaklah murah . Pasalnya harus merogoh kocek sangat dalam, lalu mengeluarkan uang sebesar 5000 US dollar untuk skydiving sendiri dan 6000 US dollar untuk skydiving tandem.

Melihat itinerary tiga hari berturut-turut ber-skydiving ditambah bonus berarung jeram di sungai Seti Khola, air liur langsung menetes deras. Tapi melihat harganya saya harus menggantungkan impian dan mengeringkan air liur yang terlanjur jatuh. 😦
Itinerary 8 hari Skydiving
- Hari 01. 8 November Tiba Kathmandu, Transfer ke Hotel
- Hari 02. 9 November Tamasya di Kathmandu
- Hari 03. 10 November Drive Trishuli, White Water (Seti Khola)Rafting- Drive Pokhara
- Hari 04. 11 November Tamasya di Pokhara – Jatuhkan Zona sosialisasi & pengarahan.
- Hari 05. 12 November Skydiving
- Hari 06. 13 November Skydiving
- Hari 07. 14 November Skydiving
- Hari 08. 15 November Terbang ke Kathmandu
Tapi tunggu dulu. Sekali lagi, saya membaca paket skydiving lainnya. Dan akhirnya iman saya luruh ketika melihat paket sekali skydiving tandem seharga 650 US dollar tanpa harus ikut paket perjalanan 8 hari. Dosa itu pun akhirnya harus terjadi tak kala menemukan tiket pesawat Singapura-Kathmandu seharga 3,8 juta rupiah.
Sebetulnya saya berjanji tidak akan melakukan travelling jauh hingga akhir tahun ini. Namun nyatanya, janji itu akan dilanggar. *duduk manis menyusun itinerary*

CROSS|OVER Buget
Berbekal tiket murah ke Kathmandu, saya memulai menyusun itinerary perjalanan. Nampaknya untuk mewujudkan impian skydiving di Pokhara harus CROSS|OVER buget. Bukan keberanian saja yang harus ditantang untuk melewati batas, tapi kepiawaian mensiasati biaya perjalanan merupakan salah satu kunci mewujudkan impian.
Ada dua cara mencapai Pokhara dari Kathmandu , dengan pesawat atau bus. Harga tiket pesawat pulang pergi Kathmandu-Pokhara sekitar 200 dollar. Setelah berkompromi dengan isi kantong saya memutuskan naik bus Green Line seharga 20 dollar US untuk sampai ke Pokhara. Meski harus melalui perjalanan darat selama 8 jam.
Berniat solo trip artinya tak ada teman berbagi kamar dan biaya. Padahal dengan 10 dollar US sudah bisa mendapatkan kamar dua ranjang dan kamar mandi dalam. Hostel pun menjadi pilihan untuk menginap di Kathmandu dan Pokhara demi memangkas buget 5 dollar US per hari.
Mengunjungi Pokhara artinya mewujudkan beberapa impian yang tertunda seperti berarung jeram di Seti Khola atau trekking melalui jalur Annapurna. Namun hidup itu pilihan , ada saatnya menempatkan skala prioritas. Menahan beberapa keinginan untuk satu impian “gila”. Setelah ber-skydiving uang hanya cukup menyewa sepeda untuk berkeliling Pokhara.

CROSS|OVER My Self
Setelah melewati tantangan paralayang, ketinggian bukanlah masalah besar . Namun sekarang pertanyaannya, apakah fisik saya siap untuk berada di ketinggian 13000 kaki. Siapkah paru-paru ini bekerja ekstra dengan kadar oksigen minimum.
Berdasarkan Medical Form yang dikeluarkan oleh panitia penyelenggara , sebelum melakukan skydiving disarankan untuk tidak merokok. Beruntung saya bukan perokok , tapi kondisi kabut asap di Batam lebih parah dari asap rokok. Nampaknya saya harus menjaga paru-paru tetap sehat dengan memakai masker setiap hari dan menghindari aktivitas di luar ruangan. Tindakan preventif paling ekstrim memeriksakan diri kondisi paru-paru ke dokter spesialis paru dan pernapasan.

Persiapan lain yang tidak boleh lupa adalah pakaian skydiving. Bagi pemula tidak harus mengenakan coverall tapi sebaiknya pakaian yang digunakan terbuat dari bahan ringan, longgar dan nyaman untuk bergerak. Sebetulnya di Pokhara banyak yang menjual coverall berbahan parasut tapi karena buget tipis, maka pakaian dipersiapkan dari tanah air. Untuk sepatu dapat mengenakan sepatu olahraga tanpa tali yang nyaman digunakan saat pendaratan dengan parasut.
“Bro yakin mau skydiving“, tanya seorang rekan ketika mengintip itinerary skydiving di Pokhara.
“Yup!”
“Nggak takut , tiba-tiba parasutnya tidak mengembang, lalu jatuh bebas. Bum!!!”
Saya memilih diam menjawab dengan gelengan kepala. Meski tak banyak orang mampu menalar keputusan ekstrim yang diambil skydiver. Tapi saya sangat meyakini : How Far You Will Go? You Decide! Termasuk segala resiko yang akan dihadapi. Tapi jangan khawatir, resiko bisa diminimalisir dengan ilmu pengetahuan dan standar keselamatan yang tinggi. Mereka yang akan membawa saya ber-skydiving telah memiliki sertifikat di bidangnya.
“Ah, kamu kaya orang jatuh cinta, susah dinalar dengan logika”, celotehnya lagi.
Sekali lagi saya memilih diam dan merespon komentar dengan tersenyum.
Cinta kadang tak kenal logika. Namun jika pada akhirnya cinta saya kepada Pokhara membawa pengalaman ekstrim jatuh bebas, itu bukan tanpa alasan. Ada impian hidup yang harus diwujudkan dengan cara tak biasa, CROSS|OVER your limit.
Tulisan ini diikutsertakan final lomba blog CROSS|OVER , How Far You Will Go? You Decide! Untuk informasi lomba silakan mengunjungi situs http://www.neversaymaybe.co.id.
Duh annapurna macchapuchhare dllnya itu emang menggoda banget ya mas. Aku juga kangen kesana lagi tp pasti ga skydive, dah ga kuat… tp annapurna itu lhoh… rasanya terus memanggil2….
Anyways, semoga lancar semuanya. Kenapa ga naik psw aja ke pkr lalu pulangnya br ngebus?
SukaSuka
hahhaha mahal, lagian selama perjalanan kathmandu ke pokhara banyak pemandangan unik. aku waktu itu naik kendaraan pribadi jadi sempet berhneti di kuil manakamana yg ada kereta gantungnya
SukaDisukai oleh 1 orang
Sempet naik cable carnya di manakamana? Kan uyek banget, ehh… itu waktu pas aku ke situ hehe…
SukaSuka
beneran uyek… harga utk wisatwan mancengara memang lebih mahal sih… tapi ngga nyesel. nepal apa kabar ya sekarang, aku googling foto terbaru nepal kok rata2 foto pas gempa. :((
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya, kalo ke durbar sq aku titip mata buat foto skrg ya… tp sedih banget pastinya kalo liat semua kuil2 besar itu dah runtuh.
SukaSuka
runtuh semua? :((
SukaDisukai oleh 1 orang
Menjadi lebih tinggi dari batas tertinggi dunia adalah impian yang hebat Mas. Dengan perencanaan yang rinci seperti itu, saya doakan semoga bisa tercapai ya. Tak ada yang tak mungkin, selama ada niat dan usaha :hehe. Seru banget pasti bisa skydiving terus berarung jeram dan akhirnya bersepeda keliling kota :hehe. Good luck buat lombanya, semoga menang!
SukaSuka
AMIN semoga berhasil , terimakasih kak doanya
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya sama-sama Mas
SukaSuka
Rencananya kerennn banget! Iya juga ya skydiving mesti dilakukan dalam hidup yang cuma sekali. Menantang banget pastinya apalagi pas buka parasut trus wuuttt badan langsung ketarik ke atas gitu #efeknontonfilm 😀
Good luck buat lombanya om, semoga menang 😀
SukaSuka
makasih lim…. lalu jalan jalan ke solo kapan?
SukaSuka
Aku ditawari ke Basecamp Karakoram. Entah berapa harga paketnya. Tapi yang jelas sangat menggiurkan juga. Semoga menang yaaaa. Lanjut California dan Alaska 😀
SukaSuka
wuih kalo ke alaska gimana ya ngajuin cutinya… waakakkakaka
SukaSuka
Haduh, skydiving! *tiba-tiba lutut gemeteran*
Ga ku-ku aku, Kak! 😀
SukaSuka
hati juga kak kalo yg nandem bule kece ya
SukaSuka
wuiiihhh ikutan geter” ni ati mas bro… sukses dah ditunggu kece badainya di negeri sana….. mantap abissss sukses
SukaSuka
terimakasih kakak dukungannya
SukaSuka
Asyiknyaaaa.. Semangat Kak D! Btw, Green Line itu beda dengan bus biasa? Kemarin aku Kathmandu – Pokhara USD7 naik bus juga. Beda kah?
SukaSuka
Beda yg ini dapat makan kak
SukaSuka
Wow! Keren. Good luck mas semoga lancar ya. BTW bisa tolong forward ke saya gak surel-surel dari Hamid the Guide? Saya semacam ileran juga baca postingan ini 😉
SukaSuka
Seru. Perjalanan yang sudah dilewati diceritain dan diikutkan dalam lomba.
Semoga beruntung mas.
SukaSuka
Terimakasih Kaka
SukaSuka
Hallo
Aku tertarik buat sky diving di pokhara..
Tapi ya selalu yg ditanyakan apakah aman?
Menurut mas ini dibanding paraagliding dan 1hour flight direkomen yg mana?
Terimakasihhh
SukaSuka