
Catatan hari terakhir. Badan berasa ancur lebur tapi hati seneng bukan kepalang. So, ga berasa sama sekali. Pagi-pagi kita bergerak pulang menuju Bandar Lampung. Berharap hari ini ga ujan . Karena berdasarkan status twitter teman-teman semalam sampai subuh Bandar Lampung hujan deras. Duh hokinya semalem kita bisa liat bintang banyak.

Perjalanan kita mulai dari sebuah warung kopi dekat simpang sebelum masuk Tanjung Setia. Ada beberapa drama seru pagi ini. Pas baru bangun tidur diomelin sama pemilik tempat nge-camp gara-gara kita bikin api unggun di atas tumpukan batu karang. Ternyata itu batu karang sengaja dikumpulin buat ngecor rumah. Tapi untung masalah selesai, sebelum pulang kita minta maaf ke si bapak dan ibu.

Drama kedua kita bakal pisah dengan Eel, kaskuser asal Lampung Barat. Doi bakal balik ke Sumber Jaya dengan angkutan umum. Tadinya kita ngerayu doi buat ikutan touring sampe Bandar Lampung terus besok pagi dia pulang naik bus. Sedih juga harus pisah dengan temen seperjalanan. Good bye Eel, sampai jumpa lagi… di trip berikutnya.

Pulang menyusuri pantai barat berasa di Bali. Gimana enggak, perkampungan Bali di sepanjang dengan pura di halaman rumah membangkitkan kesan eksotis. Apalagi sesekali terlihat pantai “tanpa nama” dengan view menggoda. Sebetulnya ada keinginan untuk singgah sebentar tapi perjalanan kita masih jauh. Target sebelum gelap harus sampai Bandar Lampung.

Setelah berjam-jam duduk di atas motor, kita cari tempat buat ngaso sebentar. Pilihannya sih kalo bisa sungai biar bisa mandi. Maklum tadi pagi ga ada yang berani mandi karena merasa bersalah telah membakar karang yang punya kebun. Akhirnya sebelum masuk ke Bengkunat menemukan jembatan besar. Di bawahnya ada sungai besar mengalir deras.


Tidak pake basa-basi kita langsung turun ke sungai dan mandi. Seger banget ini air , pasti sumbernya dari bukit barisan. Tempatanya juga benar-benar masih alami. Anak-anak juga ga pada ga sungkan mandi pake underwear doang karena tempatnya juga sepi. Tapi lagi asik mandi tiba-tiba segorombolan monyet datang dan nonton kita mandi. Huaaa.. ini monkey porno bener :((
Kelar mandi pastinya laper donk, abis itu kita langsung cari rumah makan untuk makan siang sebelum masuk ke Bukit Barisan.
Memasuki Taman Nasional Bukit Barisan Selatan berasa masuk hutan di film avatar. Pakis besar tumbuh liar di tepi jalan berhutan rimbun. Jalan berkelok-kelok turun naik membuat deru motor yang saya kendarai mengejan lelah. Mungkin karena bebannya yang terlalu berat. Kendaraan juga tidak bisa dipacu maksimal karena ada proses perbaikan. Di satu sisi jalan motor yang saya kendarai hampir menabrak tebing akibat menghindari lubang.

Keluar Bukit Barisan kita disambut dengan Turunan Mayit , sebuah jalan menukik ekstrim menuju Wonosobo , Tanggamus. Konon jalan di sini sering memakan banyak korban karena banyak belokan tajam dan jurang. Tapi pemandangan dari sini sangat indah. Dari sini kita bisa melihat keindahan Teluk Semaka dan gunung Tanggamus yang menjulang.

Perjalanan menuju Bandar Lampung masih sekitar 3 jam dari Kota Agung, ibukota kabupaten Tanggamus. Lega rasanya setelah melewati kelokan ekstrim terakhir di Tanggamus. Setelah ini kita bakal melewati jalan lurus : Talang Padang – Pringsewu – Gading Rejo – Gedong Tataan – Bandar Lampung.
Menjelan magrib kita sampai di Bandar Lampung. Rombongan diarahkan ke meeting point tempat kita berangkat, depan Museum Lampung. Nongkrong dulu gan di angkringan sebelum pulang ke rumah masing-masing.
Touring sprint empat hari mengelilingi Lampung Barat kali ini benar-benar seru. Thanx buat semua pihak yang telah membantu Touring ini sukses. Salam Ransel !!!
NB: Field Report super lengkap langsung ke sini Gan!!!
