
Buruk di luar manis di dalam itulah durian. Buah khas tropis ini memang penuh kejutan aroma dan rasa legit. Sampai malam pertamapun dianalogikan dengan membelah durian. Apakah benar keduanya sama legitnya.
November tahun lalu saya benar-benar tergoda sensasi nakal buah durian dalam balutan pancake di Medan. Legit manisnya berputar-putar di lidah bersama cream keju. Kalau saja tidak mengingat berat badan dan kesehatan . Mungkin akan memakan semua pancake gratisan , traktiran salah seorang tim sukses cawagub Sumut.
Bernard rekan saya mengenalkan sensasi durian dalam wujud berbeda, es durian. Setelah berkeliling di kawasan pecinan Padang, Pondoh. Kami mengunjungi warung “Es Durian Ganti Nan Lamo” yang tersohor. Di dinding warung tergantung foto sederet artis yang pernah bertandang kemari.
Tahun 1960 Incek Sinyo memulai usahanya dengan mendirikan warung es durian. Ternyata es durian racikannya diminati warga kota Padang . Dan menjadi salah satu icon kuliner di kawasan pondoh. Meskipun berdiri warung lain menawarkan sajian sama. Resep turun temurun Incek Sinyo telah memikat banyak orang dan membuat warung “Es Durian Ganti Nan Lamo” tidak ditinggalkan pelanggannya.
Beragam varian es durian ditawarkan mulai dari es durian thok , es durian cream sampai es durian campur. Malam ini saya tergoda es durian dengan topping es krim. Bagian dasar mangkuk bakso diisi es serut lalu dilimpahkan buah durian yang sudah dihaluskan. Tiga sendok es krim coklat menutupi bagian atasnya. Lalu dilaburi susu kental manis rasa coklat. Aroma durian menyeruak dominan membuat air liur tak tertahankan. Slurp… Legit menggoda.
Keesokan harinya bersama rekan backapacker Padang kembali menikmati es durian di Iko Gantinyo. Warung durian tepat berhadapan Ganti Nan Lamo. Karena luas dan interior yang modern warung ini lebih banyak dikunjungi anak muda. Kualitas rasa es durian relatif tidak jauh berbeda dengan warung Ganti Nan Lamo. Mungkin resep kedaunya sama. Konon kedua pemilik warung ini masih memiliki hubungan kekerabatan.
Selain menu es durian warung bergaya minimlis modern menyediakan gado-gado dan pempek Palembang. Para pelayan mengenakan seragam dengan sigap melayani pelanggan. Sekilas Iko Gantinyo dan Ganti Nan Lamo bersaing merebut hati konsumen. Tapi sebetulnya masing-masing memiliki pangsa pasarnya sendiri. Ganti Nan Lamo membidik mereka yang ingin bernostalgia menikmati lezatnya es durian nuansa tempo dulu. Sedangkan Iko Gantinya mencitrakan tempat nonkrong anak muda bernuansa cozzy.
Sebetulnya saya ingin menikmati es durian thok – polos tanpa campuran – tapi setelah menghitung jumlah kalori. Pilihan jatuh kepada es durian campur dengan isian cincau, cendol dan pacar cina. Rasanya tetap legit manis berbaur bersama ragam isian. Kelegitan es durian tidak hanya menggoda di malam pertama saja, tapi malam-malam berikutnya di kota Padang. Beranikah anda mencobanya.






berhubung ada emak … biasa nya ke tempat yg jadul dech, skalian cerita suasana nostalgia waktu beliau msh sekolah dulu … hehe
SukaSuka
ooo iya emaknya kan dulu kuliah di PAdang ye tante
SukaSuka
yoaaii … emak, tante en para oom … hehehe
makanya taunya yg eskrim pondok jadul, kripik sanjai rohana kudus, cendol pattimura … **jd laper …
SukaSuka
Bikin ngiler … tapi sayang gw ngak suka durian 🙂
SukaSuka
ini yg es duriannya hadao hadapan itu kan mas..yg sama mengklaim diri mereka yg asli dan pengganti es durian pertama di daerah sana 😀
SukaSuka