
Kami adalah lelaki , meski kaum feminis menyatakan tak ada perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita, namun rasa superior itu ada. Tantangan bersama segenggam adrenalin menunjukan siapa kami sebenarnya. Jadi jangan tanya mengapa lelaki suka berpetualang untuk menjadi yang “ter”.
Usai menilik bouy marker penanda pipa bawah laut, pancung – kapal kayu- dipacu menuju perbatasan dua negara. Konon ikan di negara tetangga sana besar-besar. Para lelaki penikmat tarikan senar dan jurong – tongkat pancing– jelas tergoda, membayangkan strike kerapu napoleon 5 kilogram.

Wanita tua suku laut tersenyum sumringah menerima uang dua puluh ribu. Sotong yang baru dipancingnya berpindah mulus ke pancung para pria tanpa transaksi alot. Binatang bertentakel panjang menggelepar liar, sepertinya sadar tubuhnya akan dijadikan umpan.
“Pengorbananmu tak akan sia-sia teman. Ini perjuangan besar!”

Gelombang besar bukan berasal dari hembusan angin , tapi pantulan ombak kapal super besar. Bagai gajah menggoyang semut , kapal kami oleng kehilangan arah sejenak . Tapi jangan khawatir meski bongsor sang gajah tak mampu melaju cepat. Manufer lincah semut mampu menghindari gajah lautan bertubuh tambun.


Bayangan kapal angkatan laut Singapura terlihat di Jurong, samar tak mencolok di antara gedung tinggi. Bergerak mondar-mandir mengawasi teritorialnya. Sedangkan di barat pesawat tempur berputar-putar di atas pulau Sudong ,Senang dan Pawai. Tiga pulau tempat berlatih angkatan bersenjata. Kawasan tertutup bagi warga sipil, kecuali pekerja kontrak MINDEF – Departemen Pertahanan Singapura – untuk melakukan pemeliharaan fasilitas saja.
Tiga pesawat menukik tajam seolah akan menabrak permukaan laut. Tiba-tiba berputar 180 derajat meninggalkan bumi bersama erangan mesin trubin. Tontonan gratis sekaligus dramatis di tengah laut. Jantung saya hampir copot takala pesawat memuntahkan mortir bertubi-tubi tanpa bahan peledak.
“Tak apelah itu, mereka hanya latihan perang saje, sudah biase,” ujar Sadik sang juru tekong sambil memutar perahu mencari tempat tak berombak deras. Tekong kami semakin mendekati perairan Singapur , hanya beberapa tombak dari bouy perbatasan dua negara.

Tanpa menurunkan sauh mesin sekoci dimatikan. Taktik memancing di perbatasan , jika terperegok angkatan laut Singapura langsung kabur ke wilayah RI.
Joran diturunkan dan semua orang sibuk memancing. Meski sebetulnya tak ada kesibukan berarti , hanya menanti keberuntungan. Saya memilih tidur santai di geladak belakang, menikmati sensasi terombang-ambing dan “tontonan gratis”.
Satu jam… Dua jam… Tak ada strike. Tapi tiba-tiba suara gaduh dari geladak depan mirip gerebkan satpol PP. Hampir saja saya loncat ke laut sambil menjinjing high heels, gerakan reflek menghindari garukan satpol PP.
Para pria heboh menarik joran, melawan amukan ikan dari dasar laut. Namun pada akhirnya dua batang pancing sukses patah dan menghilang. Umpatan tak terelakan meluncur deras setelah rugi dua kali, ikan tak dapat , joran patah pun patah. Kini hanya tali kenur yang diulur ke bawah, tak ada tongkat menggantung.

Satu… Dua… Ikan kecil terpikat, lumayan untuk pelipur lara. Ada yang sedikit besar, ikan ketimun namanya. Akan dibawa pulang sang tekong sebagai bukti dirinya tak memancing janda muda di pulau seberang.

Arus balik sore menghadang, pancung kehilangan arah maju mundur. Batas waktu telah tiba, rona jingga mengembang bersama redupnya mentari. Tak ada yang berani mengambil resiko di perbatasan menjelang malam. Sulit melarikan diri jika keperogak .
“Kite tidak akan ditangkap hanya dicambuk tiga kali saje.” Sadik berkelakar.
“Ah… Kalau dicambuk tanpa celane kulit dan sepatu boot, saye tak maulah. Tak nikmatlah itu… Tak ade gaye.” <== terindikasi sadomasicism disorder.

Sadik sang juru tekong memutar pancung pulang ke tanah air. Meski tanpa hasil berarti pria-pria merasa puas mampu melepaskan adrenalin melewati tantangan besar hari ini.

Pulau dengan suar tinggi tampak tak jauh dari garis perbatasan, itulah Nepa pulau terluar Indonesia langsung berbatasan dengan Singapura. Di sanalah angkatan laut kita menjaga wilayah kedaulatan wilayah NKRI.
Pemandangan sore ini benar-benar indah, siluet kapal dan pulau berpadu dalam rangkuman warna hitam dan jingga. Tapi ada satu pemandangan yang mengganggu . Kapal menarik tongkang berisi empat gundukan pasir. Menilik arahnya jelas dari wilayah Indonesia menuju Singapura. Tanpa halangan melintas di depan pulau Nepa.

Semangat berkobar-kobar penuh keberanian hari ini ternoda seulas senyum kecut. Bangsa besar seolah tak bernyali menghadapi negara yang luasnya tak lebih besar dari kota Jakarta. Meski tak beruntung seharunya negeri ini punya sikap. Menjual kekayaan habis-habisan bukan pilihan bijak untuk mengatasi masalah ekonomi.
Sudahkah kamu menentukan sikap untuk lima tahun ke depan?
senja yang indah di laut… 🙂
SukaSuka
banget… warnanya bikin adem
SukaSuka
gue mau ikut tuh kalau ada di sana… 🙂
SukaSuka
yuk yuk yuk… biar ditangkep angkatan laut singapur
SukaSuka
langsung teriak nyengir, piissssss Pak Navy…. 🙂
SukaSuka
wah view nya keren itu serius tadi ada semacam mercusuar warna merah ya itu sudah perbatasan wilayah singapore? kalian berani banget ya dekat2 situ mancingnya…
SukaSuka
Yoi… Demi ikan xixixi…
SukaSuka
ikan apa sih yg di cari…
SukaSuka
Kerapu napoleon
SukaSuka
Sedap nye… 🙂
SukaSuka
ya walupun tak seindah laut di Indonesia timur selalu ada cerita di kepri
SukaSuka
ngeri2 sedap
SukaSuka
aku terharu dan teriris dengan kata2 kak danan “Bangsa besar seolah tak bernyali menghadapi negara yang luasnya tak lebih besar dari kota Jakarta. Meski tak beruntung seharunya negeri ini punya sikap. Menjual kekayaan habis-habisan bukan pilihan bijak untuk mengatasi masalah ekonomi.”
SukaSuka
maaf kak aku sudah mengiris hatimu *kasih obat merah….
SukaSuka