
Pukul 4 pagi. Malam masih pekat tapi keramaian sudah tampak di pelabuhan Gubuk Seng, Pulau Sebesi. Kerlap-kerlip lampu kapal berpendar di ujung dermaga. Pelancong bangun lebih pagi, berburu matahari terbit di puncak Anak Krakatau. Suara mesin kapal berpadu dengan ombak besar dan angin, berderu-deru mengawali pelayaran ke selatan.

Tak ada yang kami lihat selain pekatnya malam dan kapal-kapal kecil saling berlomba menuju Krakatau. Berlahan semburat jingga berpendar di ujung timur, makin terang. Pagi datang menjelang bersama keindahan gunung tinggi di hadapannya.

Perairan pulau anak gunung Krakatau relatif tenang. Satu persatu kami menuju daratan dengan menggunakan perahu kecil. Pasir hitam labil menyambut ketika menjejakan kaki di pulau yang terbentuk dari aktivitas vulkanik. Petugas Jagawana tampak menyapa para pengunjung memberikan informasi gunung Krakatau dan mengingatkan untuk tidak merusak alam serta membawa tumbuhan atau hewan dari pulau kawasan konservasi Cagar Alam Krakatau.

Sebelum Erupsi pada tahun 1883 Rakata merupakan pulau dengan tiga gunung: Gunung Krakatau, Gunung Danan dan Gunung Perbuatan. Ledakan Pada hari Senin, 27 Agustus 1883 hanya menyisakan Gunung Krakatau. Namun pada tahun 1927 di antara bekas gunung Danan dan gunung Perbuwatan muncul gunung Anak Krakatau akibat aktivitas vulkanis di dalam perut bumi. Dengan pertumbuhan 20 ini per bulan tidak mengherankan jika sekarang ketinggiannya mencapai di atas 230 meter.

Setelah melewati hutan , jalan setapak berpasir menanjak . Tidak sampai satu jam puncak anak Krakatau menyapa. Dari sini terlihat kaldera dengan lelehan belerang panas membatu. Samar tercium aroma belerang tapi tidak terlalu dalam. Cuaca dan kondisi gunung pagi ini sangat bersahabat. Di sisi lain tampak pulau Rakata menjulang di kelilingi lautan biru.


Meskipun aktivitas vulkanis Gunung Krakatau tidak seaktif anak Gunung Krakatau. Nampaknya aktivitas di sekitarnya masih tetap terjadi. Terbukti beberapa daratan kecil baru muncul di sekitar pulau Rakata.

Pelancong melakukan aktivitas photography di puncak gunung. Mengabadikan fenomena alam atau mendokumentasikan kehadiran diri di gunung yang berada di Selat Senda. Dua rekan wanita sayapun tidak ketinggalan. Berpose ala “jagoan”, bertarung di atas puncak gunung Anak Krakatau.



Matahari semakin terik , angin laut mulai kencang menerbangkan abu vulkanis . Saatnya untuk turun melanjutkan penjelajahan hari ini menuju pulau Rakata. Menyambangi keindahan bawah laut Laguna Cabe.
RELATED STORIES
Jalur Tak Biasa, Teluk Lampung
Singgah di Sebesi
Pemburu Kerang
Pulau Umang Umang
Fishing @ Night
Mendaki Anak Krakatau
Lagun Cabe
Ritual Festival
