
Mendung menggantung di kaki bukit barisan berlahan sinar matahari tertutup awan gelap. Kami istirhat sejenak di sebuah bibir tebing bukit Purajaya, menikmati keindahan kota Liwa. Awan semakin mengumpal hitam di angkasa, target kami sebelum hujan tiba haru sampai di Situs Sekala Berak.
Situs Sekala Berak berada di lereng Gunung Pesagi, Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat. Memiliki luas sekitar 3 hektar situs ini diyakini sebagai pusat peradaban di jaman batu. Serakan batu monolit diyakini merupakan perlengkapan ritual atau upacara sakral.

Batu-batu besar berbagai ukuran dan bentuk disejajarkan dalam empat baris memenuhi areal situs menghadirkan suasana mistis seperti di pemakaman. Sebuah pohon besar di tengah-tengah areal memperkuat kesan suram.

Berdasarkan brosur Dinas Pendidikan Provinsi Lampung menyatakan bahwa situs Batu Berak merupakan peninggalan dari masa megalitik alias zaman batu besar prasejarah (sebelum Masehi). Situs ini juga dikelilingi beberapa peninggalan lain, seperti situs Batutameng, Telagamukmin, Batujaya, Air Ringkih, dan Batujajar. Semuanya menggambarkan kehidupan, upacara pemujaan, penguburan, dan permukiman manusia zaman batu besar.

Keberadaan situs ini juga dikaitkan dengan Kerajaan Skala Brak diperkirakan telah ada pada kisaran abad-12, sebuah kerajaan yang besar dan termashur bertahta di lereng Gunung Pesagi yang diyakini sebagai asal usul suku bangsa Lampung.

Dari Bumi Skala Brak inilah suku Bangsa Lampung tersebar ke berbagai penjuru daerah dengan mengikuti aliran sungai (Way) Komering, Way Semangka, Way Sekampung, Way Seputih, Way Tulang Bawang, Way Umpu, Way Rarem dan Way Besai.


Tampak beberapa muda-mudi asik berjalan atau duduk di antara 50 menhir dan 30 dolmen di areal situs berumput hijau. Para pengunjung yang kebanyakan pasangan kekasih lebih menikmati kesunyian situs dibandingkan keunikan artefak. Apalagi hawa pegunungan segar membuat orang betah berlama-lama di sini.