“Bang adonin aku… uleni aku…”, lirih seorang wanita di ujung meja sembari mengigit bibir. Matanya nanar memandang tangan kekar terampil meremas adonan tepung. Keringat mengucur deras dari kening pria berwajah Italia melewati jambang. Beruntung tak jatuh ke dalam ke adonan karena empunya menyeka dengan kerah baju.
“Kira-kira bajunya dibuka ngga ya, kalau udara makin panas?”, seloroh nakal wanita lain disusul tertawa penuh makna.
Menguleni adonan pizza sesungguhnya tak harus membuat keringat berderai. Namun panasnya tungku kayu dan udara pantai menciptakan angan nakal kaum hawa penghobi wajah kaukasia.

Pizzeria Casa Italia bukanlah restoran di pesisir pantai Scilla pulau Calabri , Italia. Namun pemandangan dari warung sederhana yang mengusung cita otentik Italia tak kalah dibandingkan dari negeri asalnya.
Berada di tepi pantai Trikora, Pulau Bintan Kepulauan Riau, Pizzeria Casa Italia terasa lebih eksotis. Kesan pertama, pengunjung langsung disuguhkan pantai berpasir putih dengan ornamen batu besar menjulang. Tak pelak lagi penghuni laman instagram berlomba mengabadikam momen tak terduga.
Niatnya mau makan pizza eh dapat pemandangan indah.

Ketika air surut jangan ragu untuk melangkahan kaki ke pulau depan. Meski ratusan kepiting kecil keluar dari lubang-lubang di pasir membuat indra pengelihatan terasa nyeri. Pulau mungil berparas cantik seolah melingkupi pantai luas , membuat gelombang tak begitu deras. Saatnya kembali bernarsis ria, membiarkan angin menyibak rambut.


Lelah dan aroma pizza akan menuntun mu kembali ke daratan , melabuhkan diri pada pondok kecil. Meski mas-mas bule tidak membuka bajunya , yakinlah lezatnya pizza mampu memuaskan hasrat lain. Tapi sabar teman, baca baik-baik peraturan di sini. Sembarangan membuang sampah akan didenda.

Ada area tertutup yang hanya diperbolehkan bagi karyawan, salah melangkah masuk bisa langsung diomeli sang pemilik. Mau makan pizza kok repot banget? Tidak repot asalkan kita saling menghargai , tidak masalah. Lagian ini demi kepentingan bersama. Siapa sih yang ngga betah duduk bersantai di pantai indah yang bersih.

Jangan salahkan pemilik warung , jika tarif parkir di sini lumayan mengguncang kantung , untuk motor 10 ribu dan mobil 20 ribu. Nyamannya lokasi membuat orang enggan untuk pergi meski makanan dan minuman sudah habis.

Baiklah mari kita kulik menu andalan. Duh pizzanya ngga nendang banget, kulitnya tipis renyah bukan roti.
Sssttt… di negara asalnya kulit pizza seperti ini, bukan pizza dengan dasar roti tebal kaya karbohdirat. Membuat perut terasa begah usai menyantap satu potong.
Coba endus berlahan tapi ngga pake ngelirik mas-mas bule. Ada aroma tepung terpanggang sempurna bersama saos tomat dan keju. Begitu digigit, renyahnya kulit pizza menyapa lidah lalu menari-nari bersama topping. Kali ini saya menyantap pizza tuna lezat. Hmmm… cita rasa laut sempurna.
Potongan berlanjut dengan pizza ber-topping jamur. Kelezatannya tak perlu diragukan, tapi yang membuat saya terhenyak potongan tumbuhan saproprit itu mirip daging ayam, pilihan tepat bagi vegetarian.
Seloyang pizza rata-rata harganya 45 ribu rupiah, cukup terjangkau bukan untuk disantap bersama. Pilihan minuman , sepertinya saya tidak bisa move on dari teh tarik dingin.

Jelang senja pengunjung satu persatu meninggalkan warung pizza. Matahari memang tak terlihat terbenam di horison pantai, tapi pendar jingganya selalu mempesona. Potongan pizza terakhir saya lumat tanpa berdosa, tak karbohidrat tinggi.
Mbak-mbak di ujung meja telah berlalu bersama malam yang semakin dingin. Mungkin kecewa , melihat mas bule bercengkrama ramah dengan gadis melayu berhijab. Atau dia kecewa tak ada atraksi bonus shirtless.
Cita rasa ini memang sangat Italia, tapi siapa yang menyangka pembuatnya lantang berbahasa dengan logat melayu kental.

Senandung lagu Italia terdengar tak terlalu bingar. Bersama malam saya melangkah pulang , menimbang dalam hati banyak yang saya dapatkan di sini. Tak hanya seloyang pizza dari negeri asalnya tapi pelajaran bagaimana seharusnya manusia menghargai alam dan budaya lokal.
Aku suka pizza tipis beginiii.. pertama nyoba waktu di Lombok. Dan jujur emang lebih enak dibanding pizza yang rotinya tebal… *aku pun sudah merasa cukup tebal, kakaaaaak…
Yuk ke Bintan yuuuk….
SukaSuka
Baru balik minggu kmrn dari bintan, mau ke bintan kalau wira survei pulau baru. Yukkk
SukaSuka
Saya juga suka pizza yang renyah, habisnya tidak seperti makan roti sobek (eh padahal kalau saya dikasih pizza roti sobek mau juga sih :haha). Menarik sekali apa yang dilakukan pemilik restoran untuk menjaga lingkungan sekitarnya tetap asri. Aturan kadang memang mesti kuat dan tegas supaya bisa ditaati. Semoga pantai di sana tetap cakep dengan bebatuan yang khas itu! Bahkan saat surut pun tetap keren.
SukaSuka
Bukan sok bule tapinkadang kita perlu belajar dari bule
SukaDisukai oleh 1 orang
Setuju!
SukaSuka
Aku ngak suka pizza sukanya singkong sama ubi manis wkwkwk. Tapi jujur rasanya aneh sih menurutku kecuali ada sosis nyempil di situ.
SukaSuka
Hahahahaa emak juga gt ngga doyan
SukaSuka
Wow … pizzanya kelihatan lezattt
alee | http://www.alimuakhir.com
SukaSuka
aslinya lezat banget kok
SukaSuka
duhh kak mau dooonk diajak ke siniiii, kayaknya enak tuuh pizza-nya. setuju banget tuh sama denda buang sampah.
SukaSuka
Mas maa bulenya jyga enak *eeh salah fokus
SukaSuka
Fokus sama yang bikin pizza haha
SukaSuka
duh kakak ini… jangan lirik2 yg lain lah ixixixiix
SukaSuka
duuh, mas mas bule jadi primadona di sini, hehehe
SukaSuka
hahhahaha biasa mbak kan jarang bule
SukaSuka
gantengnyaa mas bule, piknik kesana berasa di surga….makanan enak, pemandangan indah dan cowok ganteng hehe
SukaSuka
Wakakakakaka… cuci mata, cuci mulut
SukaSuka
Duhh jadi pengen diadon juga ewrrrr… #gigit gigit manja ulenannya
SukaSuka
Wakaka ngadonin kali dg ngulenin..
SukaSuka
Sekilas liat foto yang paling atas bukan kayak lagi nguleni pizza deh. Kayak lagi mijat siapa gitu..
SukaSuka
Asatagah…. itu bikin perawan menggelinjang
SukaSuka