Kepulauan Riau, Travelling

Tarempa, Ketika Hati Tertempa Rindu Hingga Terasa Hampa

Permohonan maaf ini aku haturkan  untukmu  Tarempa, kota cantik di pulau Siantan kabupaten Anambas. Aku merasa bersalah menjadikanmu tempat persinggahan sesaat. Karena hati ini   terlalu buncah memimpikan kecantikan pulau elok berpasir putih dengan air jernih biru. Tak menyadari kau menyambut kami dengan elok senja jingga kala itu.  Kami terburu-buru ingin ke Durai yang konon lebih cantik darimu. Nyatanya kami malah terhempas badai dan malam itu cuma bisa memimpikan keindahan.

Wahai keindahan yang terabaikan kami datang lagi di hadapanmu, singgah satu dua malam sebelum jelang siang kami sibuk kembali menjelajah samudera. Mungkin kita hanya bertemu di satu dua pagi dan senja. Sisanya kami hanya merebahkan tubuh di pangkuanmu saat malam tiba untuk melepas lelah.

Dan mohon sekali lagi maaf jika saat bertemu denganmu pertama kali  langsung sibuk mencari sinyal telepon. Hasrat mengunggah foto indah untuk berjumawa  lebih besar daripada menikmati keindahan yang ada di depan mata.

Kamu memang tak menawarkan keindahan luar biasa seperti pulau tak berpenghuni di luar sana. Tapi ketika  duduk termangu di ujung dermaga, mata ini mampu melihat penghuni  misterius  di bawah kaki dermaga dari balik jernihnya air laut. Anemon, ikan badut dan penyu berenang damai di bawah sana.

Mencari Mie Tarempa di Tarempa

Nafsu dan perut lapar kombinasi sempurna membuat otak ini susah untuk bepikir. Soare itu saya  begitu bersemangat untuk mencari mie bernama Tarempa lalu tiap orang memasang wajah bingung.

“Mie Tarempa… Di sini tak menjual mie itu tapi adalah mie goreng”, ujar pemilik warung di depan hotel.  Karena merasa putus asa dan lapar saya pun menyerah kepada mie goreng yang ternyata mie yang saya cari.

Mie goreng dengan kaldu ikan dan bumbu rempah bercampur meriah dengan  suwiran  ikan, telur, sayuran dan tauge. Jika di Batam orang mengenalnya dengan nama mie Tarempa, tapi di sini mie goreng saja   karena hampir semua mie goreng di Tarempa seperti ini.  Kenikmatan  kuliner  yang lahir dari perpaduan budaya Melayu dan China serta melimpahnya ikan   di perairan Anambas. Segelas teh o turut menyempurnakan jamuan pertama di Tarempa.

Tepat di sebalah kedai berdiri tugu burung hantu setinggi 2,5 meter, orang-orang menyebutnya dengan Tugu Tuak. Tugu yang yang dibangun tahun 50-an merupakan tanda pencanangan program pemberantasan buta huruf yang dilakukan oleh Pemerintah RI pada masa kepemimpinan Soekarno.

 Sahabat di Tarempa

Sore itu saya sangat bersemangat untuk menjelajah Tarempa di mulai dari Jalan Hang Tuah lalu menyelinap masuk ke lorong-lorong kecil tepi laut. Terkadang menemui jalan buntu atau masuk ke serambi rumah penduduk. Tapi santai saja, kita tak akan tersesat di kota kecil seperti Tarempa. Lagian hari ini kami punya pemandu istimewa sekaligus teman baru.

Eyester pegawai rumah sakit di Matak yang juga pemandu paruh waktu.

“Karena alat radiologi di rumah sakit aku nggak bisa kerja. Daripada nggak kerja, cuma ngerumpi nggak jelas mendingan jadi jalan-jalan saja  Mas”. Eyester mengurai alsan mengapa ini menjadi pemandu.

Siapa sangka wanita berhijab berkulit sawo matang ini keturunan Tionghoa. Kami sempat bengong ketika ia mengajak singgah ke rumah tantenya yang  berwajah sangat oriental.

“Dia beneran tante kamu, tante kandung?”, tanya saya berhati-hati.

“Iya dia Adik ibuku”, jawab Eyester. Lagi-lagi saya dan Lisa menatap penuh tanya.

Akhirnya Eyster berkisah bahwa ayahnya yang Melayu  keturunan Jawa Medan menikah dengan  ibunya berdarah Tionghoa. Jika wajahnya tak terlalu oriental mungkin karena terlalu sering bermain di laut hingga kulitnya menjadi gelap.

Awal perjumpaan kami dengan Eyester sedikit unik, sebetulnya perjalanan kami menggunakan jasa agen perjalanan. Tapi karena kuota tak terpenuhi akhirnya sang pemilik agen perjalanan membatalkan trip lalu memperkenalkan kami dengan Eyester dan trip ini menjadi share cost. Perjalanan ini semakin  berwarna ketika Eyester mengajak sahabatnya seorang dokter PTT yang baru saja menjadi  jomblo.

Bayangkan betapa ironisnya hidup ini ketika kamu berada  ke pulau terpencil tiba-tiba SMS putus cinya  datang. Dan parahnya ketika kamu ingin bertanya tiba-tiba sinyal nyala redup, jangankan menelepon untuk mengirim sms kembali sinyal tak mampu. Akhirnya komunikasi dan cinta putus selamanya. Tut… Pedih Kak!

Tapi untung sang dokter punya pelarian pantai, laut dan pulau cantik di Anambas. “Biarlah aku mencintai semua ini…”, ujarnya mantap sambil membawa peralatan snorkeling lengkap lalu menyelam.

Vihara Gunung Dewa Siantan

Dari pemukiman penduduk di tepi laut Eyester mengajak kamu ke dataran yang lebih tinggi untuk menengok kota Tarempa dari sisi yang berbeda. Ternyata tujuannya vihara megah berwarna merah menyala.

Vihara Gunung Dewa Siantan berdiri di lereng pebukitan Vihara Gunung Dewa Siantan terlihat menonjol dari bangunan lainnya. Dulunya vihara ini berada di dekat pantai namun karena arus pasang dan naiknya permukaan air laut lalu dipindahkan ke dataran yang lebih tinggi pada tahun 1960.

 

Vihara Gunung Dewa Siantan
Vihara Gunung Dewa Siantan

Seperti kebanyakan vihara di Indonesia,  Vihara Gunung Dewa Siantan bukan hanya sebagai pusat aktivitas keagamaan tapi juga pusat budaya China di Anambas. Tidak mengherankan jelang tahun baru China, vihara ini kerap dikunjungi warga keturunan Tionghoa dari luar Anambas bahkan dari luar negeri.

Vihara Gunung Dewa Siantan
Vihara Gunung Dewa Siantan

Halaman vihara yang luas dan langsung menghadap ke laut kerap dijadikan anak-anak untuk bermain. Tak hanya hanya anak-anak pada muda-mudi pun asik ber-selfie ria menikmati kota Tarempa dari ketinggian. Matahari memang masih tinggi tapi rasa lelah itu datang. Bayangkan dua hari penuh kami menghabiskan waktu di kapal, hanya sesekali menyinggahi pantai lalu menggelar tenda.

Anambas hanya bisa kamu nikmati penuh dengan island hopping duduk manis di atas ranjang hotel atau resor. Tapi sepertinya badan ini protes dan ingin direbahkan di kasur empuk bukan geladak kapal atau pasir putih.

Anak-anak bermain di pelataran Vihara Gunung Dewa Siantan
Anak-anak bermain di pelataran Vihara Gunung Dewa Siantan

Saat lampu-lampu kota berpendar  Tarempa memang lebih mirip kota tua, sepi tapi bukan mati. Karena sesungguhnya masih ada denyut kehidupan hingga pagi menjelang. Di kesempatan lain kami melihat kota ini meredup berlahan dari sisi barat. Duduk di sebuah kafe tinggi sehingga kami dapat melihat penuh kota Tarempa.

Pagi Nan Gemilang

Melengkapi perjalanan menejalajah Tarempa, pagi-pagi saya meninggalkan tempat tidur lari ke pelabuhan untuk menyongsong mentari. Meski kedai-kedai kopi menggoda sembari menghamburkan aroma yang membuat lambung mentintih sedih. Saya berkuat hati.

Dan benar saja, ada yang membuat lebih bahagia di pelabuhan. Menyaksikan setiap insan memulai hari seperti  anak sekolah dengan  semangat naik ke atas kapal untuk berlayar.  Pemandangan ini sangat biasa di propinsi yang memiliki banyak pulau-pulau kecil seperi Kepri atau Maluku.

Jika anak-anak di perkotaan harus berjuang melawan kemacetan lalu lintas untuk mencapai sekolah. Anak-anak ini harus mengarungi samudera bahkan harus menghadapi badai jika musim angin laut mulai memburuk. Ya setiap orang memiliki tantangan hidup masing-masing. Jadi jangan pernah merasa masalah hidupmu paling besar.

Lalu apa kabar dengan orang dewasanya? Perjuangan hidup mereka tak jauh berbeda, pagi-pagi kamu bisa melihat beberapa pekerja berdiri di pelabuhan. Kebanyakan dari mereka pekerja di perusahaan minyak dan gas bumi. Anambas dan Natuna memiliki cadangan gas terbesar di Indonesia, tidak mengherankan beberapa perusahaan minyak dan gas bumi memiliki rig dan melakukan aktivitas ekplorasi.

Denyut kehidupanmu semakin cepat tak kala kapal-kapal besar penumpang mulai bergerak maju mundur menanti penumpang. Membayangkan kota ini hati ini semakin rindu, kapan saya akan kembali ke sana untuk mengulas kenangan tentang kota yang  merupakan pintu gerbang pulau terindah di Asia Pasifik.

Ssst… Tak lagi Kak. Kabarnya pelancong-pelancong dari mancangera memiliki akses langsung ke pulau bawah dengan menggunakan pesawat yang dapat langsung mendarat di atas air.

Tenang,  Anambas bukan hanya pulau Bawah dan Tarempa bukan hanya kota kecil di ujung pelabuhan. Coba kamu jelajah Siantan dan pulau-pulau lain di Anambas, hatimu pasti akan makin rindu.

Tapi hari ini saya rindu dengan Tarempa, menginginkan lebih banyak waktu duduk di kedi kopinya. Menyeruput mie goreng berkuah lembab atau menguliti bungkus nasi dagang yang sederhana. Ah soal rasa dan cita rasa Tarempa tak pernah sederhana. Semuanya terasa rumit ketika kamu menjamah makanan ini dengan hati.

Bagaimana tidak dengan hati jika saya hanya menyambanginya sesekali. Seperti kekasih yang hanya dijumpai di akhir pekan lalu menyisakan kerinduan berhari-hari.

Kak kamu sepertinya galau berat.

Bagaimana saya tidak galau jika saya hanya menyambanginya di ujung-ujung hari

Atau mungkin kamu merasa bersalah karena tak pernah menyambanginya sehari penuh.

*terdiam* Bisa jadi… Tapi yang jelas hati ini tertempa rindu hingga terasa hampa karena Tarempa.

 

BAGAIMANA KE TAREMPA

  1. Pesawat Jakarta-Batam atau Jakarta- Tanjungpinang
  2. Dari Batam / Tanjungpinang dilanjutkan dengan transportasi laut atau udara yaitu:
No
Transportasi
Jadwal Berangkat
Rute No Telp
1.
PESAWAT EXPRES AIR
HARI : SENIN DAN SABTU
PUKUL : 14.40 WIB
HARI :
PUKUL : 13.20 WIB
PALMATAK – TPI ( Tanjung Pinang)
TPI – PALMATAK
0821 2133 0003 (ATOY)
2.
PESAWAT SUSI AIR
HARI :
PUKUL :
HARI :
PUKUL :
LETUNG – TPI
TPI – LETUNG
3.
KAPAL FERY MV. BLUESEA JET 1
HARI : RABU, JUMAT DAN MINGGU
PUKUL : 07.30 WIB DARI PELABUHAN PEMDA
HARI : SELASA, KAMIS DAN SABTU
PUKUL : 09.00 WIB DARI PELABUHAN PUNGGUR BATAM
TPA – LETUNG – BTM (Batam)
BTM – LETUNG – TPA
0821 2133 0003  (ATOY)
4.
1. KAPAL FERY MV.TRANS NUSANTARA
2. KAPAL FERY VOC BATAVIA
3. KAPAL FERY SEVEN STAR ISLAND
HARI : SELASA, KAMIS DAN SABTU
PUKUL : 07.00 WIB DARI PELABUHAN TAREMPA
HARI : SENIN, RABU DAN JUMAT
PUKUL : 07.00 WIB DARI PELABUHAN SRI BINTAN PURA TPI
TPA – LETUNG – TPI
TPI – LETUNG – TPA
5.
KAPAL PELNI KM. BUKIT RAYA
KAPAL PELNI KM. BUKIT RAYA MELAKUKAN RUTE PERJALANAN SELAMA 1 KALI DALAM SEMINGGU
TANJUNG PRIOK  – BLINYU – KIJANG – LETUNG – TAREMPA – NATUNA – MIDAI – SERASAN – PONTIANAK – SURABAYA – PONTIANAK – SERASAN – MIDAI – NATUNA – TAREMPA – LETUNG – KIJANG – BLINYU – TANJUNG PRIOK
0821 6961 4096 (a.n RICKY)
0813 6400 6943 (a.n H. ICHSAN)
0857 6564 1389 (a.n H. ICHSAN)
6.
KAPAL PELNI KM. LAWIT
KAPAL PELNI KM. LAWIT MELAKUKAN RUTE PERJALANAN SELAMA 1 KALI DALAM SEMINGGU
TANJUNG PRIOK  – BLINYU – KIJANG – LETUNG – TAREMPA – NATUNA – MIDAI – SERASAN – PONTIANAK – SURABAYA – PONTIANAK – SERASAN – MIDAI – NATUNA – TAREMPA – LETUNG – KIJANG – BLINYU – TANJUNG PRIOK
0821 6961 4096 (a.n RICKY)
0813 6400 6943 (a.n H. ICHSAN)
0857 6564 1389 (a.n H. ICHSAN)
7.
KAPAL PELNI KM. SABUK NUSANTARA 30
KAPAL PELNI KM. SABUK NUSANTARA 30 MELAKUKAN RUTE PERJALANAN SELAMA 1 KALI DALAM 10 HARI SAMPAI TUJUAN TAREMPA
ARAH KAPAL DARI TPI (TANJUNGPINANG) KE PULAU
8.
KAPAL PELNI KM. SABUK NUSANTARA 39
KAPAL PELNI KM. SABUK NUSANTARA 39 MELAKUKAN RUTE PERJALANAN SELAMA 1 KALI DALAM 10 HARI SAMPAI TUJUAN TAREMPA
ARAH KAPAL DARI PULAU – KE TPI (TANJUNGPINANG)
9.
KAPAL PELNI KM. PERINTIS
KAPAL PELNI KM. PERINTIS MELAKUKAN RUTE PERJALANAN SELAMA 1 KALI DALAM 12 HARI SAMPAI TUJUAN TAREMPA
ARAH KAPAL DARI TPI (TANJUNGPINANG) KE PULAU
10.

48 tanggapan untuk “Tarempa, Ketika Hati Tertempa Rindu Hingga Terasa Hampa”

  1. kangen sekali mau sampe ke Tarempa
    indah suasanannya. Nyaman gitu
    Boleh terasa bila waktu pagi menghirup kopi
    sambil berborak mesra dgn teman2.. waduhh
    indah ya.. mayb one day mau juga nyampe kesana

    Suka

  2. Seperti mahu aku kesana dan merasai mie itu. Kesukaanku ialah mie dan mungkin sedap rasanya. Moga ku berpeluang ke sana. Bagus penulisanmu. Aku sangat sukakannya.

    Disukai oleh 1 orang

  3. Kak Danan, makasih ya udah menuliskan Tarempa. Jarang sepertinya yang mau menulis tentang kota kecil nan tua yang hampir terlupa. Tapi bagi aku, dan mungkin bagi pembaca lain, Tarempa adalah impian kecil.

    Sejak kecil aku sering melihat kata Tarempa bersama dengan Letung Kijang, Pontianak, Semarang, dan rute kota-kota Pelni lainnya. Ingin rasanya suatu hari nanti menginjak Tarempa dengan kapal Lawit, atau Bukit Raya. Kemudia menghabiskan sore di sana, sarapan dengan penganan nikmat, dan menumpahkan rindu pada lautnya yang biru.

    Suka

    1. wah aku belum sempat singgah ke letung kmrn hanya lewat saja dan merasakan nikmatnya nasi cumi.

      nextime mungkin pontianak, tapi kota kota indahnya jika dinikmati dengan berlahan dan santai…

      terimakasih sudah singgah

      Suka

  4. Dari judul sampe isi cerita, bahasa alaynya kak Ices banget… lebay syahdu bikin mabok kepayang.. wkwkwk… “apalagi kalau sampai terima sms putus cinta trus tiba2 signal ilang” kepikiran gitu yee…. hahaha….

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar