Anak lelaki itu datang sebagai anak baru di kelas kami. Penampilannya biasa saja, tak ada yang istimewa. Sepasang sepatu kanvas tersandang dengan kaos kaki hampir sebetis. Mata kecilnya tenggelam tertutup kacamata super tebal. Meski tubuhnya menjulang tinggi, nyatanya terlihat sangat rapuh, ketika bicara selalu terguncang seolah badan kerempengnya tak mampu menopang kepala besarnya. Lanjutkan membaca “Sang Underdog”