Lomba, TIps, Travelling

Berharganya Waktu Ketika Traveling

Hobi traveling dan ngeblog membawa perubahan besar dalam hidup saya, terutama soal manajemen waktu. Sekarang saya lebih menghargai waktu dibandingkan jaman sekolah. Setiap pagi sebelum memulai aktivitas biasanya saya sudah membuat daftar aktivitas  yang akan dilakukan. Mulai dari bangun tidur, bekerja, menulis, mengedit video sampai waktu nongkrong dengan teman-teman blogger.

Ini lho jadwal aku sehari-hari kalau lagi nggak jalan-jalan.
Ini lho jadwal aku sehari-hari kalau lagi nggak jalan-jalan.

Lalu bagaimana ketika traveling? Wah itu lebih ketat lagi apalagi berhubungan dengan jadwal penerbangan. Sedikit tidak tepat waktu bisa ketinggalan pesawat dan akibatnya bujet   membengkak karena harus membeli tiket pesawat baru.

Jalan-jalan ke Nepal lalu transit di Kuala Lumpur.
Jalan-jalan ke Nepal lalu transit di Kuala Lumpur.

Menilik  pengalaman jalan-jalan beberapa tahun lalu, akhirnya saya memutuskan untuk selalu mengenakan arloji ketika traveling, termasuk saat mandi dan tidur. Usai melewati trip panjang di Nepal, saya dan rekan traveling,  Bu Herlina transit di Kuala Lampur. Saat itu  belum ada penerbangan langsung Kathmandu-Jakarta, jadi kami singga di Kuala Lumpur dan  menginap di kawasan Petaling.

Merasa seperti di negera sendiri kami mengabaikan perbedaan waktu  Jakarta dan Kuala Lumpur. Sembari mencari sarapan kami jalan-jalan santai keliling kota sebelum penerbangan ke Jakarta. Tapi setelah melihat arloji lebih seksama ternyata jadwal  keberangkatan pesawat tinggal dua jam lagi. Beruntung saya mengenakan arloji yang memiliki fitur zone waktu otomatis. Setelah melewati drama mendadak check out  tanpa mandi serta kebut-kebutan ala film Fast & Furios akhirnya kami sampai bandara dan tidak ketinggalan pesawat.

Berkaca dari pengalaman di atas, sekarang  saya selalu mengenakan arloji dan tidak mengandalkan penunjuk waktu di gawai seperti smartphone atau tablet. Karena  gawai  bisa kehabisan daya, apalagi  saya hobi snorkeling dan  ativitas luar ruangan, jadi mantap memilih  arloji berfitur waterproof dan shockproof sebagai teman perjalanan.

Sebetulnya saya lebih suka jalan-jalan sendiri tapi agar hemat mencari  teman untuk share cost, baik kendaraan maupun penginapan. Karena setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda ketika sampai di tujuan wisata biasanya  kami   berpisah lalu  berkumpul di waktu dan tempat yang telah disepakati.

Hobi saya agak berbeda dengan kebanyakan pejalan  yang wajib ber-selfie ria di semua tempat wisata dengan mobilitas tinggi.  Saya lebih suka  menikmati perjalanan dengan santai  sembari  mencari informasi sebanyak-banyaknya sebagai bahan menulis atau ngeblog. Belakangan saya juga membuat video perjalanan atau travel vlog dan hobi ini benar-benar membosankan bagi pejalan yang bukan blogger atau vlogger. Kalau tidak ada arloji bisa  lupa waktu karena  sesungguhnya hal yang menyenangkan dari traveling adalah proses membuat dokumentasi perjalanan baik foto, video maupun tulisan.

“Jalan-jalan kamu makin ribet Nan! Niatnya mau liburan  tapi masih memikirkan golden moment, kapan waktu terbaik mengambil foto dan video”, ujar seorang rekan  mengomentari aktivitas traveling saya.

Setiap orang  memiliki gayanya sendiri-sendiri untuk menikmati perjalanan. Untuk sekarang, inilah yang membuat saya bahagia. Agar semunya tepat waktu sesuai rencana maka saya selalu mengenakan arloji di lengan. Agar saya tahu berapa waktu yang harus dibutuhkan untuk mengambil  video timelapse dan hyperlapse. Ribet banget nggak sih?

Liburan dua hari di Makassar membuat video timelapse dan hyperlapse.

Saya mulai mengenakan arloji ketika berusia  12 tahun, waktu itu akan mengikuti ujian nasional. Bapak memberikan arloji berjarum buatan Jepang agar saya dapat menyelesaikan soal ujian tepat waktu. Hingga kuliah arloji bertali stainless steel setia saya kenakan. Untuk memaksimalkan gaya saya   membeli arloji digital  dengan model sport .  Arloji ini benar-benar menunjang hobi renang dan aktivitas saya sebagai mahasiswa fakultas teknik.

Memasuki dunia kerja saya masih setia dengan arloji digital dan analog dari Bapak tapi untuk menambah koleksi saya membeli arloji model  sederhana tapi  berkelas. Mau tidak mau saya harus punya arloji yang cocok dikenakan dengan pakaian formal seperti jas.

Hobi jalan dan menulis ternyata membawa perubahan gaya  berpakaian.  Untuk menunjang aktivitas berikutnya arloji berfitur altimeter dan tahan suhu di bawah nol derajat celcius yang menjadi incaran. Tak lupa arloji dengan fitur beberapa zone waktu dunia diperlukan untuk traveling ke luar negeri. Karena model sudah tidak menjadi prioritas maka beberapa koleksi jam saya hibahkan ke kerabat dan teman.

Setelah bertahun-tahun tidak berniat mengganti arloji, akhirnya saya tergoda dengan arloji pintar berlogo apel. Jam yang bisa diintegrasikan dengan ponsel dan fungsinya tidak hanya sebagai penunjuk waktu  tapi bisa menghitung  kalori, menghitung langkah, denyut nadi bahkan sebagai instruktur kebugaran pribadi. Luar biasa bukan? Tapi karena boros baterai dan harus rutin mencatu daya setiap hari, saya kembali ke arloji bertenaga baterai dan sel surya.

Dua tahun belakangan pilihan arloji semakin beragam apalagi dengan bermunculan produsen baru yang berani menjual dengan harga super murah. Saya pun sempat membeli beberapa buah tapi rata-rata usianya hanya setahun meski teknologi dan model tidak kalah dengan merk lama.

Salah satu koleksi arloji murah meriah, dikenakan saat snorkeling di perairan pulau Komodo.
Salah satu koleksi arloji murah meriah, dikenakan saat snorkeling di perairan pulau Komodo.

Saat ini saya kembali menggunakan arloji digital keluaran Jepang dengan ornamen jarum analog kombinasi digital dan sepertinya belum berniat untuk berganti lagi karena aktivitas jalan-jalan saya tidak seekstrim dulu


Memilih jam memang tidak sesulit memilih pasangan hidup. Tapi bagi seorang traveler, jam itu lebih dari sekedar pengingat waktu apalagi travel blogger. Maunya sih arloji yang dikenakan bisa memaksimalkan gaya. Berikut beberapa hal perlu dipertimbangakn ketika memilih jam untuk jalan-jalan .


Pikirkan apa yang kamu butuhkan dibandingkan apa yang kamu inginkan. Kalau gaya traveling mu hanya keliling kota atau kulineran rasanya tidak membutuhkan arloji dengan fitur altimeter atau tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Sebetulnya tidak ada larangan membeli arloji dengan banyak fitur tapi coba prioritaskan apa kebutuhanmu karena semakin banyak fitur, biasanya harga arolji semakin mahal. Daripada membeli arloji mahal yang fiturnya tidak kamu pakai lebih baik uanganya dipakai untuk jalan-jalan bukan?


Material ini berhubungan dengan kenyamanan dan kekuatan bahan arloji untuk aktivitas traveling. Saya pribadi suka dengan arloji berbahan plastik, logam campuran dan titanium karena bahan-bahan ini relatif ini kuat dan lebih mudah dibersihkan. Beruntung kulit saya tidak memiliki reaksi dengan material di atas.

Untuk traveling saya menghindari arloji dengan tali kulit karena bahan ini sulit dibersihkan dan jika terkena air tidak bisa langsung kering dan kadang menimbulkan bau tak sedap.


Bagi saya pribadi model dan warna itu nomor sekian karena yang terpenting adalah fungsinya. Tapi untuk kamu yang ingin selalu terlihat fashionable di setiap saat, tidak ada salahnya memilih warna dan model jam sesuai dengan tren. Tapi untuk menghindari kerepotan pilih satu arloji yang dapat dipadupadankan dengan beragam gaya pakaian traveling.

Biasanya saya memilih model kasual dan di beberapa kesempatan mengganti tali arloji dengan warna yang lebih berani seperti merah atau orange agar terlihat eye catching di kamera. Ketika traveling dengan gaya ransel ekstrim seperti menumpang truk atau tidur di terminal bis saya mengenakan arloji model sederhana agar tidak mengundang orang untuk berbuat jahat.


Untuk ukuran lelaki, lengan saya tidak terlalu besar oleh karena itu saya memilih jam yang tidak terlalu besar. Walau kebanyakan arloji model sporty berukuran besar akhirnya saya menemukan Casio G-SHOCK tipe DW-5600BB yang ukurannya tidak terlalu besar. Intinya arloji yang dikenakan tidak mempersulit aktivitas traveling.

Casio G-SHOCK tipe DW-5600BB, arloji favorit saya ketika traveling.
Casio G-SHOCK tipe DW-5600BB, arloji favorit saya ketika traveling.


Kebanyakan arloji mengandalkan sumber energi baterai dan untuk arloji analog daya tahan bateri rata-rata bisa 3 tahun. Dan kalau memiliki bujet lebih tidak ada salahnya memiliki arloji  sumber energi ganda seperti baterai dan solar cell. Saya pribadi tidak terlalu menyukai jam pintar yang harus di-charging setiap hari karena akan merepotkan, terutama untuk trip ke pedalaman yang tidak ada sumber  listrik.


Arloji tidak harus mahal tapi belilah yang orisinal dan bergaransi. Jangan sampai acara jalan-jalanmu terganggu karena tiba-tiba arloji andalan kamu tidak berfungsi dengan baik sehingga kamu melewatkan beberapa jadwal bahkan ketinggalan pesawat. Untuk mendapatkan jam asli dan  berkualitas dengan harga terbaik, silakan kunjungi http://www.radatime.co.id.

Alasan Mengapa beli jam di RaDaTime.
Alasan Mengapa beli jam di RaDaTime.

Setelah menjalani semua hobi – traveling, ngeblog dan ngevlog – saya merasa waktu itu  sangat berharga,  rasanya tidak ingin kehilangan satu detikpun.  Agar semua aktivitas  berjalan sesuai rencana maka arloji selalu melekat di lengan sebagi pemandu waktu. Bagi orang mungkin arolji hanya sekedar asesories, namun bagi saya arloji adalah  kebutuhan primer. Karena sesungguhnya menghargai waktu adalah cara menghargai kehidupan yang diberikan oleh Tuhan.

30 tanggapan untuk “Berharganya Waktu Ketika Traveling”

  1. ini setuju banget kak waktu sangat berharga kalo lagi travelling jangan sampai kita sudah buat itinerary lengkap jauh2 hari dengan pengaturan biaya eh malah tidak diikutin malah jadi rugi rasanya kan tidak bisa menikmati tempat2 yang harusnya bisa kita kunjungi. by the way jam tangan kalo buat aq sih emang wajib sih kak dipakek kalo lagi travelling hihi, thanks info and tips nya kak

    Suka

  2. Jam digital sama non digital ada enak dan ga enaknya si. Apalagi kalo beda zona waktu, trus jam digitalnya gak otomatis atur ke waktu lokal. Hehehe

    Suka

  3. Bener nih kak, dulu waktu masih bocah yang cuma mikir makan, minum, main. Jam tangan ga penting-penting amet. Setelah dewasa, punya tanggung jawab dan punya hobi jalan-jalan bikin Kita harus disiplin waktu. Jadi aku jarang lepas jam tangan biar selalu ingat waktu.

    Suka

  4. Aku kalo lagi traveling malah pengennya lupa waktu kak.. Jadi bener-bener bisa menikmati. Gak diburu-buru harus kesana sini dan mengejar ini itu… Cuma setelah punya anak, susah mau traveling yang lupa waktu begini hehehe

    Suka

  5. Ku suka pake jam, tapi terakhir pake jam yang awet dan nyaman tuh pas jaman kuliah, sekarang mah ditarik-tarik bocah…wkwk. Makasih infonya bang.

    Suka

  6. Kayaknya tanganku ini ada magnetnya haha. Tiap beli arloji nggak awet mulu. Sering rusak. bahkan baru beli sekali pun tetap gak mau hidup. Lalu ganti batre eh baru beberapa hari aja rusak. Beli arloji baru lagi, sama begitu juga. Apa mungkin karena belinya yang murah kali ya haha.

    Suka

  7. saya jarang banget pake jam tangan
    hampir dikatakan tidak pernah
    apalagi sejak ada hp
    liatnya jam di hp hihihih
    tp jam mmg bisa jadi fashion tersendiri ya
    trus jg kebutuhan bg yg udah biasa pake
    btw koleksinya banyak jg ya kak

    Suka

  8. bendanya sih kecil tapi penting. Itulah jam tangan. sangat menunjang terutama buat mereka yang punya aktivitas tinggi di luar ruangan. top kak artikelnya!

    Suka

  9. pantes bagus banged blognya. jadwal ngeblognya aja tersusun dg padet gtu . dari segi design tema.. terelbih konten blog.. sangat berbobot isinya..
    keren bang.. mantap dah

    Suka

  10. hai kak danan…

    sejarahnya pakai jam tangan bisa segitu banyak yah kak?
    lah, kalau ejie malah udah lupa pakai jam tangan apa saja yak dulu? tapi kebanyakan emang jam tangan jepang 🙂

    Disukai oleh 1 orang

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar