Curahan, Papua, Photography

Kejutan Agustus Dari Lembah Baliem

Saya yakin rejeki akan datang dari mana saja, termasuk hal-hal kecil yang mungkin terabaikan. Dan di bulan Agustus tahun ini saya mendapat kejutan sekaligus rejeki. Tak pernah menyangka foto yang terlupakan di hardisk menjadi cover majalah sebuah maskapai lalu menjawab mimpi besar, kapan ya foto hasil bidikan saya dilihat banyak orang.

“Pak foto karyaku jadi cover majalah”, sebuah pesan disematkan bersama foto cover majalah kepada bapak melalui   WA.

“Wah dapat honor dong.” Begitulah reaksi Bapak yang tidak terlalu paham dunia penerbitan apalagi travel blogger.

“Iya.” Lalu tak ada percakapan lagi seperti pesan di WA sebelumnya. Ya begitulah Bapak, seorang lelaki yang sangat cinta kepada keluarganya  tapi tidak pandai mengepresikan rasa sayang. Cenderung hemat bicara apalagi amarah tapi air matanya bisa tumpah begitu saja kalau dia sangat-sangat terharu.

Belakangan beliau rajin berkirim pesan pendek yang isinya ucapan selamat dan terimakasih, membuat saya terharu sekaligus dan ingin  tertawa. Ya Bapak sedang berusaha keras untuk  mengungkapkan  rasa cinta melalui  kata-kata walau agak wagu.

“Dek makasih ya Bapak dibellin hape, Bapak suka banget.”

“Aku juga suka banget beliin Bapak hape.”

“Kamu udah ada yang disuka belum Dek?”

“Maksud Bapak?”

“Itu yang disuka untuk diajak ke pelaminan.”

…….

Lalu percakapan via SMS bapak dan anak ini jadi garing. Krik-Krik!

Berbeda dengan ibu, wanita  super ekpresif, saya akan betah berjam-jam mengobrol dengannya melalui telepon. Beliau akhirnya mengiklaskan anak lelakinya memiliki bakat menulis dari dirinya. Sempat bungkam bertahun-tahun dan tidak merestui keinginan saya untuk menjadi penulis skenario film, akhirnya ia mengaku bahwa dulu saat SMP dirinya kerap menulis cerita pendek untuk surat kabar. Dan kalau akhirnya saya menjadi blogger dan memiliki hobi menulis itu bukan kebetulan katanya.

“Itu foto yang dimuat majalah dari mana Le. Google ya?” Tanya ibu sok lugu. Aku tahu wanita ini pandai menggoda, mana mungkin dia nggak tahu kalau foto di majalah itu karya anaknya.

“Aku lho Bu yang moto.”

“Ooo…” Jawabnya singkat lalu pembahasan tulisan dan foto di majalah tidak berlanjut. Ya begitulah ibu, ekpresinya mirip ketika tulisan saya terbit terbit pertama kali di kompas. Ia memang tidak ingin anak-anaknya menggeluti dunia seni. Berdasarkan pengalaman beberapa saudara lelakinya yang menjadi seniman, seni tidak bisa menjadi pegangan hidup  apalagi kalau sudah berkeluarga.

“Tapi kan jaman sudah berubah Bu. Itu Awkarin nggak kerja jadi selebgram bisa kaya padahal dia pintar. Lulus SMP dengan predikat terbaik di Kepri.” Mencoba membuka wawasan ibu bahwa sekarang seni bisa menjadi pilihan hidup.

“Siapa itu Awkarin? Ibu nggak tahu, nggak pernah dengar. Ah pasti dia artis nggak terkenal. Artis nggak terkenal kok jadi role model.”

Buset emak gua omongnnya role model cuy. Itu lah Ibu yang selalu update karena hobinya membaca tapi nggak hobi baca blog anaknya. Katanya tulisan di blog kecil-kecil bikin pusing. Padahal blog kan bisa di zoom in.

 

Mejeng Di Sampul  Sriwijaya

Saya sendiri sempat tak percaya kalau karya foto wanita Lembah Baliem dengan hiasan kepala berwarna merah menjadi  sampul majalah maskapai Sriwijaya edisi 90. Semuanya memang serba kebetulan tapi bukan kebetulan yang dipaksakan dengan hanya mengandalkan lobi-lobi seperti politikus.

Ada kisah panjang bagaimana akhirnya saya bisa ke Lembah Baliem dan mengambil foto-foto luar biasa di sana. Memenangkan lomba menulis kisah wisata yang hadiahnya jalan-jalan ke Lembah Baliem merupakan pengalaman luar biasa. Saya tidak pernah menyangka kalau pengalaman ke desa wisata Wae Rebo di Flores Nusa Tenggara Timur menjadi kisah wisata yang dilirik oleh dewan juri.

Ya semua seperti efek domino, dari satu pengalaman jalan-jalan dan karya membawa ke pengalaman jalan-jalan dan karya yang  lain, merupakan ganjaran sebuah konsistensi.

Lalu sekian tahun kemudian editor majalah maskapai Sriwijaya mengirimkan e-mail, menanyakan stok foto Lembah Baliem. Tanpa berharap banyak saya kirim beberapa foto yang sudah bertahun-tahun mengendap di hardisk. Lalu di surel berikutnya ia bertanya, adakah foto lain yang bisa dijadikan sampul.

Beberapa foto saya kirimkan   kembali dan  sang editor berkata bahwa salah satu foto  potrait akan dijadikan sampul untuk majalah Sriwijaya bulan Agustus. Hingga akhirnyaseorang rekan Travel Blogger Kepri mengabarkan kalau melihat foto saya di majalah saat penerbangan ke Natuna. Duh senangnya!

Investasi Foto

Sekarang saya baru paham apa yang pernah diucapkan teman SMP yang  kini berdomisili di Australia, “pokoknya kalau jalan-jalan   buat dokumentasi foto dan video terbaik.”

Nyatanya  kini file foto  yang saya pikir hanya untuk  kenang-kenangan pribadi, kini menjadi rejeki. Alhamdulilah. Berkaca dari beberapa pengalaman sudah saatnya saya lebih menggeluti bidang fotografi sebagai hobi yang menghasilkan bukan hobi yang hanya menghabiskan uang karena terus membeli gear tanpa tahu kapan akan kembali modal.

Dan investasi tidak hanya soal uang Bro! Tapi juga waktu,  mengurangi waktu ha-ha hi-hi di media sosial untuk hal yang lebih bermanfaat. Lebih banyak membaca  buku dan menonton video fotografi. Karena sesungguhnya esensi belajar  itu seberapa besar usaha kita untuk tahu daripada sekedar ingin tahu tapi tidak berusaha untuk tahu lebih banyak.

Mumpung bulan Agustus, mari Danan bersemangat lagi untuk lebih banyak tahu tentang dunia fotografi. Merdeka!

21 tanggapan untuk “Kejutan Agustus Dari Lembah Baliem”

  1. Cerita di awal tentang karakter orangtua mas Danan lucu yah, sifat ortu nya saling melengkapi yang satu diem, yang satu suka nanya. Hahaha. BTW congrats yah fotonya masuk sampul majalah sriwijaya. Baru tau ternyata ada manfaat nya juga nyimpen foto, soalnya biasanya kalo udah di posting, suka aku hapus biar hardisk ga penuh. Hehe

    Suka

    1. buat lomba nulis juga , jadi kalau jalan jangan lupa foto produk. kita nggak akan tahu nasib whahahha inget dapat mac gegara mnang lomba nulis jalan2 yang sponsornya avanza. pas jalan di flores selalu narsis pakai avanza

      Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar