Lebih Mencintai Angka
Sebagian besar anak-anak penderita disleksia lebih menyukai angka ketimbang aksara, karena mungkin bagi beberapa anak membaca adalah sebuah trauma. Gara-gara tidak bisa membaca dicap sebagai anak bodoh. Dan bagi kami lebih mudah menghapal 10 angka dibandingkan menghapal 26 huruf yang terdiri dari konsonan dan vokal yang terkadang memiliki bentuk dan pengucapan yang hampir sama. Itu benar-benar membingungkan. Saya lebih menyukai pelajaran matematika serta pelajaran eksakta lainnya, untuk mengerjakan soalnya tidak perlu usaha keras dengan membaca apalagi menghapal buku pelajaran yang tebal. Cukup mengetahui konsepnya maka semua soal matematika dapat dikerjakan dengan baik, begitu juga dengan pelajaran fisika dan kimia.Sebetulnya saya memiliki ketertarikan dengan pelajaran bahasa dan sastra tapi sepertinya pengalaman kesulitan membaca di kelas 1 SD membuat saya tidak menyukai mata pelajaran ini. Apalagi kebanyakan pelajaran bahasa di bangku sekolah itu tidak mengasikan terlalu fokus dan pola dan tata bahasa serta EYD.
Tidak salah jika saya memilih jurusan IPA ketika SMA, apalagi di era itu anak IPA dipandang lebih memiliki masa depan yang cerah dibandingkan anak IPS atau Bahasa. Ya profesi yang diharapkan tidak jauh-jauh dari dokter atau insinyur. Seolah lingkungan di sekitar tak memberikan banyak pilihan akhirnya saya melanjutkan sekolah ke fakultas teknik jurusan elektro walaupun saya tidak terlalu tertarik dengan bidang ini.
Mungkin kuliah adalah saat yang paling indah dibandingkan masa SMA, saya lebih bisa mengekpresikan diri dan tidak bertemu dengan mata pelajaran yang terlalu banyak hapalan, selain itu di bangku kuliah kemampuan berpikir dan analisis lebih diutamakan daripada hapalan.
Tidak Tahu Potensi Diri
Terlalu asik mencintai kelogisan dan angka saya seolah melupakan ketertarikan dengan seni. Sebetulnya ketika diadakan tes minat dan bakat saat SMA, psikolog menyarankan agar saya menjadi arsitek atau grafik desainer.
Belajar di kampus benar-benar membuka pola pikir dan mata saya bahwa ada dunia lain yang lebih menarik ketimbang angka. Saya mulai membuka diri dengan apa yang saya suka bukan menghindari apa yang saya takuti dengan grafik desainer, membuat film, jurnalistik hingga broadcasting. Hingga akhirnya sadar bahwa saya memiliki potensi diri yang tidak pernah saya tahu.
Satu tahun sebelum kelulusan sebagai mahasiswa teknik saya memenangkan lomba ide cerita film yang akhirnya mentakdirkan saya untuk belajar membuat skenario. Iya skenario, rangkaian kata dan dialog untuk film pendek. Dan siapa menyangka skenario yang saya buat diapresiasi menjadi best original script untuk perlombaan film indie tingkat nasional.
Pelan-pelan kecintaansaya terhadap angka mulai luntur saya lebih membuka diri dengan duniabroadcasting dengan menjadi penyiar di sebuah radio online, dari belajar cuap-cuap sampai memproduksi acara.
Walau tidak mendapatkan kepuasan materi namun hidup terasa lebih berwarna apalagi setelah lulus kuliah saya bekerja sebagai grafik dan web desainer. Profesi yang dulu disarankan oleh psikolog ketika lulus SMA.
Pilihan hidup yang tidak sesuai harapan orang tua akhirnya melahirkan konflik karena saya sempat menggantung ijasah sarjana teknik lima tahun lebih. Bayangkan ketika teman-teman saya sudah memiliki karir di dunia teknik saya masih bersenang-senang dengan dunia seni yang kata ibu saya tidak menjamin masa depan.
Demi menyenangkan hati orang tua saya berdamai dengan keadaan, kembali bekerja di dunia teknik namun tetap mendesain web di kala senggang dan bercuap-cuap di radio online walau tanpa bayaran.
Blog Dunia Baru
Takdir membawa kehidupan baru di kehidupan ketika dipindahtugaskan ke pedalaman hutan Jambi dengan pola kerja 2 minggu penuh di site dan seminggu libur. Di satu sisi saya senang karena mendapat libur panjang tiap bulan tapi di sisi lain saya jauh dari kota kelahiran.
Tanpa internet yang memadai saya nyaris tidak biasa siaran online dan menerima job membuat web. Bayangkan setelah 8 jam kerja sehari saya memiliki waktu 16 jam istirahat dan saya tidak mengerjakan apa-apa. Bandingkan dengan kehidupan saya yang dulu super sibuk, setelah bekerja kantoran malam hari saya bisa siaran atau mendesain.
Untuk membunuh waktu saya mulai membaca buku berjam-jam, kegiatan yang jarang saya lakukan walau aktivitas ini merupakan hobi ibu dan kakak perempuan saya. Melihat untaian kata menjadi kalimat-kalimat puitis lalu berpadu menjadi alenia dan melahirkan kisah luar biasa, saya jadi ingin bisa menulis. Tapi bagaimana mungkin, ketika sekolah nilai bahasa Indonesia saya tidak pernah menyentuh angka 7.
Malu-malu saya membuat blog lalu menuliskan beberapa kisah perjalanan sampai akhirnya secara tidak sengaja seorang rekan kerja membaca dan ia berkata bahwa tulisan saya lumayan bagus.
Menulis itu seperti berjalan, semakin sering dilatih maka akan semakin lancar dan saya tidak pernah sadar bahwa akhirnya saya bisa menulis dengan baik. Proses ini bukan tanpa usaha, saya kembali membuka buku EYD yang sudah bertahun-tahun tertimbun di gudang. Mencoba mengikuti lomba menulis dan blog di media online dengan tujuan awal membunuh waktu di remote area.
Setelah gagal puluhan kali mengikuti lomba menulis dan blog akhirnya saya memenangkan satu lomba yang membuat saya makin termotivasi. Berikutnya?
Pelan-pelan hobi menulis menjadi bagian hidup yang tidak terpisahkan, saya yang tadinya malu-malu ngeblog kini mulai percaya diri mengaku sebagai blogger. Aksara yang dulu saya benci setengah mati, kini saya rindukan setiap hari. Rasanya jika tidak menulis saja sehari, rasanya ada yang kurang walau hanya satu paragraf.
Ya saya penderita disleksia yang dulu membenci aksara kini mencintainya setengah mati.
Kisah yg Inspiratif om… Apalagi tidak menyerah dengan disleksia. Sesuatu yg dulu begitu dibenci, kini begitu dicintai…. Eaaaa adakah seseorang yg dulu dibenci dan sekarang dicintai? 😁
SukaSuka
Banyak wkakkakaka *kibas poni
SukaSuka
Huwaa, mengalir seperti air. Selalu suka baca setiap rangkaian katanya. Btw anak bungsuku selalu kebingungan membedakan b dan d apa itu termasuk disleksia? Btw dia kelas 2 SD sekarang. Thanks sdh berbagi yah 👍🏻
SukaSuka
sebetulnya setiap orang berpotensi menjadi disleksia tapi levelnya berbeda2 ada yang bukan huruf tapi membedakan kanan dan kiri. aku pernah dapat supir taksi baru yang nggak bisa membedakan kanan dan kiri, sampai dia menangis lho karena bingung
SukaSuka
Aku bacanya khusyuk sekali. Seperti terbawa oleh cerita yang inspriratif ini. Tapi aku baca komentar diatas jd ingat diri sendiri. Aku sering gak bisa bedakan kanan dan kiri. Sampai orang2 disekitarku pusing karena sering nyasar gara2 aku suka lupa kanan dan kiri. Dan bukan sekali sekali tappi banyak kali Apa termasuk disleksia kah?
SukaSuka
Bisa jadi kak tapi kadarnya nggak tinggin
SukaSuka
ya memang kalo masih usia anak anak semua bisa berubah seiring tumbuh kembangnya, ada yang cepat nangkap ada juga yang lama. namun bersyukurlah jika sesuatu yang kakak tak suka dulu akhirnya kakak sukai dan menjadi bagian dari hidup kakak malahan… 🙂
SukaSuka
orang tua sih idealnya memperkenalkan beragam pengetahuan dan pilihan hidup, biar nggak kaya skrg merasa salah pilih profesi
SukaSuka
Inspiratif Mas. Saya jadi malu, suka baca dan nulis sejak kecil tp selalu ada alasan utk nggak nulis di blog. Salut panjenengan keren..
SukaSuka
terimakasih kk , duh aku kok jadi malu
SukaSuka
Keren, Mas.
Yang dulunya dianggap bodoh, sekarang bisa buktikan bahwa anggapan orang2 itu salah besar.
SukaSuka
sebetulnya tak ada orang bodoh kk
SukaSuka
Butuh keberanian untuk terbuka akan kekurangan diri sendiri, dan terpujilau orang2 yang menceritakan kekurangannya menjadi inspirasi bagi orang lain. i salutte you mas Danan yang aku baru tahu dulu pernah menjadi penderita dislessia.
Berterimakasih jugalah kepada cik nyet nyet selain kepada ibumu. hahahah
SukaSuka
hahahhah kelemahan itu kadang bisa jadi kekuatan atau sebaliknya, kaya lemak kita kak, itu kelebihan sekaligus kekruangan
SukaSuka
ternyata ya kak…… dari disleksia bisa jadi penyiar dan penulis cerita hebat. salut kak.
btw, tulis tenang Cik Nyet Nyet dong kak. kok unik yaa, ngajar les di dapur sambil masak ..
SukaSuka
iya dia aslinya ibu rumah tangga tapi super sibuk dan aktif , selain menerima anak2 belajar di rumahnya, dia juga menerima pesanan kue dan kadang membuka kursus memasak. hahhahah seru sih belajar di dapurnya dan sesekalu dapat bonus kue
SukaSuka
Dibalik sosok pria periang in menyimpan segudang kisah menarik dan sangat menginspirasi sekali… Maju terus ka
SukaSuka
ini belum kisah asmara lho kak *tsahhhhh
SukaSuka
Semangat, kaaak… Makanya jangan terlalu membenci pada sesuatu, nanti bisa-bisa berubah jadi terlalu cinta, hahaha..
SukaSuka
Wkakakakakka kalau yang itu nggak benci cuma kagum ajansih ada manusia sesampah itu
SukaSuka
Inspiring banget bang.
Ternyata gak mudah melawan diseleksia.
Salut sama ibunya abang.
Mencari guru alternatif dg Cik nyet nyet.
Syukur sekarang kata dan kalimat menjadi kawan akrab.
Saya salah sayu penyuka gaya penulisan bang danan
SukaSuka
terimakasih kakak sudah mampir
SukaSuka
Nggak kelihatan loh kalau dirimu penderita disleksia. Eh itu seumur hidup atau cuma waktu kecil aja sih?
SukaSuka
Skrg masih sulit bedain kanan dan kiri aslinya dan nggak mudah ngakak nama orang atau tempat
SukaSuka
luar biasa kak icess
kekurangan yang dulu dianggap bisa menjadi momok malah menjadi kelebihan saat ini
dari menulis bisa banyak menghasilkan materi, kesenangan dan kebahagiaan
inspiratif
SukaSuka
nggak pernah berpikir bahwa bisa menulis kayasekarang, wong membaca aja susah bener
SukaSuka
Awalnya aku pikir dirimu lagi bercerita tentang orang lain melalui sudut pandang dirimu. Ternyata benar-benar dirimu yang pernah menderita disleksia ya? Btw, aku pikir dirimu pernah di AKA Bogor mas. Apa aku salah ingat ya?
SukaSuka
Bener aku cuma setengah tahun di aka
SukaSuka
Ooo jadi benar ya pernah di AKA. Tabik pada senior 🙂
SukaSuka
apa sih senior, kesannya tuwir banget gua
SukaDisukai oleh 1 orang
Senior yang awet muda deh hehehe
SukaSuka
Bukan awet muda tapi nggak sadar umur wakakaa
SukaDisukai oleh 1 orang
Coba cek KTP mu dulu mas, biar sadar hehehehe
SukaSuka
KTP? Aku punyanya ktm
SukaSuka
Dunia blog memang mengubah segalanys..
SukaSuka
bener dan mengubah jalan hidup
SukaSuka
kereeeen mas *prok prok prok
baca cerita mu ini mestinya bikin orang tua jaman sekarang sadar…masa depan anak yang bahagia gak selalu tentang pandai di bidang akademis.
SukaSuka
Terima kasih banyak kak, sudah berbagi ceritanya. Saya benar benar terinspirasi, mohon izin cerita kakak untuk dijadikan inspirasi cerita pendek saya, ya. ❤
SukaSuka
salam kenal mbak nisa, terimakasih sudah mampir semoga bisa menjadi inspirasi 😀
SukaSuka