Saya lebih banyak diam, mengamati relawan berinteraksi mengajar siswa.
Ada kerinduan , berdiri di depan kelas, bercengkrama dan berbagi kisah dengan mereka.
Namun saya menahan diri, mengamati dari jauh untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda.
Hutang bulan Agustus , akhirnya terbayar lunas di bulan ini. Rencananya bulan lalu mengajar di daerah Sagulung melalui program KIB 4. Persiapan sudah 90%, baik materi dan alat peraga mengajar. Tapi apa mau dikata, bos sedang terkena musibah, rasanya tidak enak meninggalkan kantor.
Dari obrolan ringan di WA akhirnya Kelas Inspirasi Batam menghadirkan KIB Hinterland. Program mengajar ke sekolah di pulau sekitar Batam. Relawan KIB akan mendatangi 3 sekolah dasar yang berada di pulau-pulau kecil sekitar Batam. Meski tak ikut rapat , hanya memantau dari dunia maya , saya melihat antusias relawan luar biasa.
Maaf teman-teman kali ini saya tidak banyak berpartisipasi karena kesibukaan pekerjaan. Untuk mengajar butuh persiapan, karena menginspirasi tidak hanya butuh kata-kata , tapi jiwa. Apa yang kita kerjakan di depan kelas tugas mulia, bukan main-main. Jadi butuh hati dan totalitas.
Saya memilih mendokumentasikan kalian saja, karena dengan ini , dapat melihat semua aktivitas kelas satu sampai enam. Di program sebelumnya saya kebagian mengajar kelas satu dan dua. Cerita beberapa teman, tiap tingkat kelas memiliki keunikan dan keasikan masing-masing. Ah makin penasarasan melihat semua kelas.

Kantuk masih melekat di ujung kelopak mata , tak kala mobil yang kami kendarai merapat di pelabuhan laut si Jantung, jembatan 5 Barelang.
Saya memang kurang tidur. Takut ketinggalan teman-teman di meeting point, pukul empat sudah terjaga, padahal semalam baru tidur jam 2 pagi. Ternyata masih memang masih ada waktu tidur di kendaraan dari TOP 100 Batu Aji menuju jembatan 5 Barelang.

Bagai di alam nirwana, kesadaran saya belum kembali seratus persen. Batam sedang dilingkupi kabut asap, hampir semua terlihat samar bagai di atas awan. Tapi sayang tercium aroma bakaran bukan segarnya hawa pegunungan.
Kapal kayu besar menyambut di dermaga, bersama 15 belas relawan menjejakan kaki di pelantar. Perjuangan dimulai teman, kita akan berlayar ke Pulau Panjang. Ombak memang terasa lebih besar ketika musim selatan tiba, tapi ini bukan halangan. Ada niatan besar yang harus kita perjuangkan di sana, menginspirasi anak bangsa.

Belumlah menjejakan kedua kaki daratan pulau Panjang, kami disambut rombongan anak-anak berpakaian olahraga biru putih. Dalam logat Melayu kental, menyapa kami penuh santun. Wajah-wajah itu terlihat lugu, sesekali penasaran ingin tahu melihat saya membawa kamera besar.
Pulau Batam dan pulau Panjang , tidak terlalu jauh, membutuhkan pelayaran sekitar 20 menit. Tapi rasanya , saya jauh berada di pelosok nusantara, menyaksikan anak-anak yang tidak mengenal gadget. Sebagian besar waktunya dihabiskan dengan bersekolah dan bermain di alam, berlarian di lapangan luas atau berenang riang di lautan.

Berada di SD Negeri 005 Galang mengingatkan saya akan masa kecil, komplek sekolah dengan lapangan rumput luas. Hanya ada dua bangunan utama dan beberapa rumah guru di sekitarnya. Murid bisa kapan saja bertandang ke rumah guru untuk sekedar menyapa atau berbincang. Dan yang paling unik, tepat di belakang sekolah ada sumber air tawar. Padahal jaraknya dengan pantai tidak terlalu jauh. Jika haus, para murid meminum air ini langung tanpa dimasak, dan memang rasanya segar.

Para relawan berdiri di serambi sekolah menghadap para murid. Membuka hari dengan memperkenalkan diri. Mungkin anak-anak itu bertanya, mengapa kakak-kakak ini jauh-jauh dari Batam mau kemari? Jika ditanya alasannya, sayapun bingung menjelaskannya. Tapi ada rasa bahagia membuncah ketika melihat mata nanar bersemangat, mendengarkan kisah profesi. Mereka yang malu bercita-cita, akhirnya mengungkapkan keinginanya tanpa ragu.
Cita-cita bukan sekedar angan , tapi impian yang diiringi dengan kerja keras dan doa. Lisankan setiap impianmu dalam doa dan tulisan. Kata-kata adalah doa, jadi berkatalah yang baik-baik , jika ingin hidupmu baik.

Walau hari ini kami menjadi guru sehari, bukan berarti mereka yang setiap hari mengajar di kelas tak mampu menginspirasi. Namun anak-anak butuh contoh nyata, mereka perlu tahu di luar sana banyak profesi dan impian yang bisa mereka gapai.
Senyum ceria para guru tak kalah mengembang dari anak didik mereka. Bukan karena tidak bertugas hari ini, tapi karena anak didiknya bisa melihat dunia luar, melalui kisah inspiratif. Belajar banyak hal sembari bermain dan bergembira. Termasuk senam pingguin, yang akhirnya menjadi senam favorit di SD Negeri 005 Galang.

Bel berdentang , saatnya siswa masuk ke dalam kelas. Berpasangan relawan memandu kelas yang tidak terlalu besar, berisi 10 sampai 15 siswa. Kelas yang tidak terlalu besar memberikan kesempatan relawan untuk berimporvisasi. Duduk di lantai dengan mengelilingi guru tidaklah tabu, yang penting semua menikmati proses belajar mengajar.

Ada Bu Guru yang tidak mengenakan rok tapi wearpack dan sepatu boot. Di kelas Inspirasi, relawan diwajibkan mengenakan pakaian yang menggambarkan profesi sehari-hari. Tampilan visual yang tidak biasa, akan mengundang rasa ingin tahu siswa.

Kelas kecil lebih memberikan kesempatan relawan untuk berkomunikasi dengan anak-anak. Tapi yang namanya manusia, termasuk anak-anak , seharusnya diberi kesempatan berbicara. Kunci komunikasi yang baik adalah berbicara dua arah. Anak-anak harus dilatih untuk mengemukakan pendapat dan kita orang dewasa harus belajar mendengarkan anak-anak.

Belajar menggunakan alat bantu audio visual memang menarik dan mudah. Tapi jangan sampi media ini menurunkan kualitas komunikasi antara murid dan guru. Proses belajar mengajar yang terbaik adalah mengandalkan kekuatan komunikasi yang melingkupi: lisan, ekpresi wajah dan bahasa tubuh. Dan tentunya dengan pemahaman materi yang dalam. Jadi tahu alasan , mengapa saya tidak mengajar hari ini. Karena saya merasa persiapan saya belum maksimal untuk menjadi panutan di depan kelas.

Setiap orang ingin dihargai. Alangkah bahagianya anak-anak ini , jika kakak relawan mengenal nama mereka dengan baik. Sebelum memulai kelas baca buku absen , dan kenali setiap anak. Memang tidak mudah menghapal semua anak dalam waktu singkat. Tapi paling tidak , sapalah seorang anak dengan nama lengkapnya.


Setiap orang suka sesuatu yang baru, sepatu baru, baju baru. Termasuk suasana kelas yang baru dan guru baru. Jika metode mengajar sama dengan kebiasaan setiap hari, anak-anak tidak akan antusias. Agar suasana kelas menjadi hidup, relawan harus banyak belajar. Jadi sesungguhnya di Kelas Inspirasi, semua orang belajar, termasuk relawan.

Budaya timur kadang menanamkan terkadang membuat anak-anak menjadi pemalu. Patuh kepada orang tua bukan berartui harus diam dan menurut. Sesekali mengemukakan pendapat dengan sedikit nakal tidak apa-apa, daripada kelas terdiam dalam hening . Butuh usaha besar relawan membuat kelas tetap hidup, dan pastinya energi untuk berkomunikasi “fisik”. Kalau seperti ini harus berlari-lari kecil dan melompat-lompat.

Mereka yang jarang bersuara di kelas , memang tidak kelihatan menonjol. Murid pemalu jangan diabaikan, berikan perhatian lebih kepada mereka. Terkadang di balik rasa malunya , ingin mengungkapkan sesuatu. Jadi dekatkan jarak pandang dan hati kepada mereka yang pemalu. Caranya, berjongkok lalu bicara.


Ujian relawan menghadapi anak-anak yang “nakal”. Kok dalam tanda kutip. Sejujurnya tidak ada anak nakal, mereka hanya kelebihan energi saja. Kuncinya berikan aktivitas fisik atau otak lebih kepada mereka. Sesekali memberikan tanggung jawab lebih kepada mereka tidak apa-apa. Karena sesuai dengan sifatnya yang ingin mendominasi, si nakal kita jadikan pemimpin.


Kamu lebih nyaman curhat dengan siapa? Teman bukan. Baiklah, dikelas inspirasi saya lebih senang menjadi teman, bukan menjadi orang yang dituakan. Sesungguhnya momen yang saya nikmati di Kelas Inspirasi , menjadi teman bagi anak-anak. Salah satu cara bernostalgia indahnya masa kecil.


Siapa bilang mengajar itu tidak melelahkan. Ini aktivitas butuh energi ekstra. Jadi persiapkan fisik dan mental sebelum berdiri di depan kelas. Tapi yakinlah , lelah akan sirna ketika melihat senyum mengembang dan mata berbinar .

Maaf , jika akhirnya tulisan ini menjadi sangat panjang dan kurang runut. Tapi , itulah yang saya rasakan ketika hanya berdiri dari balik jendela kelas. Merekam semua relawan mengajar. Pastinya di KIB berikutnya, saya akan hadir kembali untuk mereka, para tunas harapan bangsa.
Makasih atas jepretannya yang keren dan kece badai itu, kakak… Gambar-gambar itu bercerita banyak. Dan membaca tulisanmu ini, plus gambar-gambarnya bikin jadi makin kangen ama semua yang ada di SDN 005 Galang itu.. #kibheffect #masihgagalmoveon
SukaSuka
gagal move on ya jalan2 ke sana aja kak
SukaSuka
senang melihat tawa ceria anak2 itu
SukaSuka
Kamu sudah pernah ikutan kelas insprasi kak?
SukaSuka
belum gmna caranya
SukaSuka
Buka aja web kelasinspirasi.com cari kota yg terdekat dengan domisili lalu silakan bergabung
SukaSuka
ke tkp
SukaSuka
Salut buat kalian semua. Mengajar memang profesi yang amat mulia. Tapi anak-anak di sana ceria sekali, semoga keceriaan itu tetap bertahan sampai mereka dewasa nanti. Dokumentasinya bagus banget Kak, soalnya emosi pengajar dan murid-murid di sana dapat banget, dari malu-malunya, terus capek (tapi bahagia) pengajarnya, sampai ke senyum anak-anak itu. Keren!
SukaSuka
Ya begitulah kisah yang bisa saya sampaikan…. Kalo lihat fotonya bikin susah move on
SukaSuka
Seru banget acaranyaaa. Jadi pengen ikutan. Semoga taun depan bisa daaah. KI emang selalu bikin jatah cinta yaa, Mas 🙂
SukaSuka
KI acaranya luas biasa… hayo mbak semangat, gabung ke KI dikotamu ya
SukaSuka
ajakin aku kak :p
SukaSuka