
Bus wisata berkelok ringan menyusuri jalan Teluk Bahang Penang, Malaysia. Mengingatkan saya jalan raya kota Padang – pelabuhan Bungus , Sumatra Barat. Garis pantai menggoda di kanan jalan kontras dengan tebing bukit di sebelah kiri. Dulunya dataran tinggi itu perkebunan karet , kini beberapa hotel berdiri megah memanfaatkan pemandangan langsung ke pantai.
Tak lama bus berhenti di depan Tropical Spice Garden. Beberapa peserta Kembara Cuti-Cuti Malaysia mengerjapkan mata, usai tidur panjang sepanjang perjalanan. Penang ke Telu Teluk Pahang membutuhkan waktu satu jam saja, lumayan untuk istirahat sejenak. Satu per satu kami menurunu bus lalu melewati gapura , seorang petugas tersenyum ramah lalu menempelkan sticker bundar di lengan.

“Hallo come here…” Lelaki tua manula beransel biru , mengajak wisatawan berkumpul di sisi kolam jernih beriak tenang. Sedikit pengarahan pemandu wisata sebelum berkeliling lalu sebotol minyak serai diserahkan kepada kami . Tujuannya agar nyamuk tak berminat menyentuh kulit apalagi menggigit. Kembara Cuti-Cuti Malaysia berkumpul di dekat kolam lainnya di seberang kolam. Agar efektif kelompok tour dibatasi 15 orang saja.

Bagi yang tidak ingin ditemani pemandu disediakan Audio Guide Tour dalam 7 bahasa. Pengunjung bisa meminta gadget yang bentuknya mirip ponsel lamadi pusat pelayanan informasi. Tapi saya lebih menyukai pemandu manusia dibandingkan mesin, mereka lebih interaktif. Ada nuansa berbeda ketika berjalan dan bercengkrama dengan pemandu manula (senior). Rasanya seperti di kebun kakek sendiri, dalam bahasa yang tak formal tapi penuh informasi.

Belum puas dengan penjelasan sang Kakek ada papan informasi beragam jenis tumbuhan yang dapat menambah wawasan. Sepertinya ini tempat yang tepat bagi anak-anak untuk belajar tumbuh-tumbuhan.
Luas Tropical Spice Garden hanya sepersepuluh Kebun Raya Bogor, yaitu 8 hektar. Namun wahana ini menjadi destinasi ekowisata paling utama di Malaysia. Digagas pada tahun 2003 oleh David dan Rebecca Wilkinson Tropical Spice Garden memenangkan penghargaan The Malaysia International Landscape & Garden Festival 2004 dan Merit Award, ‘Best Man-Made’ tarik pariwisata Tourism Malaysia 2005/2006.
Perlu diacungi jempol bagi landscaper yang mendesain kanal dan kolam buatan Tropical Spice Garden. Tak hanya memenuhi unsur estetika tapi kanal-kanal ini menjadi sumber air bagi 500 species tanaman dan hewan dengan memanfatkan tanah berkontur.
Naik ke bukit pertama pengunjung diajak mengenal rempah lebih dalam. Ada papan besar bergambar yang mengisahkan sejarah rempah. Alasan bangsa Eropa menyambangi nusantara dan sekitarnya. Kisah Maluku sebagai penghasil rempah terbaik pun terujar di sana. Ada kebanggan menyembul di dalam dada. Itu negeriku lho.
Lada hitam, kayu manis, cengkeh dan komoditas rempah terbaik berjajar dalam lumpang batu. Siapa saja bisa memegang, mencium dan mencicipi rempah-rempah. Pemandu juga menceritakan khasiat masing-masing tumbuhan.

Jelajah rempah belum berakhir, banyak tempat menarik untuk disambangi. Tak perlu takut tersesat di rimbunnya kebun karet yang kini disulap menjadi taman rempah. Papan petunjuk jalan dua bahasa siap memandu pengunjung .

Peluh mengucur deras , efek aktivitas fisik mendaki bukit . Saatnya mengganti cairan tubuh dengan mencecap teh rempah. Rasanya unik dan efeknya jelas menyegarkan tubuh. Aromanya mirip jamu tradsional jawa tapi lebih manis didominasi rasa teh hijau. Penasaran saya melongok ke dalam panci besar alumunium. Ternyata sebelum diseduh teh dimasukan ke dalam kantung kertas bersama beberapa bahan rempah.

Suara gemericik air dari kanal -kanal kecil di sekitar pondok menyempurnakan minum teh yang bukan jamuan. Sekali lagi saya mengambil segelas teh rempah lalu menghirupnya dalam-dalam, menebak bahan-bahan yang ada di dalamnya. Kayu manis, serai , dan jahe apalagi ya kira-kira?
Di Indonesia rempah identik dengan jamu dan bahan obat-obatan tradsional. Namun di gift shop saya melihat hasil olahan rempah yang lebih moderen. Ada gula-gula, obat gosok, teh herbal sampai lilin aroma theraphy. Tapi yang membuat saya tergoda parfum berwarna kebiruan dalam kotak kaca bening, aromanya segar menggoda. Namun urung membawanya pulang karena ringgit di kantong tak cukup untuk meminangnya. 😀

Selain aktivitas bersifat edukatif pengunjung bisa bersantai di resto dengan teras kayu menghadap ke pantai. Nuansanya Bali banget dengan dominasi eksterior kayu . Semilir angin pantai berhembus melewati dahan dan daun menimbulkan alunan lembut suara alam. Samar tercium aroma rempah. Jika tadi mata dan indra di penciuman dimanjakan rempah, saatnya memanjakan lidah dan perut.
Belajar rempah tak harus duduk di perpustakaan memaguti buku tebal berbau apek. Ada cara yang lebih mengasikan, berbaur dengan alam merasakan dan menyentuh rempah di Tropical Spices Garden, Penang.
Tropical Spices Garden
Alamat: Lone Crag Villa, Lot 595 Mukim 2, Jalan Teluk Bahang, Teluk Bahang, 11100, Penang, Malaysia
Telepon: +60 4-881 1797
Jam Buka: 09.00–18.00
aaaaah Georgetown Heritage parfumnya mauuuuuu, sampling aku udah diirit2 jatuh n pecah 😦
SukaSuka
hah pecah kak…. ? sayang banget
SukaSuka
iya kesenggol dan terjun bebas seblom sempat diselamatkan
SukaSuka
waaaa terus langsung baju dijadiin lap biar wanginya ngga ilang
SukaSuka
hahahaha
SukaSuka
naksir wadah2nya sama teko bekarat itu
SukaSuka
hahhaha teko kuno cakep ya untuk elemen interior
SukaSuka
Kak … kamu belajar bagaimana cara bikin obat kuat dari rempah ngak ????
SukaSuka
hmmm aku bikin tapi belum dicoba ngga tahu testernya siapa (eeh
SukaSuka
Wow, wisatanya interaktif sekali ya Mas. Mereka menumbuhkan, mengumpulkan, kemudian mempersilakan pengunjung untuk mencoba langsung. Trik yang bagus sekali untuk memberi pengalaman pada wisatawan.
SukaSuka
pinter jualannya… kita sebetulnya punya banyak yg lebih hebat dari ini tapi ngga bisa mengelolanya
SukaDisukai oleh 1 orang
Setuju, Mas :)). Kita punya harta karun yang jauh, jauh lebih indah dari ini.
SukaSuka
Tapi industri pariwisata ngga cukup alam indah saja
SukaSuka
di Indonesia juga harusnya ada yang kayak gini, kekayaan rempah Indonesia jauh lebih banyak,, bisa jadi contoh buat ekonomi kreatif nih kak, ayo usulkan sama pak presiden, hihi
SukaSuka
Banget kak…. Dibanding kebun raya bogor ngga ada apa2nya… Tapi mrk jago mengemas dan jualannya… Hahahahhah mana pak presiden mampir donk ke blog sayah
SukaSuka
Coba di Indonesia dibikin demikian. Rempah kita lebih kaya! 😦
SukaSuka
Aslinya kalo kebun raya dikelola lebih profesional, bagus banget…
SukaSuka
Luasnya cuma sepersepuluh Kebun Raya Bogor, tapi kayaknya pengelolaannya lebih terpola ya mas. Jadinya maksimal
SukaSuka
Kadang kalo lihat negeri tetangga yg maksimalin potensinya iri banget wkakakkaka
SukaSuka