
Coffee is a way of stealing time that should by rights belong to your older self.
***
“Kalau mau lihat pejabat Riau nongkrong aja di sini.”
“Serius?”
“Loe perhatiin meja di sana, mereka itu pejabat.” Pandangan gue lempar sejenak untuk melihat sekumpulan bapak-bapak berkaos training ketat di bagian perut. Lalu ditarik kembali ketika serombongan emak-emak ngelirik genit ke gue.
“Memang mereka ga tugas, pagi-pagi gini sudah nonkrong? ” Nyinyir gue sinis.
“Ini kan minggu bro.” Setelah olahraga mereka ke sini.”
“Olahraga membakar kalori terus ngemil?”
“Loe sendiri?”
“Niat gua dari awal tulus ga pake pura-pura olahraga . Kesini untuk buat ngopi , sarapan ama ngemil.” Elus-elus perut.
“O… Kirain studi banding perut buncit”
(-_-“)
Abaikan obrolan ala warung kopi di atas. Meski butuh perjuangan ekstra mencari tempat parkir, penikmat kopi tak jera menyambangi kedai Kimteng Jalan Senapelan , Pekanbaru. Selain rasa kopinya yang enak, Kimteng juga merupakan tempat bersosialisasi. Mungkin bapak-bapak itu ga merasa eksis kalo ga nongkrong di sini, kaya artis ibukota yang ga wara-wiri di PS (Plaza Senayan).

Kim Teng
Kimteng merupakan nama pendiri kedai kopi terkenal di Pekanbaru , Tang Kim Teng. Pria berdarah Tionghoa kelahiran Singapura ini ternyata ikut serta mempertahankan kemerderkaan RI dengan bergabung di Resimen IV Riau. Setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia di Konferensi Meja Bundar tahun 1949, praktis Kim Teng menjadi veteran dan pengangguran.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga Kim Teng membantu “Kedai Kopi Yun Hun” milik kakak keduanya Tju Lan di Pekanbaru. Tahun 1955, kedai kopi Yu Hun pindah ke tepi Sungai Siak lalu berganti nama menjadi “Kedai Kopi Nirmala”. Usaha kedai kopi sempat mandek saat peristiwa pemulangan warga Tionghoa ke Tiongkok tahun 1959. Beruntung Kim Teng tak kena gusur ke Tiongkok.
Setelah situasi membaik Kim Teng kembali membuka kedai kopi dengan nama “Kedai Kopi Segar” di daearh pasar bawah. Tahun 2000 Kedai Kopi Segar lebih dikenal dengan nama ‘Kedai Kopi Kimteng’ dipindahkan ke Jalan Senapelan.
Generasi Ketiga
Tahun 2002, pengelolaan kedai kopi diserahkan kepada Mulyadi Tenggana cucu Kimteng. Di tangan pria yang pernah belajari di Toronto Kanada, kedai Kimteng tak hanya menyajikan kopi dan roti gandum. Dengan sistem sewa tempat, pedagang bubur ayam, mi ayam, lontong sayur, empek-empek dan lainnya dapat bersama berjualan di sini. Jadi bagi kamu yang tidak minum kopi tetap nongkrong di sini .
Dinding kedai dipenuhi neon box media promosi berukuran 3,5 x 1 meter. Siapapun bisa beriklan di sini dengan tarif 3,5 juta per tahun. Tak sulit bagi Mulyadi memasarkan spot iklan di kedai Kimteng. Delapan belas space iklan penuh terisi bahkan beberapa sudah mengantri untuk tahun depan.
Kim Teng bukan sekedar warung kopi biasa dengan inovasi memanfaatkan peluang yang ada. Setelah sukses membuka beberapa cabang di Pekanbaru, akankah merambah kota lain di Indonesia melalui franchise?
Menu
Sebetulnya hanya jus, kopi dan roti menu asli Kim Teng. Sejak tahun 1970 Wolter Monginsidi Bakery mensuplai roti ke Kimteng. Bersama selai srikaya ~ di sini disebut sari kaya~ roti gandum berjodoh dengan kopi yang konon bubuknya berasal Solok , Sumatra Barat. Awalnya saya kira kopinya berasal dari Jambi karena rasanya mirip kopi merk AAA, kopi robusta bubuk terkenal di Jambi.
Kelar mencicipi roti Sari Kaya saatnya menggerayangi menu lain, pertama otak-otak. Berhubung sudah pasrah di atas meja langsung dihajar rame-rame. Eittt, tapi nanti dulu buka pelan-pelan , ada yang beda dibanding otak-otak Palembang. Warnanya kekuningan dan rasanya sedikit pedas.
Menu selanjutnya? Ya terserah anda… Langsung khilaf pesen ifo mie dan mie ayam bakso.
“Kok diam aja sih. Cabut Yuk.”
“Hmmm… hmmm…” Sibuk ngunyah makanan terakhir di mulut gue.
“Sudah habis kan, Pulang yuk!” Ngode manggil si Embak biar dihitung bill-nya.
“Tunggu dulu lah sejenak kawan.” Megangin perut.
“Napa, mau lahiran? Melotot ngeliyatin perut dengan seksama.
“Gua kayaknya belum sanggup berdiri, kekenyanga nih!”
“What?”
“He eh…” Kedip-kedip.
Akhirnya kita berdua duduk anteng di Kimteng, nurunin isi perut. Gue maksudnya yang nurunin.
“Bro… ga enak nih duduk-duduk aja ga pesen makanan?” Merasa bersalah dilirik antrian orang di luar sana.
“Jadi?
“Roti Sari Kaya plus kopi lagi ya?”
“@$#$*#%#$@#$” Temen gua langsung pengsan.

referensi:
Otak2nya adonannya pakai cabe itu ya? Fotonya ngintip, menggoda.
SukaSuka
Kaya bumbu kare, ada rempah rempah gt
SukaSuka
Hahahha studi banding perut buncit 😀 btw, aku pun pasti pingsan itu kalau nambah lagi hahahha 😀
SukaSuka
wkakkaka maklum perut karung (eeh) semua muat….
SukaSuka
Penasaran pengen nyicip kopi dan kulinernya 😀
SukaSuka
mari mampir kalo ke pekanbaru, kopinya mantap, jajanannya eunak eunakk
SukaSuka
Wah sama gue juga penikmat kopi,,bang. Tiap pagi pasti minum kopi. Kalo enggak, serasa ada yg kurang hehe.
SukaSuka
aku juga… pagi2 pasti ngomong… “gimana bisa dikopi?”
SukaSuka
Bukan “kopi” yg itu, bang -______-
SukaSuka
kirain kopi bisa diroger xiixixiix (gagal fokus
SukaSuka
Otak-otaknya kaya’nya enak ya… Kalo ke pekanbaru saya mau kesana…
Banyak sekali catatan tempat kunjungan, tapi nggak berangkat-berangkat… Hihi
SukaSuka
hahahah santai aja mbak, aku ga ada target mau kemana , dijalanin aja kalo rejeki ga kemana
SukaSuka
Hahaha, ya ya ya, sepakat 😀
SukaSuka
Wow penuh banget kedainya. Kalau lihat sekilas mikirnya itu foodcourt. Hehe
SukaSuka
Ia krn konsepnya bnyk makanan jadi mirip foodcourt
SukaSuka
Mupenga banget sama rotinya! Yammy!
SukaSuka
roti gandumnya memang unik banget teksturnya
SukaSuka
oooh… disana tempat paling hietz di Riau? *oke sip* *noted*
SukaSuka
iyah kak buat nongkrong , kongkow2 dan jajan 😀
SukaSuka
bersyukurlah yang masih bisa menikmati makanan enak bin murah. . . hiks. . . #i hate Jakarta! ;D
SukaSuka
tapi di jakarta kan banyak juga tempat nongkrong dengan harga terjangkau
SukaSuka
Kedainya kaya foodcourt di supermarket ya hehehe… Tapi itu kopi bikin penasaran, juga pingin belai cangkir antiknya 🙂
SukaSuka
belai cangkir apa pelayannya yg cantik
SukaSuka