Tidak menyangkal kepercayaan di suatu daerah merupakan salah satu bentuk penghargaan atas budaya dan adat istiadat setempat. Kemarin Nakoda kapal yang kami tumpangi berujar. Jika kami melihat rombongan lumba-lumba atau ikan paus selama perjalanan menuju Selayar. Maka dapat dipastikan hari ini akan terjadi badai besar di Selayar.
Antara percaya dan tidak dengan ramalan cuaca sang nakoda kemarin, pagi ini kami memulai perjalanan menjelajah pulau Selayar untuk mencari tempat snorkling. Tanpa sarapan mobil kamu pacu menuju selatan pulau Selayar menuju Pelabuhan Pattumbukang untuk mencari informasi penyebrangan ke Takabonerate.
Setelah perjalanan 3 jam lebih akhirnya sampailah di satu pelabuhan yang tampak sangat sepi. Awalnya agak ragu apakah ini pelabuhan yang kami tuju karena tidak tampak satupun petugas yang tampak. Setelah bertanya dengan beberapa masayarakat akhirnya benar inilah pelabuhan yang dimaksud. Beberapa perahu kecil tampak bersandar di pelabuhan dan cuaca terlihat semakin tidak bersahabat. Pemilik kapal berkata bahwa cuaca tidak sedang bagus sehingga kapal tidak akan jalan hari ini. Dan kami harus mengurungka niat kami untuk mengunjung Takabonerate.
Tanpa rasa putus asa kamipun meninggalkan pelabuhan Patumbukang dengan keyakinan hati lebih mencari pantai lain . Dari ujung selatan pulau Selyar kami berbalik ke utara . Setelah bertanya penduduk menjelang tengah hari sampailah kami di pantai Appatanah. Namun lagi-lagi kami harus kecewa, di sini pantai sedang surut dan tampak dikejauhan ombak besar yang tidak bersahabat. Rasa lapar nampaknya makin memperburuk suasana hati. Ternyata tidak mudah menjumpai penjual makanan di sini. Setelah berputar-putar akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke kota Benteng untuk makan siang plus sarapan yang tertunda.
Meskipun selama perjalanan menuju kota Benteng banyak pemandangan indah seperti rumah tradsional dan pemandangan alam. Tapi semua itu tidak bisa membuat kami kenyang dan merasa lebih bahagia dibandingkan sepiring nasi. Akhirnya Tuhan mendengar doa kami. Setelah berjalan kira kira satu jam. Tampak sebuah gerobak bakso melintas di jalanan sepi. Tanpa basa basi kamipun langsung menyerbu bakso “Made in Selayar” yang rasanya sangat berbeda dibandingkan bakso di pulau Jawa atau Sumatra.
Makan bakso ternyata tidak menuntaskan rasa lapar kami, mobil kami pacu menuju Benteng untuk mencari warung nasi. Setelah puas menuntaskan rasa lapar pencarian pantai dilanjukan!!! Kali ini pantai yang bernama Baloiya. Sebuah pantai di kawasan pantai Barat yang memiliki goa yang tembus ke daratan. Jika laut surut kita dapat masuk ke goa ini dan dapat tembus dari satu pantai ke pantai lainnya. Namun ternyata di sini ombak lebih ganas. Pulau yang berada di hadapan pantaipun tidak bisa dijangkau dengan mudah karena ombak sangat besar.
Teringat akan ramalan badai sang nakoda tentang mitosnya. Akhirnya wisata alam hari ini kami tuntaskan. Tujuan selanjutnya adalah wisata sejarah dan budaya mengunjungi Gong Nekara di daerah Matalalang. Merupakan Gong Nekara terbesar di Asia Tenggara yang ditemukan oleh warga setempat bernama Pao pada tahun 1868 di daerah Papan Lohea, Dari lingkungan Bonto Saile.
Wisata Budaya selanjutnya adalah jangkar dan meriam Padang. Setelah melewati bandara perintis Aroepala sampailah kami di desa Bontosunggu Kecamatan Bontoharu. Berada di tengah perkampungan nelayan untuk bisa melihat Jangkar Raksasa milik seorang saudagar China bernama Gowa Liong Hui, kami harus menunggu sang Juru Kunci. Berdasarkan kisahnya Gowa Liong Hui yang mengadakan pelayaran menggunakan kapal besar dan singgah di Padang pada akhir abad XVII. Sampai suatu saat kapal dagang milik Cowa Liong Hui ini rusak hingga tidak dapat lagi digunakan untuk berlayar, kemudian jangkar kapal diamankan oleh penduduk setempat yang dikemudian hari menjadi bukti sejarah.
Menjelang sore kamipun kembali ke kota Benteng. Awalnya ingin berburu sunset tapi cuaca buruk menyurutkan niat kami. Nampaknya Pertandingan Piala AFF Suzuki Malaysia VS Indonesia lebih malam ini lebih menarik. Setelah mandi kamipun bergegas mencari tempat makan malan dan nonton bareng siaran sepak bola yang menyita perhatian sebagian besar masyarakat Indonesia.
Pagi ini kami bersiap menuju Pelabuhan Pamatata untuk melanjutakan perjalanan ke Makasar. Tapi rencana berubah 180 derajat. Setelah mengobrol dengan pengelola Wisma PKK Tanadoang yang ternyata pegawai Dinas Pariwisata Selayar. Beliau bercerita jika pantai barat di Selayar terkena badai, sebagai alternatifnya kita dapat melakukan aktivitas snorkling di pantai timur. Dengan pertimbangan tidak mengeskplore dan wisata kuliner Makasar, maka hari ini kami bertahan di Selayar. Dengan bantuan pegawai Dinas Pariwisata setempat kamipun dicarikan kapal dengan harga murah dan difasilitasi alat snorkling gratis untuk menjelajah pantai timur.
Di balik kesusahan maka akan ada hikmah yang bisa kita dapat. Mungkin itulah kata-kata bijak yang paling tepat untuk menggambarkan kejadian di Selayar. Setelah puas mengekplore pantai Jameeng untuk bersnokling dibeberapa spot kami diberi kesempatan untuk dapat melihat air terjun 7 tingkat yang bermuara di laut, yang hanya dapat dilihat langsung dari tengah laut.
Ternyata Dewi Fortuna masih berpihak kepada kami. Perjalanan terakhir kami ditutup dengan mengunjungi Dive Resort yang merupakan resort pribadi bertarif poundsterling. Bersama dengan petugas Dinas Pariwisata Selayar , kapal kami diberi kesempatan untuk merapat ke resort yang dikelola oleh pihak asing selama satu jam saja. Terumbu karang di resort ini benar-benar indah. Tampak ratusan ikan besar lalu lalang tanpa sungkan di bawah kami. Ternyata para Dive Master di resort ini juga merupakan aktivis lingkungan. Mereka menertibkan nelayan yang dalam kegiatannya merusak lingkungan seperti merusak terumbu karang dengan bom.
Menjelang malam kamipun merapat kembali di pantai Jameeng. Suasana gelap tanpa penerangan merupakan hal yang biasa bagi penduduk yang tidak berada di kota kabupaten Benteng. Dalam gelap kami menyusuri bukit terjal untuk kembali ke penginapan.
Rasa lelah benar-benar terbayar oleh pengalaman yang luar biasa. Meskipun besok pagi kami harus kembali ke Makasar dan kembali bertaruh dengan cuaca buruk penyebrangan ke Bulukumba, Bira. Tapi kami tetap yakin bahwa setiap perjalanan akan memberikan satu cerita. Satu cerita akan membuat kita menjadi lebih dewasa. Tetaplah DEWASA DI JALANAN NUSANTARA…
Terimakasih buat masyarakat Selayar terutama temen-teman di Dinas Pariwisata Kabupaten Selayar…





























danann… di bikin di kaskus juga dongg
SukaSuka
lagi bingung merangkunya gw bel, wkakakkakak
eh nanti gw bagi2 bocoran itin loe ke iboh ya… pengen banget gw kesana… tapi pesawat ga ada langsung kesana dari jambi
naik bis jauh juga bisa 2 malem
SukaSuka
wah betul juga tuh Pak Danan… bisa langsung HT pastinya !!…
barcen langsung..
SukaSuka
yuk mari!!!! apa nih accountnya? saya babababy :p
SukaSuka
kereeeennn nan
SukaSuka
jalan2 ke ujung kulon ga kalah keren 😀
SukaSuka
Best time untuk Diving di Selayar yaitu di April – Juni atau September – November
SukaDisukai oleh 1 orang