Fashion, Kepulauan Riau

Celebrating The Year of Monkey 2016 – Fashion Dalam Alkuturasi Budaya Tionghoa

Wonderful Indonesia – Agita Maryalda Zahidin, Puteri Kepulauan Riau 2016 melangkah anggun membuka fashion show tema oriental bersama 10 model Silhouette. Dalam kilau temaram lampu panggung  berjalan anggun menyusuri  catwalk .

Meski tak memilik darah Tionghoa gadis yang resmi mewakili Kepulauan Riau di ajang Putri Indonesia 2016 , mengenakan baju  Cheongsam moderen berwarna keemasan detail batik nusantara.

Hari pertama tahun baru China, Turi Beach Resort menghadirkan gala dinner bertajuk Celebrating The Year of Monkey 2016. 
j

Perayaan imlek bukan hanya milik warga keturunan Tionghoa, namun sudah menjadi kekayaan budaya nusantara.  Ornamen lampion merah di setiap sudut  mengubah wajah kota menjadi lebih oriental.

Model-model Silhouette yang tak  berparas oriental pun luwes mengenakan Cheongsam dengan desain dan warna yang lebih beragam. Mulai dari rok pendek lurus hingga rok panjang  menjuntai

Kebanyakan bahannya menggunakan satin dan sutra dengan potongan pas membentuk tubuh. Namun detailnya membuat penggemar fashion akan menajamkan pandangan karena  penasaran . Brokat, benang emas dan bordir menjadi elemen pemanis selain tali yang dijalin menjadi kancing.

Asesories lampion jinjing dan kipas melengkapi tampilan sang model menjadi lebih fashionable.

d

Cheongsam  mengalami evolusi seiring perkembangan jaman dan alkuturasi budaya.

Cheongsam berasal dari bahasa Kanton dari Provinsi Guangdong yang memiliki arti gaun panjang. Desain “jadulnya” disebut Qipao sering dikenakan oleh wanita suku bangsa Manchu, yang berdiam di wilayah utara China.

e

Ketika revolusi terjadi pada tahun 1911 yang membawa Dinasti Qing dipimpin bangsa Manchu ke puncak kejayaan. Qipao pun menjadi busana nasional yang dikenakan oleh seluruh wanita China.

Awalnya, Qipao hanya digunakan wanita bangsawan dan terbuat dari kain sutra dengan hiasan sulaman dekoratif pada bagian kerah, lengan, dan ujung busananya. Pada tahun 1920, Qipao atau yang kini sudah lebih dikenal dengan nama Cheongsam menjadi populer di seantero China.

f

Masuknya budaya barat  membuat desain  Cheongsam  lebih ketat membentuk tubuh dengan lengan dan rok yang semakin memendek.

h

i

Sesi kedua fashion show menampilkan kebaya cantik yang tak kalah ciamik dibanding Cheongsam. Sama-sama lahir dari perpaduan budaya berunsur China. Kebaya Encim memang terlihat lebih Indonesia.

k

Aslinya kebaya encim  populer menggunakan warna-warna putih dan berbahan katun, disesuaikan dengan iklim tropis. Namun pada perkembangannya kebaya encim lebih berani mengusung warna. Dengan detail hiasan bordir motif flora  di ujung-ujungnya, tanpa hiasan payet maupun kristal.

l

Biasanya dipadupadankan kain  batik pesisir dengan warna-warna “ngejreng”. Untuk mempermanis tampilan terkadang sebuah bros besar disematkan.

m

Rasanya syah-sayah saja jika sekarang desain kebaya encim lebih minimalis dan mudah dikenakan. Tak perlu pakem yang baik mengenakan jarit dengan wiru , bisa tampil formal dan cantik di segala suasana.

n

Jika Cheongsam lahir dari budaya wanita suku Manchu , maka kebaya encim lahir dari budaya wanita Asia Tenggara. Pernikahan lintas budaya antara pria Tiongkok dengan wanita lokal melahirkan budaya peranakan. Wanita-wanita  yang lahir dari pernikahan ini mengenakan kebaya yang desainnya memasukan unsur budaya orang tuanya, yang dikenal dengan kebaya encim.

o

Ternyata perayaan imlek tak hanya tentang barongsai dan angpo saja.  Tahun baru China kali ini saya berkesempatan mengenal budaya China lewat fashion. Kira-kira tahun depan ada kejutan apa lagi ya di perayaan imlek  Turi Beach Resort?

21 tanggapan untuk “Celebrating The Year of Monkey 2016 – Fashion Dalam Alkuturasi Budaya Tionghoa”

Pembaca kece selalu meninggalkan jejak berupa komentar