
Pukul menunjukan 16:00 WIB, suara air sungai Way Besai yang jaraknya beberapa meter dari posko Pecinta Alam Lampung Barat – RAKIT- begitu menggoda. Saya bersama beberapa rekan menyusuri sungai ke arah hulu lalu melewati sebuah jembatan dengan pemandangan sawah.

Tetesan air hujan menyisakan kilau di ujung-ujung daun, aroma tanah dan dahan basah begitu segar sore ini. Menyisakan rasa tentram bagi siapapun yang menghirupnya. Perlahan menyeruak aroma wangi ringan mengembang. Sepertinya tidak asing , tapi bau harum apa ya?

Melewati batas jembatan menghampar kebun kopi dengan buah ranum merah menggoda. Bunga kopi berwarna putih bermekaran merebakan harum mengundang kumbang. Di kejauhan tampak bukit membingkai keindahan alam berselimutkan kabut tipis. Bagi kami yang terbiasa hidup di kota, pemandangan sore ini begitu indah. Rasanya tak sabar ingin terus menapaki jalan kecil menuju bukit di ujung sana.

Beberapa pondok kayu tempat petani bermukim sementara (mandah) di antara lebatnya kebun kopi. Sayapun tidak bisa memalingkan kamera dari objek-objek unik. Mulai dari bunga sampai serangga kecil yang asik bermain di antara daun. Sepasang serangga “bapak pucung” sedang melakukan ritual reproduksi alias kimpoi. xiixixixii..

Jalan setapak semakin menanjak tapi kami tak ingin mengentikan perjalanan ini. Satu demi satu bukit kecil kami lalui. Di ujung jalan tampak papan merah bertuliskan “ANDA MEMASUKI KAWASAN HUTAN LINDUNG REGISTER 45 B BUKIT RIGIS”.

Pepohonan makin lebat dan rapat, dari kejauhan tampak rumah di atas bukit. Sepertinya ada sebuah perkampungan di sana. Kamipun berjalan kembali menyusuri jalan setapak becek. Kayuh langkah semakin melambat karena gumpalan tanah merah menebal di alas kaki. Napas tersengal-sengal makin menyesakan, tak terasa peluh berjatuhan membasahi kening. Namun elok jika kami tidak menuntaskan rasa penasaran ini.

Ternyata benar ada sebuah perkampungan penduduk di sana. Perkampungan ini cukup ramai, dengan posisi rumah berundak-undak disesuaikan dengan tanah pegunungan. Penduduknya tidak terlalu padat terlihat, hanya hewan peliharaan unggas dan mamalia lebih sering terlihat. Tuntas sudah rasa penasaran kami.

Malam menjemput sang senja, kilau kekuningan matahari sore mulai meredup berlahan. Suara serangga malam mulai menyeruak dari balik pepohonan. Kabut tipis berlahan menyelimuti bukit barisan. Langkah kami menuntun pulang menuju Bascemp RAKIT, menikmati keindahan sore yang makin meredup. Menuju peraduan malam ini.
Terimakasih Tuhan untuk keindahan tak terduga di sebuah kebun kopi. Pekon Sukajaya.
