Acara, Kepulauan Riau

Dari Balik Panggung Bali Festival 2017

Bali Festival Food Culture and Art (FFCA) 2017 memang sudah seminggu berlalu, namun acara ini menyisakan tanya.” Mengapa menggelar Festival Bali di tanah Melayu?”

Pertanyaan ini mungkin tak hanya  menggelitik batin saya tapi juga sebagian besar orang di Kepri terutama Batam. Meski tanya itu  tak pernah terlontar langsung kepada  sang penggagas, Endang Sumantri selaku General Manager Turi Beach Resort. Tapi kalimat  nyinyir hingga pertanyaan sarkas hadir di komentar laman  media sosial.

Setelah 4 tahun berturut-turut menghadirkan Nongsa Festival yang lebih banyak mengangkat budaya Melayu dan nusantara. Tahun ini Turi Beach Resor menggelar acara dengan konsep seratus persen Bali bertajuk Bali Festival Food Culture and Art (FFCA) 2017. Selama tiga hari penuh dari  tanggal 11 hingga 13 Agustus  ada Bali kecil di utara pulau Batam, Nongsa. Secara konsep resor Turi sendiri memiliki beberapa arsitektur mirip di pulau dewata. Namun apakah ini alasan utama Festival Bali diadakan?

Gelaran ini dilakukan bukan tanpa alasan. “Siapapun akan rindu dengan Bali, saya ingin menghadirkannya di sini”, ujar Endang Sumantri. Terutama bagi mereka yang tak banyak memiliki  waktu untuk ke datang ke Bali.

Bulan Maret lalu Bali dinobatkan sebagai destinasi wisata terbaik dunia, hal ini seolah mengingatkan kembali kenangan orang-orang yang pernah datang ke sana. Bagi mereka yang belum pernah ke sana pasti ingin mengenal budaya Bali.

Berada di perbatasan negara,  resor di kawasan Nongsa seperti halnya Lagoi memiliki pasar tersendiri dan mereka sangat loyal. Hampir semua gelaran yang diadakan di resor ini selalu diminati wisatwan mancanegara terutama dari Singapura. Jadi jangan heran ketika gelaran ini berlangsung tak banyak wisatawan dalam negeri yang terlihat.

Bekerjasama dengan Komunitas Bali di Batam pada malam puncak gelaran ini menghadirkan  Tari Kecak dan Tari Ramayana. Sendratari yang biasanya disaksikan di Uluwatu, kini hadir di pulau Batam. Tapi yang paling berkesan bagi saya adalah menu makan malam ala Bali. Masakan pedas khas Bali yang mungkin hanya bisa dijumpai di Bali, bisa disantap nikmat di Turi Beach Resor.

Sejak datang ke lobi hotel para tamu sudah merasakan nuansa Bali dengan alunan musik rindik yang dimainkan secara langsung. Nuansa itu makin terasa tak kala semua karyawan hotel mengenakan pakaian ala  Bali. Stand kerajinan turut meramaikan festival yang berlangsung di akhir pekan minggu ke dua Agustus.

Di hari ketiga berlangsung kelas memasak yang lagi-lagi lebih banyak dihadiri oleh  wistawan mancanegara. Dan seperti biasanya, semua acara yang digelar di Turi Beach Resor terbilang sukses. Paket festival yang terdiri dari menginap dua malam dan gala dinner terjual habis alias sold out. Meski tak dihadiri oleh banyak orang, paling tidak 600 wisatwan mancanegara merasa puas  dan terkesan sehingga bisa membawa kenangan indah ke negaranya masing-masing. Pengalaman indah di sini yang mereka bagikan jelas menjadi promosi tak langsung wisata negeri ini.

Sejujurnya pertanyaan saya mengapa Nongsa Karnaval yang tidak berlangsung lagi tahun ini masih menggantung. Akhirnya Pak Sumantri memberikan alasan yang cukup sederhana namun bermakna. Dia berkata bahwa yang dia lakukan ini adalah bisnis. Jadi untuk apa melakukan festival berulang-ulang yang membuat tamunya bosan dan akhirnya enggan datang kembali ke resor-nya.

“Jika hanya ingin euphoria kemeriahan budaya tanpa memikirkan bisnis, kan sudah acara sejenis di tempat lain.”

Ketika bicara bisnis kadang kita harus berpikir out of the box. Tak hanya menjalankan konsep mungkin tidak relevan untuk setiap saat .  Mencari sesuatu yang baru yang berorientasi pada kepuasan  konsumen dan bukan hanya sekedar menjalankan program untuk menghabiskan anggaran seperti kebanyakan festival  di negeri ini.

Bicara tentang industri pariwisata seharusnya kita tak hanya memikirkan tempat indah baru, festival meriah tapi juga apa yang bisa membuat para wisatawan kembali dan merindukan Indonesia.

Kira-kira transportasi kota yang carut-marut dan konsumen tidak diberikan hak untuk memilih jenis transportasi online  akan membuat wisatawan rindu dengan kota Batam? Ah sudahlah, kita perlu menjawabnya serahkan semua saja kepada pemerintah daerah. Mungkin mereka lebih tahu yang terbaik untuk kota ini.

 

Penasaran dengan Bali Festival Food Culture and Art (FFCA) 2017. Saksikan video cuplikannya di bawah.

Jangan lupa untuk memberikan komentar dan like di video ini dan men-subscribe channel dananwahyu.

Turi Beach Resort 
Nongsa, Batam
Tel +62-778 761 080
Fax +62-778 761 279
Email reservations@turibeach.com
SkypeMe turibeach

Mailing Address
Jl. Hang Lekiu, Nongsa
Batam – 29465, Indonesia

10 tanggapan untuk “Dari Balik Panggung Bali Festival 2017”

  1. Suka ama quotes ini.
    “Bicara tentang industri pariwisata seharusnya kita tak hanya memikirkan tempat indah baru, festival meriah tapi juga apa yang bisa membuat para wisatawan kembali dan merindukan Indonesia”.

    Suka

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar