Single itu pilihan, jomblo itu takdir sedangkan jablai itu ujian. Semakin ke sini banyak teman kerja yang nasibnya men-jablai (jarang dibelai). Aku nggak tahu ini kutukan apa kutekan *ngecat kuku*. Tercatat setidaknya ada lima orang di kantor berstatus jomblo permanen dan temporer. Ada yang ditinggal suami bertugas dan yang paling banyak meninggalkan istri . Tapi paling epik , ditinggal istri mudik yang keterima PNS di kampungnya, nun jauh di Nias. *nangis*
Karena merasa senasib, om-om jablai akhirnya sering kumpul bareng, mulai dari karaoke, nonton , sampai akhirnya terbersit keinginan membuat gank Omjay, Om jablai.
“Bagaimana kalau sore ini kita jalan-jalan ke Pinang?.”
“Ngga kesorean. Mending karaoke.”
“Nginep aja semalem baru besok pagi keliling.”
“Okeh. Siapa tahu ada tempat pijet bagus.” *hadeuh

Tranportasi
Rencananya membawa kendaraan sendiri, tapi lupkan setelah ada stempel “FTZ” di STNK pupuslah harapan , artinya mobil tidak bisa keluar pulau Batam. Alternatifnya menyebrang dengan speed boat dan menyewa mobil di Tanjung Pinang. Setelah dihitung biayanya tidak terlalu jauh berbeda. Malah lebih murah. Tiket kapal roro untuk mobil dan 4 penumpang Punggur-Tanjung Uban pp 900 ribu. Sedangkan ongkos speed boat Punggur- Tanjung Pinang 4 orang pp 400 ribu. Selisihnya bisa digunakan untuk menyewa mobil 200 ribu dan bensin 150 ribu.
Agar tidak bolak-balik ke Tanjung Pinang trip dimulai dari Tanjung Pinang dan berakhir di pelabuhan Tanjung Uban.
Penginapan
Sebagai ibukota propinsi kepulauan , Tanjung Pinang memiliki banyak hotel transit murah meriah. Sebagai Omjay yang peduli dengan kebersihan dan penampilan. Pilihan jatuh kepada hotel Furia dekat pelabuhan ber-rate 350 ribu per-malam. Sebetulnya ada yang 250 ribu , tapi sudah habis , maklum akhir pekan.
Hotel seratus ribuan banyak banget , tapi seorang Omjay maunya yang ada air hangat.
“Kalau ngga ada air hangat, aku akan mencari kehangatan lain malam ini.”
*hening*
*diem*
*kedip-kedip*
*pasang muka lugu*

Pulau Penyengat
Jalan kaki sekitar 5 menit dari hotel, Omjay sampai di pelabuhan rakyat. Sempat digodain tukang perahu carter , tapi teguh memilih pompong umum yang tarifnya 7 ribu rupiah per trip. Lima belas menit kemudian , Omjay sampai di Pulau Penyengat.
Ikoniknya masjid bertiang beton menjulang dengan dominasi warna kuning. Masjid Raya Sultan dibangun dengan campuran kapur, pasir , tanah liat dan putih telur sebagai pelekatnya.
Merangakum sejarah pulau seluas 2 kilometer persegi ini memang tak mudah. Tapi semuanya dapat dijelajah dalam satu jam saja, syaratnya naik bentor (becak motor) bertarif 30 ribu rupiah.
Kebanyakan destinasi makam tua , tapi ada juga rumah Balai Melayu , Istana Kantor dan Bukit Kursi tempat meriam tua bersemayam.
“InsyaAllah semua keinginan bisa terkabul jika berniat sungguh-sungguh”, ujar Pak Anwar sang kuncen berdiri di samping sumur Balai Adat
“Semoga teman kita yang satu ini cepat dapat jodoh.” Seloroh seorang Omjay.
“Amin.”
“Lak kok gue. Tadi siapa yang mau minta istri lagi?”
“Kita ngga akan nambah, kalau kamu belum dapat.”
“Ciyus?”
“He eh.”
*terharu*
“Tapi jangan lama-lama jomblonya.”
“Iya. Jangan lama-lama, ya tahun depan deadlinenya. Kalau ngga dapet saya kawin lagi.”
*ngga jadi terharu*

Makam Engku Putri menjadi persinggahan terakhir , dan kali ini saya kembali didoakan dengan khusuk.
“Putri… tolong teman saya dapat jodoh yang cantik, pinter , baik, solehah, kaya …”
“Kalau tidak terkabul tahun depan kami akan kemari lagi.”
Doa agresif tanpa malu Omjay pun berkumandang membuat sang kuncen mengulum senyum sambil melirik sekilas.
“Ini Mas , temen saya masih jomblo.Ngga laku-laku.”
“Bantuin doa ya.”
Masa jomblo dibuat pengumuman, terus didoakan bersama-sama. Sekalian aja Om pasang sayembara atau undian berhadiah di surat kabar. 😦

Vihara Avalokiteswara Graha
Doa bagi sang jomblo berakhir di pulau Penyengat , berlanjut dengan perjalanan yang lebih ceria. Dipandu blogger asal Tanjung Pinang yang terkenal dengan fotonya yang keren, Robbi Hafzan.
Untungnya travelling dengan fotografer , nggak perlu banyak komentar langsung diantar ke destinasi wisata cakep. Salah satunya Vihara Avalokiteswara Graha, yang konon dikenal sebagai vihara terluas di Asia Tenggara.
Memasuki halaman vihara langsung disambut kebun buah naga yang luas. Berat badan bisa turun satu kilogram kalau jalan kaki dari pintu gerbang ke vihara. Kalau ngesot pake bokong dijamin bokong bohai langsung tepos
Daya tarik lain vihara ini , patung Budha besar berlapis emas 22 karat. Pengunjung pun bebas keluar masuk ke dalam vihara. Tapi tetap ya, menjaga kesopanan dan menghormati mereka yang sedang beribadah.


Pantai Trikora
Pantai trikora sangat tersohor di pulau Bintan. Sangking panjangnya kawasan ini terbagi menjadi beberapa zone: trikora I sampai IV. Tapi yang paling bagus yang paling jauh, terutama yang sudah menjadi pantai pribadi resor. Jelang akhir pekan pantai umum biasanya terlalu ramai dan banyak sampah.

Setelah satu jam perjalanan, Omjay singgah di Resort & Resto Serumpun Padi Emas. Meski harus membayar pondokan 50 ribu, kita rela karena pantainya bagus dan bersih. Dan pemandangannya juga indah banget *zoom in zoom out bikini*

Karakteristik pantai di kawasan ini mirip dengan pulau Belitung, batu granit besar dan pasir sehalus tepung terigu. Birunya langit dan laut tidak usah disangsikan lagi. Makanya banyak Pakle dan Bule yang gegoleran di pantai atau berenang.

Air Terjun Gunung Bintan
Dalam itinerary tidak ada rencana ke air terjun dan tidak tahu juga kalau di Bintan ada gunung dan dataran tinggi. Tergoda informasi Robbi, kitapun berbelok arah sejenak lalu berhenti di depan gerbang hijau.”
“Mbak di dalam ada air terjun. Jauh nggak?”
“Lumayan sih Om nanjaknya”, jawab Mbak penjual tiket.
“Ya udah. Doain ya temen saya dapat jodoh setelah cuci muka di air terjun.”
Penjaga tiket bengong, lalu senyum-senyum.
“Itu Mbak teman saya yang jalan di belakang. Jomblo.”
Aku cuma bisa diam nangis sambil nutup muka pakai kamera.*sok sibuk moto*

Berhubung musim kemarau , air terjunnya cuma rintik-rintik kaya air talang yang jatuh keselokan.
Tapi suasana hutannya cukup rimbun, memberikan aura berbeda di trip kali ini. Jadi jalan-jalan kita ngga cuma ke pantai, ada trekking dan hikking kecil yang bikin otot kaki sedikit meregang.

Plasa Lagoi Bintan
Lagoi dikenal sebagai kawasan premium wisata pulau Bintan. Di sini berdiri resor dengan pantai pribadi bertarif dollar. Sudah bisa dipastikan siapa segmen pasarnya, kalau tidak wisatawan mancanagera , ya wisatawan domestik berpenghasilan dollar.

Beruntung beberapa resor membuka diri dengan menyediakan pantai untuk umum, seperti Nirwana Resort. Tapi kita patut berlega hati karena di kawasan ini baru saja berdiri Plasa Lagoi. Pusat wisata berkonsep one stop entertain. Selain berdiri beragam fasilitas wisata dan belanja, nantinya di sini dibangun hotel yang tidak hanya mengusung konsep resor. Semga ada hostel backpacker , biar jalan-jalan bisa hemat.

Meski masuknya gratis, sampai dikawasan ini butuh perjuangan lebih. Maklum meski memiliki fasilitas lengkap Plasa Lagoi terletak di tengah hutan . Untuk transportasi dapat menggunakan kendaraan pribadi atau umum yang telah dikoordinasi oleh Hotel.

Pantai di Plasa Lagoi tak memenuhi harapan Omjay. Kalau boleh jujur, lebih indah pantai di Trikora IV. Mungkin karena akhir pekan dan pengunjung terlalu ramai. Apalagi pantai sedang surut, tak ada riak gelombang biru menggoda. Apalagi bikini, kebanyakan anak-anak bermain pasir. 😀
Patung Guan Sheng Di Jun
Perjalananan terasa begitu singkat. Keinginan mengunjungi Nirawana Resort kami urungkan karena takut kapal terakhir Tanjung Uban-Punggur tidak terkejar.
Beruntung Robbi bernisiatif mengantar kami ke vihara di Teluk Sebang yang searah dengan Tanjung Uban. Tepat di teluk elok sebelah barat pulau Bintan berdiri vihara dengan patung Guan Sheng Di Jun menjulang setinggi 16 meter. Guan Sheng Di Jun adalah seorang Jendral dari negeri Tiongkok yang dihormati Umat Budha sebagai Bodhisattva dengan gelar Bodisattva Satyakalam.

Tepat di seberang jalan yang langsung menghadap ke laut berdiri patung kura-kura raksasa , konon kedua patung didatangkan dari negeri tiongkok dan dikerjakan oleh seniman dari sana.

Tak banyak informasi yang bisa saya ulik dari destinasi wisata religi baru pulau Bintan karena keterbatasan waktu. Namun perjalanan sehari di pulau Bintan kali meyakinkan bahwa harus kembali ke sini. Banyak wisata budaya dan alam yang bisa direkam melalui kamera dan kata.

Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul setengah lima sore ketika sampai di pelabuhan Tanjung Uban. Omjay yang baru pertama kali jalan ala-ala backpacker (bawa ransel) tersenyum puas sekaligus lemas.
“Seru ya jalan-jalan kaya gini. Tiap bulan musti diagendakan.”
“Bulan depan kemana?”
“Tanjung Balai Karimun?”
“Lingga…”
“Abang…”
“Tunjuk…”
“Om… kemana aja. Lagian pulau di Kepri banyak banget.”
“Ya udah cari aja pulau yang ada kuburan keramat. Kita doakan semoga Danan cepat laku.”
Kalau mau laku obral aku di Nagoya Om. 😦
~ Selesai~
Rincian Biaya
- 4 Tiket PP Batam-Bintan Rp 440.000,-
- 2 kamar Furia Hotel Rp 700.000,-
- Boat Tanjung Pinang – Penyengat Rp 56.000,-
- Sewa 2 Bentor Rp 60.000,-
- Sewa Mobil Rp 200.000,-
- Bensin Rp 150.000,-
- Makanan dan Minuman Rp 500.000,-
- Tiket wisata dan Parkir Rp 100.000,-
- Parkir mobil sehari semalam pelabuhan Punggur Rp 60.000,-
(Biaya per-orang 500 ribuan)
Sebenernya pengin ngakak baca postingan ini, tapi karena lagi ngumpul2 sama banyak.orang, akhirnya cuma bisa ngikik ;))
Semoga omjay yang masih single & available ini segera laris di pasar bebas yaa
SukaSuka
Laris di negara tetangga
SukaSuka
Bintan dan Lingga banyak makam, keramat… bisa jadi tujuan doa bersama omjay selanjutnya he he
SukaSuka
hahahaha…..
SukaSuka
Bintan, suatu saat aku harus menjelajahimu … thx sharingnya Mas.
SukaSuka
Bintan banyak yg seru lho om
SukaSuka
kukira omjay itu om jayus, jebul om jablai!!! omm kamuh nggak kurang piknik lagi tapi kurang dibelai yah, omong-omong di Solo Raya banyak makam termasuk di Gunung Kemukus. Bolehlah suk kuantar ke sana biar om Danan enteng jodoh 😛
SukaSuka
Kemusuk bkn yg bnykmtmpt mesum
SukaSuka
Jadi gimana, itu omjaynya jadi diberikan kehangatan? Hihihi.
SukaSuka
Suruh ngelonin kompor ajah kalo mau yg anget anget
SukaSuka
Wakakakakakak!!
SukaSuka
hayyah… sebenarnya ini tulisan memang bermaksud promosiin diri kan om? hayoo ngaku..!! pake cara soft selling lagi ckckckc
udah, ke aceh aja om.. saya kasih satu calon. mau?? :))
btw, gimana klo para istri Omjay ini baca om? jadi nggak ya ributnya? hahaha
SukaSuka
Hahahha soft selling…. Aduh aku mah aslinya pemalu kak. Makanya ngga laku kaku *eeh
SukaSuka
Pemalu bang?? oh ok saya catet. Umur menjelang 37 dan masih pemalu. baiklah, klo begitu ke aceh aja bang, ada dua orang nih calonnya 😀
SukaSuka
Eh aku 17 wkakakaka
SukaDisukai oleh 1 orang
Pembukaannya bikin ngakak, kak! 😀
Bintan multikultur banget ya. Paling tertarik sama vihara dan patung jenderal itu.
SukaSuka
Pose depan mesjidyg bertiga macam trio libels jaman jadul hehehe
SukaSuka
Kelihatan ya lahir di era apa… Adalagi gaya vokal grup tvri tahun 80-an
SukaSuka
Wuih mantab pantainya. Waktu saya berkunjung ke Tanjung Pinang waktu itu belum sempet maen ke pantainya euy. Sepertinya “pemandangan”nya cukup “menarik”
Eniwei, Pulau Penyengat emang keren bingits… Sarat dengan nilai sejarah. Saya juga dulu pernah nulis tentang Tanjung Pinang dan Pulau Penyengat.
Silahkan bila ada yang ingin berkunjung. hehehe… 😉 http://cagakurip.com/berkunjung-ke-kota-gurindam/
SukaSuka
Pantai pantai di tj pinang cantik cantik beberapa pulau kecilnya juga
SukaSuka