
Minggu ini kepulanganku pertama dari Jambi ke Lampung setelah 2 minggu yang lalu aku pergi merantau. Banyak kejadian dan cerita yang memberikan pengayaan batin dan inspirasi yang luar biasa. Salah satunya kasih supir travel yang aku tumpangi beserta dua orang sahabatnya yang kebetulan menjadi penumpang dan duduk tepat di belakangku. Sepanjang perjalanan mereka banyak mengobrol tentang kisah masa kecil mereka. Oh rupanya mereka sudah lama tidak bersua mungkin karena kesibukan hidup yang menuntut mereka harus berjalan masing masing. Suasana fortuner berkapasitas 6 orang menjadi begitu ramai seperti reuni sekolah. Jujur awalnya aku merasa terganggu dengan suara dan obrolan mereka sepanjang perjalanan yang membuatku tidak bisa tidur. Padahal setelah shift malam badan ini terasa sangat lelah dan aku ingin merebahkan diri sejenak dalam mimpi sepanjang perjalanan.
Dari percakapan panjang selama 6 jam antara Jambi – Palembang aku bisa menangkap bahwa mereka bertiga besar di lingkungan yang sama yaitu asrama polisi. Pria-pria 40 tahunan ini asik bernostagia tentang kenakalan mereka di masa kecil. Salah satunya ketika mereka harus pindah Sekolah Menengah Pertama sebanyak 3 kali gara-gara mereka mengeroyok guru yang menghukum mereka. Sudah menjadi rahasia umum bahwa anak kolong (asrama) nakal karena mereka mengandalkan orang tua yang memiliki status polisi. Dari obrolan mereka aku menangkap bahwa kedua sahabt yang duduk di belakang ku bekerja di intansi pemerintah dan memiliki posisi yang bagus. Mereka berdua sedang melakukan perjalanan dinas menuju Bangka Belitung dan akan transit sejenak di Palembang.
Tidak terasa 6 jam berlalu dan dua sahabat tadi turun. Sekilas aku melihat mereka sempat berbicara dengan sang supir travel dan memberikan sejumlah uang walaupun awalnya menolak tapi akhirnya sang supir menerimanya. Lalu sang supir bilang kalau mereka bertiga bersahabat sejak kecil tapi beda nasib sambil tersenyum getir. Dan dia bercerita dulu waktu di Sekolah Menengah Atas walaupun mereka bertiga nakal tapi prestasi mereka lumayan. Ada satu kejadian yang membuat sang supir berpisah dan menjalani kehiudpan yang berbeda dengan sahabtanya. Sekitar 23 tahun yang lalu tepatnya 1 minggu sebelum Lebaran kenangnya. Sang supir terlibat perkelahian dan membuatnya menjadi seorang pembunuh. Dia tidak sadar bahwa perkelahian malam itu akan merubah kehidupannya dan menghancurkan masa depannya. Padahal waktu itu dia sudah diterima menjadi mahasiswa di IPB melalui jalur khusus karena dia termasuk 3 murid terbaik di sekolahnya. Namun semuanya menjadi sia-sia ketika ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di balik jeruji besi. Roda cita-cita dan impian berhenti di balik rutan sedangkan dua sahabatnya tetap melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Dan pada akhirnya kehidupan menentukan jalan berbeda dengan sahabatnya, kedua sahabatya menyelesaikan pendidikan lalu bekerja dan memiliki karir yang bagus. Dengan pandangan menerawang jauh dan berkata, ” Saya waktu itu tidak sadar bahwa perkelahian dan pensusukan itu bisa membunuh orang. Saya tidak pernah berpikir jauh , kenangnya….
