TIps, Travelling

Drama Buang Hajat Saat Traveling

Bagi beberapa orang urusan buang hajat sama pentingnya dengan urusan asrama “ngebom” di waktu dan tempat yang salah bisa jomblo seumur hidup. Sebut saja namanya Bunga, teman perjalanan saya yang sebetulnya lebih mirip buah ketimbang bunga karena bongsor banget. Gegara hasrat buang hajatnya tidak terpenuhi karena bus yang kami tumpangi melaju di jalan tol, ia merengek sepanjang jalan dan mengancam akan melompat keluar bus jika supir tidak menghentikan bus.

Buset dah, ancamannya hardcore amat yak!

Meski seluruh penumpang sudah berusaha menenangkan Bunga termasuk mengalihkan perhatian dengan bernaynyi bersama tetap saja panggilan alam tak dapat dibendung. Dengan terpaksa bus yang sedang mengejar jadwal di tempat lain harus berhenti untuk menuntaskan panggilan alam. Padahal sebelum masuk tol, tour leader sudah berkali-kali mengingatkan agar seluruh penumpang membuang hajat.

Gue termasuk penganut pembuang hajat konservatif dan hanya bisa buang air besar di jamban jongkok rumah serta waktu tertentu, yaitu jam 3 pagi. Parah kan gue? Tapi semenjak punya hobi traveling 7 tahun lalu, gua belajar beradaptasi bisa buang air dimana saja termasuk manajemen waktunya. Jangan sampai gegara urusan lubang pelepasan, itinerary bersama awut-awutan. Itu nggak bijak banget gaes dan egois.

Memang sih kalau sudah kebelet tetap tidak bisa ditahan, tapi paling tidak tanggap, jika akan melewati jalan tol tanpa rest area berusaha menuntaskan semua hajat walau nggak kebelet-kebelet amat. Beruntung saya cowok dengan  bermodalkan botol air mineral dan tisu basah bisa pipis dimana saja?

Lalu bagaimana dengan cewek? Wah itu sih pinter-pinter ngana mensiasatinya, bisa dikuncit kuat-kuat atau disumpal dengan tampon super tebal.

Namun walau semua sudah coba dimanajemen dengan baik tapi saya hanyalah manusia biasa dengan lubang pelepasan yang kadang tidak terkontrol karena faktor dari luar atau dalam. Maksudnya?

Itu lho Kak, kalau kebanyakan makan cabai kadang perut bisa atau masuk angin perut bisa mules tanpa bisa dikontrol seperti drama berikut.

Drama Cepirit di Bus
Kalau ingat kejadian ini antara pengen ngakak sama berdosa. Jadi ceritanya gua bareng gank piknik yang jumlahnya segambreng jalan-jalan ke Ujung Kulon. Selama piknik sih it’s ok tapi ketika pulang piknik musibah terjadi.

Perut gua mules banget dan mulesnya nggak ketahaan karena ternyata gua nggak cuma kebelet boker tapi tambah masuk angin. Lalu gua mau berehenti dimana untuk buang hajat? Demi stabilitas nasional dan sampai Jakarta tepat waktu (karena besok pagi anak-anak pada mau ngantor) gua iklas menahan semua derita ini. Biarlah Tuhan aku yang merasakannya berdoa.

Tapi perut beneran nggak bisa diajak kompromi dan gua merasa angin yang keluar sudah bercampur ampas walau sedikit hingga akhirnya terhambur aroma tak sedap.

“Tuhan… Aku cepirit.” Letusan pertama tidak ada yang sadar mungkin mereka pikir bau anyir pelabuhan tapi selanjutnya seisi bus langsung onar.

Gua pasang muka lempeng tanpa merasa berdosa. “Woi bau apa nih, ada yang kentut.” Teriak salah satu penumpang.

Gua pura-pura tidur lalu. ” Dush….” Bom berikutnya meledak lagi diikuti bom selanjutnya yang aromanya lebih dasyat.

“Buset dah baunya. Siapa nih kebelet boker diem diem.”

“Iya nih siapa kentut, bau bener.” Gua coba mengaburkan barang bukti sambil menahan mules.

Karena penasaran akhirnya salah satu penumpang mencoba mengendus dari mana asal bau tak sedap. “Siapa nih, kok baunya nggak ilang-ilang. Buka kaca, biar baunya keluar.” Dan parahnya walau kaca sudah dibuka tetap saja baunya tidak hilang.

Jalanan kampung beregelombang membuat perut gua makin nggak bisa dikontrol. Walau lubang pelepasan sudah dirapetin kaya minum jamu sari rapet, masih saja ada angin yang lepas dan bikin seisi bus mabok.

“Wah beneran nih kurang ajar nih. Kita lihat siapa yang paling duluan ke WC pas di rest area, pasti pelakunya.”

“Degh, gua makin panik dan pasang muka tanpa dosa.” Di rest area pertama gua menahan diri untuk nggak boker. Lalu perut ini makin menggila, gas yang diletupkan nggak hanya bau tapi juga beracun. Gua yang nyium aja jadi mual pengen muntah apalagi orang.

Setelah semua penumpang tidur karena mabuk kentut, pelan-pelan gua melesat lari ke WC saat di rest area ke dua. Sebelum gua melepaskan celana dalam meledaklah semua hajat yang tertahan. Rasanya sepert melahirkan tiga anak kembar.

“Tuhan terimakasih atas kenikmatan BAB hari ini.” nangis terharu.

Rejeki Nomplok Bandara Tribhuvan Nepal
Saya selalu menjunjung tinggi peribahasa, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Tapi rasanya ada satu kebiasaan warga Nepal yang tidak dapat saya tolerir yaitu mengganggap mem-flushing jamban setelah digunakan sama dengan membuang rejeki. Jadi jangan kaget kalau melihat “bonus” di hampir semua wc umum dan alhamdulikah kebagian rejeki mem-flushing sebelum menggunkan jamban.

Dan betapa kagetnya setelah melewati penerbangan 4 jam harus menghadapi kenyataan wc bandara yang penuh dengan “rejeki”. Satu per satu pintu jamban saya buka dan tetap saja tidak ada yang bersih, kontan rasa mulas menghilang dan ingin cepat-cepat sampai di hotel.

Sejak kejadian itu selama di Nepal saya hanya akan membuang hajat besar di hotel.

Keliling Mencari WC Bandara
Usai perjalanan darat Bagan-Yangon dengan bus malam selama 10 jam dan memutuskan untuk ke bandara terlebih dahulu sembari membawa tas teman-teman. Karena semalaman di bus nggak sempat buang hajat dan perut terus menerus diisi, wajar kalau perut minta dibongkar.

Dengan percaya diri gua menyambangi salah satu toilet di bandara tapi ternyata semua penuh. Coba deh, toilet yang diujung sana kelihatannya sepi. Eh tapi beberapa orang terlihat mengantri dengan wajah tegang menahan sesuatu.

Perut semakin tidak bisa kompromi, saya mulai panik di dalam antrian.

“Tuhan, cobaan apalagi ini. Harusnya di bandara sebesar ini ada banyak toilet. Lalu kenapa semua orang mules masal?”

Karena tidak tahan saya mencari toilet lain smabil mendorong troli. Tepat setengah jam kemudian saya mendapatkan jamban kosong. Secepat kilat masuk ke jamban tanpa menghiraukan barang di troli.

Akhirnya… “Duh leganya.” Tapi tunggu, ngomong-ngomong ini keran air untuk ceboknya mana dan tisunya habis.

“Jreng-jreng!” Gua tertegun, harus bagimana. Mau teriak minta tolong ambilin tisu nggak mungkin. Atau cara paling ekstrim menggunakan underwear sebagai pengganti kertas tisue.

Gua mencoba tenang dan berpikir mencari solusi masalah yang tak mudah untuk dipecahkan. Beruntung di ransel gua yang tergantung di pintu masih ada air mineral, tisu basah dan celana dalam bersih.

Dari pengalaman di atas gua makin sadar ketika traveling di tas harus tersedia perlengkapan buang hajat darurat terutama bagi kamu yang belum terbiasa dengan jamban kering.

Lalu bagaimana kalau tarvelingnya di hutan atau di pantai yang nggak ada jamban sama sekali. Belajar dari ibu Herlina teman perjalanan overland Flores, beliau memiliki perlengakapan buang hajat yang terdiri dari: kain pantai, sekop plastik, tisu basah, tisue kering dan sanitaiser.

Jadi begitu perut mules kain pantai langsung dijembreng jadi WC darurat lalu sekop plastik beraksi membuat lubang kecil. Setelah urusan buang hajat tuntas langsung bersih bersih dan menutup lubang galian. Cukup mudah bukan?

Ya teorinya mudah tapi ketika sudah kebelet kadang kita tidak mampu berpikir, tahu-tahu rasanya hangat sudah merayapi celana dan sadar kalau baru saja cepirit.

Lalu bagaimana dengan kamu, apakah punya pengalaman yang drama banget dengan urusan buang hajat?

12 tanggapan untuk “Drama Buang Hajat Saat Traveling”

  1. Ya ampuunn, bikin cekikikan malem2..haha
    Emg sih urusan buang hajat ini susah susah gampang..apalagi klo waktu dan tempat lg ga pas bgt.. Prnh bbrp kali kebelet pas lg d bis prjalanan sukabumi-jakarta.. Akhirnya bela2in turun d tmpt yg ada wc umum, eh tau2 digembok itu wc entah knp..jd nahan smp terminal dh.. Wkwk..

    Suka

  2. Maaf asli ngakak hahaha… Nggak kebayang deh rasanya nahan bab dan rasa was2 takut ketahuan buang gas karena malu hahaha…

    Lha disampingnya kosong kah? Baper eh kepo haha

    Suka

  3. Aku pernah banget lagi mau snorkeling di tengah laut trus pengen pup. Omg rasanyaaaaa… padahal baru aja berangkat.. akhirnya melipir ke pulau kosong donk dan terpaksa pup di semak-semak.. wkwkwkwkw…

    Suka

  4. huaaaahahahaha…asli ngakak baca cerita kakak ini lah. Kadang buang hajat emang gak bisa ditahan ya kak, apalagi kalau dah di ujung pembuangan..bheeeuh..gak nahaaann.. Etapi, boleh dicoba cara orang tua dulu kak, bawa batu yang bisa digenggam, kalo kebelet taruh di perut.

    Suka

  5. jorooooooooooook…kak danang!!!!

    wkwkwkwkw
    btw, semenjak didiagnosa punya masalah lambung akut, aku suka jaga makan sepanjang perjalanan, dan, alhamdulillahnya, aku bisa ngontrol kapan harus boker kapan harus nahan. yaa bisa dua harian lah.. konsekuensinya ya kentut bau subsitank :))

    Suka

  6. Perbedaan waktu saat traveling atau tidak punya waktu ke toilet saat sedang ingin BAB bisa mengubah kebiasaan tubuh, katanya.

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar