Lampung, Photography

Festival Krakatau 2014 – Kisah di Balik Panggung Karnaval

selalu ada kisah di balik gemerlap panggung
selalu ada kisah di balik gemerlap parade

Pakaian dan riasan warna-warna menghadirkan kemeriahan. Gerak polah para penampil mengundang decak kagum hingga gelak tawa. Namun ada kisah tak terujar dari balik panggung parade.

Peserta Parade Lampung Culture dan Tapis Carnaval IV bersiap di balik panggung depan Gedung Mahan Agung Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung. Menanti komando melenggang  di jalanan kota Bandar Lampung, mulai dari  Dr Susilo hingga Gedung Olahraga Saburai.

hanya kenarsisan dan moncong kamera membuat mereka bertahan
hanya kenarsisan dan moncong kamera membuat mereka bertahan

Waktu menunjukan pukul 14:30 siang, Master Ceremony dan panitia masih berkutat di persiapan acara bertajuk gladi resik. Matahari enggan berpaling, panasnya  meluruhkan riasan sang penampil. Tatanan rambut mulai kuyup keringat. Kostum megah itu terlihat mewah menawan , namun dalam cuaca sepanas ini butuh keteguhan hati untuk mengenakannya. Beberapa penampil tetap setia berdiri di aspal lepuh sambil sesekali berpose.  Hanya narsisme yang membuat mereka tersenyum lebar menghadang kamera fotografer. Lainnya duduk lesu  di trotoar sambil menanti keajaiban, acara segera dimulai.

Jangan salahkan Syahrini jika bulu mata palsu mulai terlepas diterpa keringat , karena sesungguhnya ini dirancang untuk badai  cetar membahana. Beruntung ada teman yang siap membantu. Meski tak ada yang menjamin bulu mata itu akan tersapu air mata. Semoga si embak nggak terharu lihat ketampanan aku.

Mas-mas memang lebih kreatif (bangga jadi lelaki) menggunakan perlengkapan parade untuk menghalau sinar matahari tak bersahabat *lebay*. Jangan kaget  ada pendekar menghalau sinar matahari dengan pedang blink-blink penuh payet berpendar menyilaukan nurani dan kalbu.

Ya ampun cynnn itu pedang bukan payung .”

“Eike kira ini gayung Nek” Jawab pendekar bertubuh kekar tak kalah melambai bak nyiur di pantai. Membuat seorang bapak di belakang mundur, bersembunyi di balik bendera warna-warni. Masih bangga kamu jadi lelaki, eh lelaki bukan ya?

Berbeda lagi tingkah pola penampil dari balik ruang  make up (memaksimalkan lensa zoom) . Wanita  itu menanggalkan kostumnya satu persatu dan hanya  menyisakan tank top merah. Terus bawahanya? Tebak saja sendiri. Lagian mana mungkin di area publik bagian “itu” dibuka kakak. Lagian si Embak hanya berteduh lalu kegerahan dan menanggalkan pakaian. Tidak ada adegan lanjutan seperti berputar-putar di tiang atau ndelosor di ranjang mirip adegan film Gadis Metropolis yang diperankan oleh Sally Marcellina.

Tingkah laku penonton kadang menyebalkan,  semena-mena mengajak berfoto mulai dari selfie sampai foto keluarga. Tak peduli peserta karnaval juga manusia, punya hati dan bisa galau.  Pasang muka jutek salah satu cara menolak halus. Mau lebih ekstrim lagi, tunjukin piercing di lidah sambil melet ala kadal. “Nyam… ada yang mau foto dengan aku.Sekali jepret , sekali jilat”

Merokok dan maenan ponsel cara ampuh mengusir rasa bosan. Tapi nanti ketika parade rokok dan ponselnya disimpan ya, kakak. Adegan bermain ponsel lazim bagi anak-anak tapi merokok di parade karnaval itu luar biasa. Jika ingin membuat efek asap, es kering jauh lebih aman.

Buat yang masih jomblo momen ini mustinya dimaksimalkan. Sambil menanti acara dimulai, sinyal radar diperkuat . Tapi jangan sampai salah sinyal dan perhatikan mahluk hidup di sekitar dengan seksama (ingat pelajaran IPA) . Karena belum tentu yang cantik itu perempuan dan yang tampan belum tentu lelaki. *zoom in , zoom out*

mari mengantri
Karnaval menjadi ajang bersosialisasi

Meski tak ada gading yang tak retak, mari meriahkan gelaran setahun sekali ini teman. Menanti itu pekerjaan paling membosankan tapi coba ambil hikmahnya. Jika tak ada penantian maka tak akan ada foto unik bukan?

Mengusung tema  ‘The Legends and Glories of Lampung Culture’ , Parade Lampung Culture dan Tapis IV dimulai. Dibuka dengan tarian yang mengkombinasikan ragam unsur gerak  nusantara. Satu per satu peserta melenggang di atas panggung melupakan penantian menjemukan. Saatnya berjalan di catwalk maha panjang, jalanan kota Bandar Lampung. Semangat kakak!

Kisah di balik panggung pun mengilang. Senyum penampil mengembang bersama sorak penonton

31 Agustus 2014, Festival Krakatau XXIV

10 tanggapan untuk “Festival Krakatau 2014 – Kisah di Balik Panggung Karnaval”

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s