
Hampir tiap kota memiliki urban legend. Biasanya kisah yang beredar dari mulut ke mulut bernuansa mistis. Namun bagaimana jika karya sastra menjadi urban legend sebuah kota.
Kejeniusan Marah Rusli mampu menghidupkan tokoh Siti Nurbaya membuat orang percaya bahwa kekasih Samsul Bahri benar-benar hidup dan menjadi bagian legenda kota Padang. Banyak orang meyakini tokoh sentra novel “Siti Nurbaya: Kasih Tak Sampai” dimakamkan di Gunung Padang. Jembatan Muara Batang Arau seolah begitu romantis menghadirkan detik-detik cinta pertama Siti Nurbaya dan Samsul Bahri.
Perjalanan kali menyusuri kemasyuran roman terbitan Balai Pustaka menuju Gunung Padang bersama komunitas backpacker setempat. Meskipun cuaca cukup panas, gumpalan awan biru memanjakan mata. Kami singgah sejenak di pantai kecil dekat meriam raksasa untuk makan siang. Ternyata makan keputusan salah sebelum memulai pendakian sejauh 1 kilometer ke puncak bukit. Perut kekenyangan dan kurangnya ruang oksigen di perut menahan laju pendakian .
Aura mistis makin terasa menapaki anak tangga berlumut di antara rindang pepohonan. Hembusan angin menyejukan tapi seolah mengantar ke tempat “asing”. Suara deburan ombak nun jauh di bawah seolah menyambut pengunjung. Dinding dekat Batu bercelah setinggi orang dewasa bertuliskan “Makam Siti Nurbaya”. Beberapa rekan masuk melihat langsung makam Siti Nurbaya. Saya memutuskan untuk tinggal di luar goa, ada perasaan kuat menuntun agar tetap di sini. Mengambil beberapa bagian dalam menggunakan lensa tele, tapi tidak satupun gambar berhasil ditangkap kamera.
Beberapa orang menyatakan kuburan di Gunung Padang bukanlah tempat Siti Nurbaya dimakamkan. Dari tulisan tertera di batu nisan merupakan makam Syekh dari Banten hidup antara tahun 1800 – 1900 Masehi. Namun demikian , makam ini kerap dikunjungi orang untuk berziarah , bernazar atau memohon sesuatu.
Beberapa pasang mata memperhatikan kedatangan kami ketika menjejakan kaki di puncak bukit. Mereka adalah kera-kera jinak penghuni bukit. Masayarakat setempat percaya mereka jelmaan orang mati yang dimakamkan di sini. Bungker peninggalan jepang masih berdiri kokoh menebarkan kisah masa lalu.
Nuansa mistis berpadu dengan keindahan alam tak kala memandang samudra Hindia. Laut biru menghampar menyejukan hati dan mata. Berpaling ke sisi lain , terlihat kota Padang diapit laut dan bukit menghadirkan romansa. Gunung Padang memang tempat ideal untuk memadu kasih, beberapa pasangan muda-mudi terlihat asik bercengkrama. Tapi bukan tempat ideal bagi yang baru putus cinta. Kegalauan hati mungkin saja menuntun jiwa kesepian mencari keindahan di bawah sana, samudra Hindia. Seperti kisah tragis Siti Nurbaya.





hah? masak sih Bang makamnya tak bisa difoto?
SukaSuka
katanya sih gt, ga boleh… aku sih menurut saja , menghormati kepercayaan setempat
SukaSuka