Baru seminggu beroperasi GO-CAR Batam harus menerima kenyataan, Dinas Perhubungan Kota Batam mengeluarkan surat penghentian sementara bagi perusahaan jasa transportasi online di Kota Batam. Surat dengan nomor 220/AKTN/2017 pada intinya melarang penyedia jasa aplikasi online beroperasi di Batam karena tidak memiliki izin penyelenggaraan angkutan.
Jadi GO-JEK, WAKJEK, UBER, GO-CAR dan kawan-kawan tak dapat beroperasi di Batam. Beruntung sehari sebelum surat penghentian diberlakukan pada 1 Juni 2017, saya sempat menjajal GO-CAR di Batam.
Iseng, usai jam kantor saya membuka aplikasi GO-JEK di gawai lalu mencoba memesan GO-CAR. Kata teman saya Bagir yang keturunan Arab tapi medok logat jawa-tengahan
“Gho-Char shudhah adha di Bhatam lhooo… Tharifnya mhurah bhuanget… Bhandara-Nhagoya ndhak shampe thiga puluh rhibu.”
Dan tidak sampai 10 menit muncul nama pengemudi lengkap dengan informasi jenis dan nomor kendaraan. Tak berapa lama sang pengemudi menelepon memastikan lokasi penjemputan. Meski pengemudi sempat bingung dan saya harus beberapa kali memandunya melalui telepon, akhirnya kami bersepakat bertemu di halte bus Masjid Raya. Ini bukan pencitraan di bulan Ramadhan, tapi semata-mata untuk memudahkan kedua belah pihak dan menghindari fitnah. Bayangkan kalau kami janjiannya di kamar hotel.
Begitu pintu dibuka, menghambur aroma segar dari dalam Daihatsu Xenia berwarna hitam. Pengemudinya Mas-Mas berambut klimis mengenakan celana pendek dan kaos tapi tetap rapih serta wangi. Dan yang bikin saya tambah senang tarifnya Rp 24.000 untuk jarak 7,2 km. Bandingkan dengan taksi lokal yang kadang kamu harus menawar dengan urat leher untuk mendapat tarif logis.
Perjalanan 30 menit, melewati kemacetan kota Batam terasa begitu singkat karena si Mas yang ternyata Pujakusuma (putra jawa kelahiran Sumatera) asik diajak ngobrol. Maunya saya sih wawancara ala-ala jurnalis tapi apa daya, saya hanya blogger yang cuma bisa bergosip dan kadang nyinyir. Tapi berhubung sedang shaum kita gosipin petugas imigrasi negara tetangga yang super galak dan semakin rempong. Ini dosa nggak ya?

Saat itu saya belum tahu kalau esok hari semua penyedia jasa berbasis online dihentikan sementara oleh pemerintah daerah kota Batam. Kalau tahu pasti bikin wawancara eklusif kombinasi Rosi Silalahi, Desi Anwar, Najwa Shihab, Feni Rose dan Lambe Turah. Biar pedes level 10 kaya Keripik Mak Icih.
Konon Dasar surat penghentian sementara ini Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek , pasal 19, 25, 26, 27, 30, 51 dan pasal 52. Tapi kalau mau diulik per ayat, pasal 19 peraturan ini hanya berlaku untuk mesin kendaraan di atas 1000 cc tapi kenapa GOJEK dan WAKJEK ikut kena. Mungkin ojek online di Batam menggunakan motor Harley mesin 1500 cc.
Kisah Blue Bird Bersemi Kembali
Meski tak sama, surat penghentian sementara ini seolah mengkebiri kebebasan konsumen mendapatkan pelayanan transportasi umum lebih baik. Masalah si burung biru dengan taksi lokal pun tak berujung damai dan adil. Dengan alasan melindungi taksi lokal yang konon kebanyakan rakyat kecil, burung biru tak boleh mengambil penumpang di tempat-tempat strategis seperti di bandara, pelabuhan dan mall. Lalu konsumen tak diberikan kesempatan untuk memilih, apakah ini adil?
Mengapa tak berkaca dengan kota Padang yang pemdanya menciptakan iklim persaingan usaha transportasi lebih sehat. Ketika burung biru masuk, taksi lokal berlomba memperbaharui armada dan meningkatkan kualitas pelayanan. Sehingga mereka bisa bersanding dan berkompetisi dengan adil dalam memberikan pelayanan terbaik. Bukannya menghardik si burung biru dari bandara lalu membiarkan taksi lokal beroperasi dengan praktek pungli.
Mungkin masih segar dalam ingatan kita, ketika calon penumpang taksi di bandara Hang Nadim harus membayar uang antri sebesar lima ribu rupiah. Dasyatnya lagi penumpang akan dikenakan tarif tambahan sebesar sepuluh ribu jika ongkos taksi tidak lebih dari 100 ribu rupiah. Biasanya tarif tambahan ini akan dikatakan oleh supir taksi bukan di awal transaksi tapi menjelang sampai di tujuan. Katanya peraturanya sudah begitu, entahlah siapa yang membuat peraturan itu. Pihak bandara, perusahaan taksi atau pemerintah daerah.
Manis Berbisnis Transportasi
Bisnis transportasi di Batam sangat menggiurkan, apalagi saat judi masih legal di pulau ini. Bayangkan dengan mengantar dan menjemput tamu asing, seorang opang bisa mendapatkan uang puluhan ribu rupiah bahkan ratusan ribu dalam semalam. Jadi tidak mengherankan opang menjadi profesi favorit kala itu. Mereka terbiasa dengan uang besar, bukan uang kecil.
Bagaimana dengan taksi? Wah ini tak kalah menggiurkan. Jika ojek bisa mendapatkan uang besar pasti taksi lebih besar. Apalagi dulu Batam tak memiliki fasilitas transportasi umum seperti bis. Jadi satu-satunya pilihan adalah taksi, walau dengan sistem sharing cost konsumen tetap setia. Dan parahnya tak ada tarif resmi semua berdasarkan negosiasi serta tak ada standar kenyamanan. Terkadang jika negosiasi tak berhasil, AC harus dimatikan menyesuaikan kemampuan dompet konsumen.
Taksi plat hitam dengan fasilitas seadanya merupakan pemandangan biasa di Batam. Meski tampilannya biasa, tarifnya bisa luar biasa mahal jika tak pandai menawar. Jangan berharap tentang standar kenyamanan dan keamanan. Sang supir mematuhi peraturan lalu lintas saja sudah untung, yang penting sampai tempat tujuan bukan?
Dan mengapa ketika ada taksi dengan pelayanan yang lebih manusiawi dengan pengemudi rapih dan ramah lalu secara terstruktur dikebiri. Hanya Tuhan yang tahu. Ketika aplikasi transportasi online hadir nampaknya ada yang tak iklas berbagi manisnya kue.
Jika sebagian besar konsumen beralih ke transportasi berbasis online, mungkin karena harganya. Tapi bagi saya pribadi adalah faktor keselamatan. Untuk menjadi pengemudi yang berafiliasi dengan aplikasi berbasis online harus memenuhi kualifikasi dan mengikuti pelatihan. Jika sang pengemudi berbuat kriminal dengan mudah saya mengetahui identitasnya tapi bagaimana dengan opang. Apakah paguyuban opang juga memberikan pelatihan dasar keselamatan kepada tiap pengemudinya?
Apakah penghentian sementara perusahaan jasa transportasi online oleh Dinas Perhubungan Kota Batam merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap rakyat kecil. Mungkin yang perlu kita pertanyakan rakyat yang mana. Rakyat pemilik taksi lokal yang memonopoli sebagian besar tempat umum Kota Batam. Lagi-lagi, hanya Tuhan yang tahu.
Adakah Pilihan Konsumen
Dapatkah konsumen memilih transportasi umum terbaik. Tenang kamu tidak perlu memilih, sebentar lagi kota Batam akan punya MRT dan bus yang beroperasi hingga dini hari. Jadi tidak perlu GOJEK atau WAKJEK apalagi UBER.
“Sesungguhnya über mantan di pelaminan itu dosa, karena sama hukumnya dengan mengganggu istri/suami orang”

Lalu bagaimana dengan kaum jomblo yang ingin merasakan dibonceng motor sambil menyandarkan kepala. Itu masalah pribadi jangan bawa-bawa pemerintah daerah untuk menyelesaikannya apalagi mengharapkan kartu jomblo.
“Jomblo itu takdir dan single itu pilihan tapi jangan sok single kalau aslinya kamu nggak laku-laku.”
Walau GO-CAR Batam layu sebelum berkembang jangan bersedih, masih ada yang lain di luar sana. Anggap saja kamu belum berjodoh dengan GO-CAR di Batam tapi yakinlah ia menantimu di kota-kota lain di Indonesia.
Duh kok aku sedih ya gak ada gojek lagi atau gocar. Nista banget si pemerintah batam ini, gak melek zaman ya
SukaDisukai oleh 1 orang
Orang pemerintahnya punya perusahaan taksi jadi takut bersaing sehat
SukaSuka
Nah sepertinya itu alasan yg tepat mas…
SukaDisukai oleh 1 orang
Ini jg lg jd polemik dsolo
SukaSuka
wah sama kalau gitu di sini udah berhenti beroperasi
SukaSuka
Problem yang sama ditiap kota gitu, emang taksi gelap bandara itu resmi? 😆 Premanisme itu ada.
SukaSuka
Taksi lokal bandara konon resmi tapi kelakuannya kaya taksi gelap, rute pendek nggak mau karena duitnya kecil
SukaDisukai oleh 1 orang
Ya gitulah, manusiawi.. driver gojek pun suka curcol yg sama.. kalo dapet orderan deket dan macet mereka bohong bilang lagi jauh hahaha..
SukaSuka
emang kelihatan ya orderannya?
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya. Kan nanti ditanyain by tlp rutenya kemana tinggal dibikin alasan aja. Kalo di gps nya akurat mrk biasaya minta di cancel. Dan… Kalo di cancel sm kita poinnya jatuh ga byk, tp kalo driver yg cancel poin mrk jatuh lalu agak susah dpt order selanjutnya.
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku belum pernah punya pengalaman gitu maklum batam ngga terlalu luas
SukaSuka
Nanti juga dapat mas. Ada aja pasti oknumnya sendiri yg nakal. Aku pernah dikerjain itu nunggu 1 jam ga sampe2 drivernya.
SukaSuka
ya namanya juga ladang uang tapi balik ke pemerintah kecuali kalau oknum pemerintahnya bermental preman berjamaah
SukaSuka
Yaaaahhh sayang banget klo ga bisa pake transportasi online
SukaSuka
ngandelin opang kak ojek pangkalan
SukaSuka
Kok murah sekali ya wkwkwk
SukaSuka
emang murah banget
SukaSuka
Padahal kepikiran pindah ke Batam kalo gada ojek online tunda dulu deh 😦 secara eike anaknya gabisa nyetir mas HAHAHA
SukaSuka
cari pacar yang supir taksi kak *eeh
SukaSuka
Niat amat kak 😆
SukaSuka
ihh aneh masa gak boleh siihh, dan itu peraturan memang cuma berlaku di Batam doank ya? *males googling peraturannya* *dikeplak*
SukaSuka
Apa kira2 konten aturan itu yg melarang gojek dsb beroperasi? Lagi males browsing peraturan krn biasanya pasalnya panjang2 hehe
SukaSuka
Preman berkuasa. Segalak-galaknya konsumen, tetap aja preman yang menang!
SukaDisukai oleh 1 orang
Dimana-mana sih sekarang semua taksi2 online rada terancam. Di Bali pernah driver GoCar minta aku duduk di bangku penumpang supaya ga dikira taksi online. Gitu sih ciri2 perusahaan/orang yang ga mau berkembang menurutku, merasa kalah saing.
SukaSuka
Kurang “disiram” kali ya makanya dihentikan. Padahal peraturan bukan kitab suci yang gak boleh diutak-atik. Di Medan malah Go-Car bisa milih mau pake mobil plat hitam atau Blue Bird. Masih banyak yg protes tp bisnis tetep berjalan kayak biasanya.
SukaDisukai oleh 1 orang
Nah sepakat sama Kokoh hwhwhw. Jangan-jangan walikotanya sebel karena dibully di media karena gak tahu apa itu uber hahay.
Di Palembang uang antrinya 6000 mas (yaelah yan, selisih seribu doang haha). Dari bandara ke simpang bandara yang deket itu kena 65000. Padahal dengan duit segitu dari bandara ke rumah yang jaraknya 27 km masih ada kembalian loh. *ini komen sekalian curhat hehe.
HIDUP TAKSI ONLINE!
SukaSuka
Tapi kan di Palembang tetap ada
SukaSuka
Iya, alhamdulillah Palembang masih ada.
SukaSuka
Wkwkwkwk maulah mas naik gojek yg pake Harley.
Semoga gojek jalan tanpa hambatan2 lagi deh
SukaSuka
Yah..intinya mereka takut rezekinya jadi berkurang. Padahal rezki kita kan sudah ada yang ngatur.
SukaSuka
“Gho-Char shudhah adha di Bhatam lhooo… Tharifnya mhurah bhuanget… Bhandara-Nhagoya ndhak shampe thiga puluh rhibu.”–Demi apa aku baca ini sambil praktikin medoknya bg Bagir? wkwkwkw
Eh tapi ya, baca tulisan ini gua jadi gereget banget ama Walikota dan pejabat Dishub yang tak paham banget mengenai perkembangan transportasi. Deim… Mau tulis panjang, bosen kak, capek, lelah Atiqah Hasiholan.
Cukup aku tulis panjang di grup..hiks…
SukaSuka
driver ojek online butuh makan, driver ojek jadul butuh makan, semua orang butuh makan … pemerintah bingung ngaturnya
SukaSuka
Sedih ini kota tidak terima trasportasi online… Pemikirannya zadul bgts… Ah sudahlah…
SukaDisukai oleh 1 orang
Tapi Diem Diem masih bisa mbak tapi gitu mereka suka dijebak kasihan
SukaSuka
Kenapa taksi online selalu di ributkan, pdahal jauh lebih nyaman dan murah..
Untuk taksi biasa yg alasanya karna banyak rakyat kecil yg jadi driver taksi konvensional, apa itu alasanya..? sebenernya taksi konvensional malah lebih besar setoranya tiap harinya bisa sampai 300rb. sedangkan untuk taksi online, biasanya pihak pemilik mobil menarik setoran tiap harinya kepada driver taksi online hanya sebesar 200rb an.
SukaSuka
nah itu lah makanya aku sedih nggak ada gojek
SukaSuka
Padahal sekarang sudah jamannya online yaa.!
Aneh. Malah enak dong kita tinggal klik di hp jemputan datang keselamatan pun terjamin.
Do bandingkan taxsi gelap nga jelas drivernya.
Dan harganya juga selangit.
SukaDisukai oleh 1 orang
Sekarang bulan Agustus, apakah yang serba online sudah beroperasi lagi?
SukaDisukai oleh 1 orang
Kalau resminya belum kak karena masih ada konflik kepentingan tapi kalau diam diam sepertinya masih
SukaSuka