Curahan, Lomba, Produk, Teknologi, Video

Membuat Video Itu Pekerjaan atau Hobi?

Jika mengulik media sosial saya, kamu  akan sering melihat video pendek yang terkadang tidak ada hubungannya sama sekali dengan genre blog saya, traveling.

Yup, saya mendapat tugas baru dari kantor membuat video untuk media sosial walau bukan mandatory dan mendapatkan keuntungan  tapi anggap saja simbiosis mutualisme dimana saya  bisa menyalurkan hobi dan kantor tidak perlu membayar videografer.

Perlombaan video internal perusahaan membuat  manajemen tahu bahwa ada pegawai di salah satu kantor cabang bisa membuat video. Sehingga saat  perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 71 saya mendapat tugas membuat video upacara bendera.

Saya  sempat kelabakan ketika dihadapakan pada peraturan konten perusahaan.  Sebelum dipublikasi  konten video, foto dan tulisan harus dikurasi terlebih dahulu. Karena tidak memiliki ilmu kehumasan, beberapa kali saya “dijewer” gara-gara membuat konten tidak sesuai dengan pakem perusahaan atau  mengunggah video ke media sosial tanpa mengkonfirmasi bagian humas.

Kejadian paling  fatal saat saya memunculkan logo perusahaan di konten yang tidak tepat. Saya mengenakan kaos berlogo perusahaan di salah satu video bertema parodi. Kontan keesokan harinya mendapat surat cinta dari Departemen GCG (Good Corporate Governance).

“Gila loe Nan. Maunya-maunya  tambah kerjaan, sudah nggak dibayar  malah disalah-salahin”, ujar seorang rekan.

Tapi  itu belum seberapa ketika sudah begadang semalaman mengedit  tapi  videonya tidak jadi dipakai. Paling ironis terkadang orang tidak tahu prosesnya dengan  mudahnya  berujar, “gampang kan bikin video begitu, nanti sore siap ya.”

Orang awam berpikir bahwa editing video hanya sekedar memotong dan menyambung video lalu menyisipkan  musik latar. Padahal sesungguhnya masih banyak hal yang harus dilakukan dalam proses editing, seperti  menyeragamkan tone warna atau mengkonversi format file agar  dapat diedit.

Jadi videografer ala-ala itu berat Kak. Cukup aku saja  kamu jangan!

Beralih ke Video Ponsel

Dengan alasan kepraktisan akhirnya saya  membuat video dengan smartphone. Setelah mengulik beberapa ponsel cerdas ternyata teknologi  video smartphone tidak kalah dibandingkan kamera mirrosless, bahkan beberapa mampu mengambil video 4K. Meski ketajaman gambarnya  belum mampu menandingi  kamera mirrorless atau DSLR tapi cukup untuk  konten  media sosial yang tidak memerlukan video beresolusi tinggi.

Aplikasi editing ponsel cukup memberikan keleluasaan untuk berkreasi tapi pekerjaan rumahnya  tetap harus belajar. Karena setiap aplikasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing  untuk menghasilkan video yang maksimal  harus menggunakan beberapa aplikasi.

Tantangan berikutnya mencari smartphone  yang mumpuni prosesor dan kapasitas penyimpannya. Baiklah untuk sekarang saya kesampingkan semua kebutuhan di atas yang penting memaksimalkan apa yang saya punya. Walau setiap hari harus mem-backup file dari ponsel ke PC tidak mengapa, yang penting hobi dan pekerjaan bisa berjalan dengan baik.

27 tanggapan untuk “Membuat Video Itu Pekerjaan atau Hobi?”

  1. Kurang tepat sih kalau dibilang Simbiosis mutualisme. Kan ada anggaran buat videografer. Hehehe

    Btw edit pake hape, aplikasi yang ga ribet ada ga mas? Sekalian minta diajari cara editnya.

    Suka

  2. Kurang tepat sih kalau dibilang Simbiosis mutualisme. Kan ada anggaran buat videografer. Hehehe

    Btw edit pake hape, aplikasi yang ga ribet ada ga mas? Sekalian minta diajari cara editnya.

    Suka

  3. Aku sering merekam video ketika ada event atau moment, tapi ngeditnya malas. Apalagi yang sudah jadipun ketika mau di-upload ke youtube nggak ter-upload juga. Lelah. Apalagi yang sudah jadi terus disalah-salahin ya.

    Suka

    1. nah kalau edit pake pc kan harus take time , makanya skrg lebih suka pake hape aja teh, lagi duduk2 santai kalau video 1 menitan paling lama butuh waktu 30 menit untuk edit kalau semua sudah dikonsep dari awal. kaya pagi ini jam 730 upacara, kelar jam 7:50 , duduk2 bentar di mobil sama nongki , jam 8:20 dah kirim file ke humas.

      kayaknya gua jadi marcomm hotel laku ya?

      Suka

  4. Mas, aku beberapa kali nonton video yang di youtube. Keren, aku banyak belajar cara ngambil gambarnya. Tapi ya aku masih remahan biskuit bayik. Bener tuh, editing video susyahh.. Apalgi bagi emaks kayak aku. Tapi aku masih penasaran sih, editing pake apliaksi apa, Mas?

    Suka

  5. aku dulu suka buat video amatir

    akan tetapi mau edit, kadang waktunya tidak cukup

    kayak nya harus spare waktu untuk bisa belajar edit video lagi

    Suka

  6. Saya akui kok Mas, bikin video itu sulit. Saya belajar program adobe premiere aja butuh waktu lama, hahaha. Pekerjaan atau hoby? Pekerjaan terbaik adalah yang berasal dari hoby Kita. Kalau suka bikin video, mending jadi Youtuber aja Mas, trus dipasangin google adsense, gede Lho hasilnya.

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar