
Klotok…Klotok…Klotok. Suara motor tempel menderu-deru memecah sunyi di teluk kecil, Kiluan, Tanggamus , Lampung. Jukung warna-warna melintas di atasnya duduk tiga orang wisatawan bersama seorang juru kemudi. Dari dermaga penginapan terlihat jelas wajah-wajah pemburu lumba-lumba begitu bersemangat. Hati saya ragu, ingin membatalkan melihat lumba-lumba. Nampaknya cuaca tidak bersahabat, angin laut berhembus kencang.
“Bang sudah ditunggu Abah di rumah”. Suara anak pak Solihin membuyarkan lamunan. Bocah 12 tahun tiba-tiba muncul di ujung dermaga. Wah sepertinya tidak enak jika dibatalkan, baiklah kita berangkat saja.
Pak Solihin bersiap di dermaga belakang rumahnya. Tiga buah pelampung berwarna oranye sudah disiapkan untuk saya, Racka dan Iyan.
“Kita berputar-putar dulu ya di Teluk baru nanti ke laut. Pemanasan dulu”, ujar Pak Solihin. Jukung kami berlayar mengelilingi teluk menembus riak-riak kecil. Lalu bersama beberapa jukung lain beriring menuju Samudra . Selepas pulau Kelapa memasuki mulut Teluk, cadik (penyeimbang jukung) bergerak liar diterpa gelombang besar. Percikan air tidak terhindarkan.
“Kalian bisa renang kan”, jerit Pak Solihin dari buritan.
“Memang kenapa pak?”, sahut saya.
“Sepertinya ombak sedang tidak bersahabat”, jawabnya ringan. Tidak bersahabat batin saya berseloroh. Lagian apakah sanggup berenang di laut lepas dengan ombak setinggi dua meter.
Ternyata lumba-lumba tidak tinggal di teluk tapi berada di samudra Indonesia yang berhadapan dengan Teluk Kiluan. Jukung di depan terlihat timbul tenggelam terombang-ambing. Begitu juga jukung kami, sesaat berada di puncak tertinggi ombak berikutnya di bawah. Seolah bergerak menapaki bukit-bukit tinggi di lautan.
Meski layar sudah digantikan oleh motor tempel. Desain jukung tetap mempertahankan bentuk ramping dengan bagian depan aerodinamis. Untuk mengemudikannya dibutuhkan keterampilan apalagi melewati gelombang besar. Dengan piawai Pak Solihin bermain manufer samping melewati gelombang. Inilah keterampilan dan teknologi warisan turun temurun nenek moyang.
Kembali gelombang datang, dua kali lebih besar seolah akan melahap kapal kami. Teriakan takut tak terhindarkan, darah berdesir seolah naik jetcoaster. Belum hilang rasa takut gelombang membawa ke titik tertinggi, permukaan laut terlihat jauh di bawah. Saya menggenggam erat badan jukung yang lebarnya tidak sampai setengah meter.
Daratan terlihat jauh, gugusan karang hiu tertutup kabut pagi. Debar dan penasaran kombinasi sempurna perburuan kali ini. Pak Solihin tidak menyerah tetap berkeliling di lokasi yang diyakini rumah lumba-lumba. Dua jam berlalu tanpa hasil, jukung-jukung lain mulai kembali ke Teluk Kiluan.
“Pak kita kembali saja ke pulau Kelapa”. Racka setuju.
“Iya sepertinya hari ini tak ada lumba-lumba”. Pak Solihin menjawab pasrah.
Ujian terakhir datang. Kapal besar memuat petikemas melintas membentuk riak gelombang, mengguncang jukung kami. Kali ini tidak ada jeritan takut tapi tertawa riang sambil melambai-lambaikan tangan ke arah kapal.
“Hai mister… dadah… dadah…” Teriakan norak kami bertiga frustasi berat.
Hari ini jelas tidak beruntung bertemu lumba-lumba Teluk Kiluan. Tapi sensasi jukung jetcoaster tidak terlupakan. Apalagi bagi Iyan, lambungnya terguncang hebat melewati dua perburuan tanpa hasil. *nyengir* Mustinya besok-besok minum obat anti mabuk. *nyengir lagi*
Sesampai di pulau Kelapa melihat jukung di tepi pantai, teringat foto bertajuk Sampan karya Arfah Aksa, salah satu 23 karya terbaik Dji Sam Soe Potret Mahakarya Indonesia. Tersandar landai di pantai. Namun siapa menyangka setengah jam lalu berjuang di antara liar gelombang besar. Laut memang tak mudah ditebak seperti kehidupan.
Tiba-tiba Pak Solihin menepuk pundak saya. “Mas nanti harga perahunya saya diskon, karena tidak melihat lumba-lumba.”
“Sip pak!” Saya mengacungkan ibu jari sambil tersenyum.
“Tapi ga kapok kan?”, pria paruh baya ini menatap jenaka. Kami bertiga diam hanya saling melirik lalu tertawa.






Melihat jukung kecil itu jadi teringat Amed, nyemplung gak bisa naik lagi karena gak kuat angkat badan ke atas jukung. Alhasil jadi lumba-lumba, digeret jukung ke pinggiran.
Akhirnya coba melaut lagi untuk ketemu lumba-lumba gak?
SukaSuka
coba….. dan ga hoki lagi, kayaknya nunggu ketiga baru bisa liat lumba2….
SukaSuka
emang masalah hoki ya. Di pulau seribu kadang2 mereka lewat, aku pernah lihat sekali dan girangnya luar biasa.
SukaSuka
aku nyebrang ke selayar berangkat liat paus, pulang lumba2… tapi di kampung sendiri malah ga liat …
SukaSuka
Wah paus, ngeri gak liatnya?
SukaSuka
engga soalnya kita naik feri.. kalo naik jukung mungkin udah jejeritan
SukaSuka
Seru banget tuh..ingat pas pulang dari pulau Komodo dulu..berdiri di ujung depan perahu rasanya kayak terbang kemudian terhempas ke laut..
SukaSuka
cieee kebayang pelem titanik ya?
SukaSuka
cantik banget pemandangannyaaa…
oya, kalau di tempat saya jukung nggak pakai mesin. hehe
SukaSuka
aslinya memang ga pake… kalo di laut pake layar…. tapi kalo di laut mendayung kapan sampainya
SukaSuka
ooo.. begitu 😀
SukaSuka
di bagian bawah aku kasih video anak2 pada belajari naik jukung dengan dayung
SukaSuka
Cieee, yang kemarin menang Potret Mahakarya 😀 ahaha! Aku malah belum pernah ke Kiluan, Kak.
SukaSuka
hayuh2 monggo ke kiluan…. aku udah beberapa kali kesana malah belum ketemu lumba2
SukaSuka
Wah, berarti kayak adu hoki dong ya kalau ke sana. 😀
SukaSuka
mustinya saya kesana pas musim panas… tapi selalu musim hujan 😦
SukaSuka
kayaknya salah gua deh, kesana selalu musim hujan… jadi lumba2nya males keluar….
SukaSuka
Hahaha, pengalaman naik jukung di Teluk Kiluan emang ga kalah sama naek jetcoaster.
SukaSuka
deg2an gedubrak dah… tadinya gua mau sok2an ga pake pelampung… 😦
SukaSuka
Naik jukung gitu pas di buton, pinjem ke nelayan, maen maen ke tengah laut trs kecebur hahahaaa nyerah naik perahunya yaudah renang
SukaSuka
kalo jukung dayung ga berani gua, susah ngatur keseimbangan…. goyang dikit numplek
SukaSuka
hahahahaa emang mas.. cuma bertahan beberapa menit, selanjutnya renang hahaa
SukaSuka
Gw pikir tiap ke kiluan selalu ada lumba2, ternyata ada juga yg ngak liat.
Gw 4x kesana selalu dapat banyak banget lumba2.
SukaSuka
gua engga liat 😦 #nangisdarah#
SukaSuka
saya belum pernah kesana… (
SukaSuka
hayuh mari ke teluk kiluan….
SukaSuka
Jd inget kakaku yg ngoceh2 abis dr sana, 2 hari tanpa hasil seaching lumba2…..hahaha
SukaSuka
aku udah berkali2 lho.. nelum berhasil juga huaaaaaaaa
SukaSuka
jadi laper …..
SukaSuka
tuh kan om isna modus, liat punggung mulus laper.. liat dada mulus haus #pecut
SukaSuka
wakakakakaka 😀 *malu
SukaSuka